Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Meja yang di tempati Annelise dan Bryan semakin ramai. Banyak juga teman-teman Bryan dan datang bergantian untuk sekedar menyapa. Annelise memilih diam saja, sesekali membalas sapaan teman Bryan dengan senyum tipis. Suasana yang ramai membuat Annelise tidak nyaman, terlebih ada sepasang mata yang terus mengawasinya dengan tatapan sinis. Dia adalah Giselle.
Annelise sama sekali tidak menyangka Giselle akan menghadiri acara yang sama dengan Bryan. Dan semakin mengejutkan lagi karna ternyata Giselle masih memiliki perasaan pada Bryan. Annelise merasa heran dan tak habis pikir dengan wanita yang satu itu. Padahal jelas-jelas dulu Bryan menolaknya mentah-mentah, tapi Giselle tidak mau menyerah.
"Aku ke toilet sebentar." Pamit Annelise pada Bryan.
"Biar aku antar." Bryan ingin berdiri dari duduknya, namun di tahan oleh Annelise.
"Nggak usah, aku nggak lama." Ujarnya kemudian meninggalkan meja itu dan pergi ke toilet. Bryan menatap punggung Annelise sampai tidak terlihat lagi untuk memastikan Annelise benar-benar pergi ke arah toilet.
Di meja lain, Giselle buru-buru pergi ketika Bryan sudah tidak lagi mengawasi Annelise. Perempuan dengan gaun seksi itu menyusul Annelise ke toilet. dengan langkah cepat.
Tepat ketika Annelise akan masuk ke toilet, Giselle menghadangnya dengan memasang wajah sinis. Matanya mengamati penampilan Annelise dari atas sampai bawah dan kembali menatap tajam Annelise.
"Kamu menghalangi jalanku." Protes Annelise santai.
Giselle berdecih. "Bagaimana kamu bisa mendapatkan Bryan.? Apa dengan melempar tubuhmu.?" Ujarnya sinis.
Annelise tersenyum miring. "Ternyata kamu masih suka menggertak dan merundung orang. Aku bahkan masih ingat saat kamu menyeret ku ke gudang sekolah." Tatapan mata Annelise berubah tajam, kejadian 9 tahun lalu masih membekas di ingatannya. Demi apapun, dia sangat membenci Giselle sampai sekarang.
"Apa maksudmu.?!" Giselle merasa tidak kenal wanita di depannya. Dia mencoba mengingat-ingat wajah orang-orang yang dulu pernah dia rundung semasa sekolah, tapi Giselle tetap tidak mengingatnya. Wajah wanita di hadapannya sangat asing.
Annelise terkekeh sinis melihat Giselle yang terlihat tidak mengenalinya.
"Annelise, aku Annelise yang kamu sebut culun, kampungan, dan miskin.!" Geramnya.
Giselle melongo tidak percaya, bagaimana mungkin Annelise yang dulu sangat jelek di matanya, sekarang berubah drastis. Namun setelah mengingat hubungan Annelise dengan Bryan, Giselle malah semakin menatapnya jijik. Dia berfikir Annelise memanfaatkan Bryan dengan cara menggodanya agar bisa mendapatkan uang untuk merubah penampilan. Melihat barang branded melekat di tubuh Annelise, Giselle semakin yakin dengan asumsinya sendiri.
"Menjijikkan, pasti kamu menjual tubuhmu pada Bryan agar bisa seperti ini kan.?!" Cibir Giselle.
"Memangnya kenapa.? Kamu ingin menjual tubuh mu juga.? Aku rasa Bryan nggak akan mau sekalipun kamu memberikan tubuhmu secara gratis. Karna seleranya bukan kamu." Annelise tersenyum mengejek. Dia bukan Annelise yang dulu, Annelise yang diam saja dan tidak berani melawan ketika di bully. Walaupun sebenarnya masih trauma, tapi Annelise berusaha melawan rasa trauma itu.
Wajah Giselle memerah, kedua tangannya mengepal kuat. Dia tidak terima dengan hinaan Annelise.
"Wanita miskin sialan.!" Seru Giselle yang langsung menjambak rambut Annelise.
Tubuh Annelise terhuyung, dia tidak siap menerima serangan mendadak dari Giselle.
"Lepas.!!" Annelise menepis kuat tangan Giselle dan lepas begitu saja. Dia menepis sekuat tenaga sekaligus untuk membalas perbuatan Giselle di masa lalu.
Giselle meringis kesakitan, pergelangan tangannya nyeri sampai ke tulang. Bukannya berhenti menganggu Annelise, Giselle malah semakin marah dan kembali menyerang. Annelise tidak tinggal diam, dia melindungi diri dengan melawan Giselle.
Keduanya terlibat perkelahian hingga penampilan mereka jadi berantakan.
"Giselle, hentikan.!!" Suara bariton Bryan menghentikan perkelahian mereka.
Keduanya saling melepaskan diri dan merapikan rambut masing-masing.
"Annelise yang memulai, dia menghinaku.!" Seru Giselle mengadu.
Annelise tersenyum jijik. Giselle benar-benar tidak tau malu. Seketika Annelise berfikir untuk membuat Giselle semakin terbakar amarah.
"Sayang,," Rengek Annelise yang langsung bergelayut di lengan Bryan. Dia memperlihatkan wajah sedihnya.
"Wanita itu berbohong, dia tiba-tiba datang menyerang ku seperti orang kerasukan." Kata Annelise. "Lihat, tanganku lecet." Annelise memperlihatkan luka cakaran di tangannya.
Demi apa, Bryan menahan diri untuk tidak tertawa melihat akting Annelise yang luar biasa. Tapi di sisi lain dia juga kasihan melihat keadaan Annelise.
Bryan mengalihkan tatapannya pada Giselle. "Kamu selalu mencari gara-gara.! Sekali lagi aku melihatmu mengganggu Annelise, kamu akan tau akibatnya.!" Ancam Bryan tegas.
"Ayo pulang,," Bryan menggandeng tangan Annelise pergi dari sana.
...******...
"Aku begini gara-gara Pak Bryan.! Bapak harus tanggung jawab.!" Omel Annelise yang baru masuk ke dalam mobil. Dia memperlihatkan kondisinya yang berantakan dan beberapa luka cakar di tangan serta wajah.
"Aku akan tanggungjawab kalau kamu hamil." Jawabnya datar.
Mata Annelise melotot mendengar jawaban konyol Bryan.
"Menyebalkan.!" Gerutu Annelise. Dia memilih diam karna malas bicara lagi. Respon Bryan hanya akan membuat moodnya semakin buruk.
Bryan melajukan mobilnya meninggalkan hotel. Dalam perjalanan pulang, Bryan menghentikan mobilnya di depan apotik dan menyuruh Annelise menunggu di mobil.
Pria itu turun dan masuk ke dalam apotik hingga menjadi pusat perhatian. Annelise memutar malas bola matanya. Orang-orang tidak tau saja di balik penampilan keren Bryan dan wajahnya yang tampan, ada sikap yang menyebalkan.
Tak berselang lama, Bryan kembali dengan membawa kantong kecil. Dia mengambil salep luka dan membukanya. Salep yang Bryan beli akan membuat luka Annelise cepat sembuh tanpa meninggalkan bekas.
"Berikan tanganmu." Pinta Bryan. Annelise menyodorkan tangan kanannya.
Bryan mengoleskan salep itu ke tangan Annelise dengan hati-hati. Kalau sedang mode seperti ini, Bryan terlihat sangat baik dan perhatian.
"Wajahmu." Kata Bryan selesai mengobati tangan Annelise.
"Aku saja." Annelise buru-buru mengambil salep di tangan Bryan dan mengoleskan sendiri ke wajahnya.
Setelah selesai, Bryan kembali melajukan mobilnya untuk melanjutkan perjalan. Di tengah-tengah perjalanan, Annelise malah ketiduran. Bryan jadi berfikir untuk membawa Annelise pulang ke apartemennya.
Sebenarnya Bryan bisa saja mengantarkan Annelise pulang, tapi merasa tidak tega jika harus membangunkan Annelise, jadilah malam ini dia membawa Annelise menginap di apartemennya lagi.
Pelan-pelan Bryan membaringkan Annelise di ranjang. Sekretarisnya itu sama sekali tidak bangun saat di gendong dari basemen sampai ke apartemen.
"Ck. Bisa-bisanya aku tertarik pada wanita ini." Lirih Bryan kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti baju.
...*****...
Pagi-pagi sekali Annelise tampak menggeliat dan terbangun dari tidurnya. Dia diam beberapa saat untuk mengamati kamar yang tidak asing lagi baginya. Annelise lantas menoleh ke samping, dia terkejut melihat Bryan sedang tidur dalam keadaan telanjang dada.
Annelise lantas membuka selimut yang menutupi tubuhnya, bola mata Annelise membulat sempurna dan dia berteriak kencang sampai membuat Bryan terkejut.
"Aaaaaa,,,,!! Apa yang Pak Bryan lakukan.?!!"
"Annelise.! Kamu membuat telingaku sakit." Tegur Bryan. Pria itu gampang santai, bahkan merapatkan tubuhnya pada Annelise.
"Menjauh.! Kamu keterlaluan.!" Pekik Annelise tak habis pikir. Dress yang dia pakai semalam sudah berganti menjadi baju tidur. Itu artinya Bryan yang sudah melepaskan Dressnya.
"Keterlaluan apanya.? Aku justru membatu mu agar tidur dengan nyaman." Balas Bryan acuh.
Raut wajahnya seperti tanpa dosa, padahal dia sudah lancang melihat lekuk tubuh Annelise yang hanya berbalik pakaian da lama.