Gamil Arfan Wiguna sangat mengharamkan untuk balikan dengan mantan. Bahkan, dia memiliki jargon yang masih dia pegang teguh sampai saat ini.
"Buanglah mantan pada tempatnya."
Namun, kedua orangtuanya mendesak Apang untuk segera menikah karena Apang sudah dilangkahi adiknya. Di saat seperti itu, semesta malah mempertemukan Apang dengan mantan pertamanya. Perempuan yang belum Apang buang pada tempat semestinya.
Apakah Apang akan membuangnya juga ke dalam bak sampah sama seperti mantan-mantannya? Atau malah terjadi cinta lama belum kelar di antara mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Raja Perusahaan
Sesuai yang dikatakan oleh Rangga, Agha pun ikut turun gunung. Di mana hari ini dia akan bertemu dengan Olivia. Wanita dermawan yang Naira sebutkan. Namun, ternyata kedermawanannya itu ada maksud tertentu, yakni menyuruh seorang dokter memberikan obat berbahaya kepada bunda Nena selama hampir sepuluh tahun.
"Menurut data yang gua terima, wanita ini dulunya hanya seorang asisten rumah tangga," jelas Reksa.
"Perjalanan menuju dia sukses kayak dipotong gitu di data. Sedikit ada yang mengganjal."
Reksa sudah mengetahui seluk beluk seorang Olivia dan perusahaannya. Ya, Olivia sendiri tidak tahu jikalau Agha adalah adik dari Rangga dan putra dari Ghassan Aksara Wiguna. Itu dikarenakan Olivia bekerja sama dengan perusahaan milik Agha pribadi yang bisa dibilang perusahaan baru. Di data perusahaan, Agha sengaja hanya mencantumkan nama Gavin AW. Jadi, Olivia tak tahu. Ditambah Agha memang sengaja tak memberikan banyak informasi di web perusahaan.
Agha hanya terdiam, dan dia ditemani Reksa untuk bertemu dengan Olivia. Namun, Reksa akan menunggu sahabat sekaligus kakak iparnya itu di tempat yang lain sembari menunggu kabar dari rekannya di Jepang perihal peretasan yang diminta oleh Restu dan Apang.
"Senang bertemu dengan Anda, Pak Gavin." Olivia sudah menjabat tangan Agha.
Dia juga memuji Agha karena di usia yang masih muda Agha mampu mendirikan perusahaan baru yang bisa dikatakan begitu maju.
"Terimakasih, Nyonya Olivia," balasnya dengan sopan.
"Saya hanya anak baru yang membutuhkan dukungan sekaligus bimbingan dari pengusaha sukses seperti Anda." Akting Agha cukup luwes.
"Jangan terlalu banyak memuji, Pak Gavin. Saya berada di titik inipun tak mudah. Banyak yang harus saya korbankan dan singkirkan."
Agha mengerutkan dahinya mendengar kata di ujung kalimat Olivia.
"Singkirkan?" ulang Agha dengan penuh penekanan.
"Dunia bisnis itu begitu kejam. Bukankah sudah biasa jika kita sering senggol kanan dan kiri," ucapnya seraya tersenyum.
"Ah ... benar."
Mau tidak mau Agha mengikuti alur pembicaraan Olivia. Padahal dia sudah begitu muak karena mulutnya harus direm sementara agar tak berkata judes dan kasar.
"Sepertinya jarak usia Anda dengan putra saya tak jauh berbeda," ujar Olivia mulai mengganti topik pembicaraan.
"Oh, ya?"
"Sepertinya akan menyenangkan jika saya bisa berteman dengan putra seorang pengusaha wanita hebat seperti Anda."
Olivia pun tersenyum mendapat pujian dari Agha. Namun, di dalam lubuk hati terdalam, Agha begitu jijik mengatakan itu. Dia hanya penasaran karena tiba-tiba saja Olivia menyebut anaknya. Reksa mengatakan jikalau di data Olivia yang berhasil dia retas tak ada data perihal keturunan.
"Putra saya juga pasti akan senang berteman dengan Anda. Jika, Anda tak keberatan. Saya akan atur bertemu dengan putra saya. Soalnya sekarang Andro sedang sibuk. Dia tengah membantu ayahnya menangani bisnis besar bersama raja dari perusahaan besar di negeri ini."
"Raja dari perusahaan besar?"
"Saya pastikan kalian berdua akan menjadi teman karena satu frekuensi," ujar Olivia dengan senyum khas seorang ibu yang membanggakan anaknya.
Percakapan Agha dan Olivia ternyata direkam oleh Agha. Reksa mengerutkan dahi ketika mendengar satu nama yang disebut Olivia.
"Andro?" gumamnya.
Otak Reksa mulai bekerja dengan cepat. Dia segera mencari pembaharuan data Olivia. Dia teliti dengan seksama, masih sama seperti dua tahun lalu. Matanya memicing ketika ada satu perusahan besar yang selalu mendukung perusahan yang dimiliki Olivia.
"PT. Dahlia Nena Gold. Bukannya itu--"
"Lu udah denger semuanya kan?"
Suara Agha membuat Reksa berdecak kesal. Otaknya yang sedang berpikir cukup keras harus berhenti seketika.
"Udah," sahutnya.
Agha menelisik wajah Reksa. Dia sangat tahu bagaimana sahabatnya itu.
"Apa lu menemukan sesuatu?"
Reksa memperlihatkan satu nama perusahaan yang selalu mendukung perusahaan Olivia lebih dari dua tahun lalu.
"PT. Dahlia Nena Gold." Agha membaca perusahaan yang Reksa curigai.
"Bukannya itu PT. DNG?" tanya Reksa.
Agha segera mengecek laporan kerja sama terbaru yang baru saja dishare di grup petinggi. Dia pun menatap Reksa.
.
Apang yang masih berada di rumah sakit menemani Naira bergegas menuju kantor dikarenakan sang ahjussi sudah menyuruhnya ke kantor. Bukan hanya Restu, Agha dan Reksa pun sudah menghubunginya untuk berkumpul di kantor.
"Nanti yang akan menemui lu dan menjelaskan semuanya kakak sepupu gua, Bang Khairan." Naira mengangguk kecil.
Ada rasa tak rela ketika Apang mengatakan jika dia tidak bisa menemani Naira karena ada pekerjaan dadakan. Naira ingin menahan Apang, tapi dia juga sadar diri dia tak berhak.
Semalam, Naira melihat jelas bagaimana letihnya Apang. Lelaki itu tertidur begitu lelap di pangkuannya. Dia bisa melihat betapa tampannya wajah Apang ketika tertidur. Bagai pangeran di negeri dongeng.
"Gua juga akan mengirim beberapa orang untuk jaga lu dan bunda lu. Tetap gunakan topi dan masker."
"Makasih," ucap Naira.
"Muak gua sama kata itu," balasnya dengan wajah marah.
Naira tersenyum dan dia mulai mendekat ke arah Apang. Menatap Apang, lalu memeluknya. Tubuh Apang pun menegang seketika itu juga.
.
Di Wiguna Grup sudah ada seseorang yang menunggu Apang di lobi. Dia begitu terpesona kepada dua pria yang tadi dia lihat. Di mana pria itu begitu tampan dan berkharisma.
"Buset, ini benar-benar perusahaan premium sih," gumamnya.
Namun, orang yang dia tunggu belum juga datang. Setengah jam kemudian, pria tinggi berkulit putih yang dia tunggu mulai masuk dengan langkah lebar.
"Arfan!"
Langkah Apang terhenti karena panggilan dari Ibra. Apang pun menghela napas kasar.
"Gua mau bicara perihal Na--"
"Sorry. Gua lagi sibuk dan buru-buru," jawab Apang dan hendak meninggalkan Ibra.
"Lu yang bawa pergi Naira kan."
Kembali langkah Apang terhenti. Dia membalikkan tubuhnya lagi. Menatap Ibra dengan tatapan tidak suka.
"Bisa gak lu gak kayak Tarzan di kantor Kakek gua."
Tubuh Ibra menegang ketika mendengar kalimat Apang. Dia menatap Apang dengan raut tak percaya.
"Pang, kenapa masih di sini?"
Suara Restu membuat Apang dan Ibra menoleh. Tubuh Ibra menegang ketika dia melihat langsung seorang pengusaha muda bertangan dingin, Restu.
"Iya, Ahjussi."
Restu dan Apang meninggalkan Ibra yang masih tercengang. Ternyata saingannya sedari SMA bukan orang sembarangan.
.
"Pada lama amat sih," omel Agha.
Restu dan Apang tak menimpali. Sudah biasa jikalau Agha akan mengoceh tak jelas jika ada yang datang terlambat.
Reksa menyerahkan hasil peretasan tentang Tuan Juan dan Justine kepada Restu juga Apang. Mereka berdua membaca semuanya.
PT. DNG diwariskan kepada seorang wanita yang bernama Nena Dahlia dan juga anaknya, Jennaira Nirmala.
"Sudah Apang duga," ujarnya.
Suami Nena Dahlia adalah Juan Barata. Pernikahan mereka tidak direstui oleh Nino Darmawan sampai ia menutup mata.
"Jadi, Justine--"
...***To Be Continue***...
Tinggalin komennya ya ...
semangat ya...
sedih tuk berpisah dari kisah ini
lnjut trus thor
semangat
semoga ceritanya tetap seru dan keren . dan retensi novel bisa tinggi dan bisa menghasilkan cuan .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍