NovelToon NovelToon
Ancaman Hasrat Tuan Duda

Ancaman Hasrat Tuan Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / One Night Stand / Ibu Pengganti / Pengganti / Pengasuh
Popularitas:19.6k
Nilai: 5
Nama Author: Haasaanaa

Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.

"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.

Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?

follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

00017

Akibat perkataan asal dari Zira membuat Aldan tidak bisa tidur sepanjang malam. Terus memikirkan semua ejekan Zira, ia menjadi ragu dengan kekuatan gairahnya sendiri. Aldan melirik kearah Zira yang tertidur pulas dengan memeluk guling. 

“Ck, bisa-bisanya dia tidur pulas disaat keadaan adikku sedang keriput?” Aldan sebal sendiri. 

Tidak mungkin bertanya soal ini kepada Liam, sudah pasti pria itu akan menertawakan dirinya habis-habisan nanti. Aldan melemparkan selimut yang menutupi pahanya, ia melihat adiknya yang dikatakan keriput oleh Zira itu. 

“Bagaimana kalau karena keriput hal itu yang membuat gairahku menghilang? Lihat, istriku masih terlalu muda untuk puasa selamanya..” ucap Aldan dengan kepanikan yang selalu ada sedari tadi diwajahnya. 

Karena lampu tidur yang menyala membuat Zira tidak bisa tidur, wanita itu terbangun sambil mengucek matanya yang masih sangat berat untuk terbuka. 

“Tuan.. Kalau masih mau menatap tu burung keriput, keluar deh dari kamar!” Zira malah mengusir Aldan. 

“Heh!” Aldan menarik tangan Zira untuk lebih dekat dengannya, tentu saja wanita itu terkejut. 

“Apa?”

“Dimana letak keriputnya? Tunjukkan cepetan!” Perintah Aldan yang mana membuat Zira ternganga di hadapan adik Aldan yang gagah itu. Zira seakan seorang profesor yang sedang meneliti, tapi masa iya meneliti benda seperti itu. 

“Yang benar saja, Tuan!” Zira melepaskan tangannya yang digenggam erat. “Aku tidak melakukan itu, geli tau!” Zira kesal sendiri melihat Aldan yang ada-ada saja. 

“Aku kan mau ngerjain tu duda rese.. Kok malah aku pula yang kena batunya,” gumam Zira di dalam hati. 

“Aku sudah memeriksa sedari tadi dan tidak juga menemukan sisi keriput yang kau katakan,” ujar Aldan sembari membalik balik benda miliknya sendiri membuat Zira menjadi merinding sendiri. 

“Lalu?”

“Kan kau yang merasakan, begini maksudnya..” Aldan menatap serius Zira sebelum melanjutkan apa yang ingin ia katakan. Tangan Aldan memegang bahu Zira, tatapannya seolah sangat overthinking dengan apa yang Zira katakan. 

“Astaga, mati aku!” gumam Zira di dalam hati. 

“Keriputnya terasa di milikmu tidak? Apa tidak berasa keras apa gimana?” tanya Aldan yang mana membuat kedua mata Zira mengerjap. 

Zira menunduk menatap adik sang suami yang sebenarnya tidak lagi tegang itu. Zira tidak tahu harus berekspresi seperti apa, ia tidak bisa berkata-kata bahkan. 

“Ini masalah yang gawat, masa depanku sedang berada dalam ancaman. Apa karna terlalu lama menduda hingga membuat adikku keriput?” tanya Aldan kepada Zira yang tidak tahu apa-apa. 

Aldan menaikkan celananya kembali, berjalan mondar-mandir selayaknya orang yang memang benar bingung. Zira hanya duduk diatas ranjang menatap Aldan dengan susah payah menahan tawa. 

“Zira..”

“Iya, Tuan?” 

Aldan duduk disamping Zira kembali, ia menunduk seakan sedih. Zira tertawa kecil, ia tidak menyangka jika Aldan sangat mudah ditipu. 

“Kau tidurlah, aku akan berolahraga malam ini dan akan mengonsumsi makanan sehat agar adikku tetap normal. Bagaimana menurutmu?” tanya Aldan seakan meminta pendapat pada Zira. 

“Sebenarnya aku punya obat keturunan agar adikmu tidak kerutan begitu, Tuan..” ucap Zira yang mana membuat Aldan tersenyum senang. 

“Serius? Yasudah, lakukan besok. Apapun akan aku minum, ini demi masa depan!” Aldan sangat senang mendengar fakta itu dari Zira, ia lega karna ternyata ada obatnya. 

Barulah Aldan bisa berbaring dengan perasaan tenang, menarik selimut lalu mematikan lampu tidur. Zira tertawa kecil, ia tidak sabar untuk hal besok. 

“Liat aja deh duda tantrum.. Besok kau akan kena, hahahaha!” Zira tertawa puas di dalam hati. 

Aila duduk termenung menatap foto sang Mama yang sangat ia rindukan. Aila penasaran seperti apa wajah sang Mama sebenarnya. Banyak yang bercerita kepada Aila, jika wajahnya sangat mirip dengan sang Mama. 

“Hidung kamu, bibir kamu apa lagi tatapan mata kamu.. Sangat mirip dengan Mama,” ucap Claudia beberapa hari yang lalu sebelum pergi. 

Saat Aila ingin menonton televisi seperti mendengar suara langkah kaki, Aila langsung bangkit untuk melihat siapa yang datang ke kamarnya. Membuka pintu pelan-pelan, ternyata Aldan yang hanya lewat untuk menuju ruangan olahraga. 

“Papa!” Panggil Aila, ia mengejar langkah kaki Aldan yang saat cepat. Bahkan Aldan terus berjalan meskipun mendengar suara panggilan dari Aila. 

“Papa mau olahraga? Papa nggak kerja?” tanya Aila, ia ikut masuk kala Aldan membuka pintu ruangan olahraga. 

Sebenarnya Aila sudah biasa dengan diamnya Aldan, hanya saja semakin lama sikap Aldan semakin parah saja. 

“Papa.. Besok tepat 7 tahun Mama pergi, dan besok juga hari ulang tahun Aila. Papa mau ngerayain bareng nggak?” tanya Aila sembari tersenyum kepada sang Papa yang sibuk minum. 

Perkataan Aila membuat Aldan terdiam sebentar, bahkan air minum itu sangat sulit untuk ia telan. Ternyata sudah selama itu Alya pergi, tapi mengapa rasa sakit ini masih ada aja untuk sekarang. 

“Seperti biasa.. Pergi bareng Oma,” ucap Aldan tanpa menatap Aila sedikitpun. 

“Oma pergi ke luar negeri, Pa..”

“Hal begini masih nanya juga? Kamu punya banyak pembantu dan lain-lain, Aila. Jangan merepotkan!” hardik Aldan yang mana menatap Aila sangat tajam. 

Bahkan tubuh Aila sampai terkejut karna kemarahan sang Papa, perlahan kaki Aila mundur karena takut dengan tatapan tajam dari Aldan. 

“Aila hanya ingin pergi bareng Papa, kita kasih bunga mawar ke makam Mama sama-sama, Pa. Apa itu salah?”

“Salah! Kamu lahir aja udah salah, Aila!” sentak Aldan bahkan tubuh Aila sampai tersentak mendengarnya. “Kalau karna nggak lahirin kamu.. Alyaku masih hidup, dan bahagia sama aku disini!” ucap Aldan dengan sangat tegas. 

Bahkan menatap Aila sangat tajam tidak menghiraukan air mata Aila yang mengalir deras. Bahkan tangan Aila sampai mengepal untuk menahan rasa sakit atas perkataan Aldan yang tanpa penyaringan sedikitpun. 

“Pergilah! Jangan ganggu aku, ingat!” bentak Aldan dengan perintah. 

Aila langsung berlari kencang keluar dari ruangan itu bahkan dengan air mata yang berlinang deras. Zira mendengarkan semua hal yang Aldan katakan pada putrinya sendiri, ia geram melihat Aldan tentunya. 

“Apa menurutmu.. Aila salah atas meninggalnya Kak Alya, Tuan?” tanya Zira yang mana kini sudah berdiri diambang pintu menatap Aldan tajam. 

Aldan yang tengah mengangkat beban berat tidak menghiraukan apa yang Zira katakan. “Aila tidak tahu apa-apa, dia hanya ingin mendapatkan kasih sayangmu saja. Tidak perlu bahas sampai kearah sana, Tuan!” Protes Zira akan apa yang Aldan lakukan tadi. 

Aldan meletakkan beban berat itu dengan sedikit keras, membuang napas secara kasar lalu menatap Zira tajam. Zira tahu kalau Aldan akan emosi sebentar lagi, tapi ia tidak takut akan itu. Berurusan dengan manusia seperti Aldan sudah sangat terbiasa dalam hidupnya, kali ini Zira tidak akan takut sedikitpun. 

“Kau.. Sudah aku katakan Zira, berhenti ikut campur!” bentak Aldan, tubuh Zira bahkan tidak tersentak sedikitpun. 

Malah Zira memposisikan tangannya berkacak pinggang, menatap tajam Aldan. “Aku adalah ibu sambung Aila.. Kau membuat dia menangis itu berarti kau sangat bersedia untuk berurusan denganku!” ucap Zira dengan sangat tegas. 

1
Delvyana Mirza
Zira sakit Aldan,buka la pintu hatimu tuk dia,lamjuut thor,
💗AR Althafunisa💗
Oh... seperti itu, siapa yg ditinggal mati bininya ape 7 tahun ga bisa move on. Mau ditinggal lagi emang ah... 😡😡😡
Yuni Sbyi
kalo udah cemburu mah susah bawaan nya ingin marah aja,,gk tau bagaimana kondisi si zira
mbok Darmi
kata nya matipun ngga peduli yg sudah ngga usah dok perhatian dasar duda gendeng mau menang sendiri
Delvyana Mirza
Lama2 Kamu lucu lho,,thor buat la Zira agak peminim jangan ikutan Arogan gitu,
💗AR Althafunisa💗
Ngakakkk... 🤣🤣🤣
💗AR Althafunisa💗
🤣🤣🤣🤣🤣🤣😭😭
Delvyana Mirza
Aldan kamu itu ya,kasihan melihat Zira ma Aila di kasari terus,lapan kamu itu tobat nya jangan suka ketus2 kalau ngomong ntar fi tinggsl pergi baru rasa,
Delvyana Mirza
lanjuuut thor
Nafisa Aprilia
Kecewa
Ig:authorhaasaanaa: hei ini belum tamat loh! kenapa kamu kecewa, kenapa? ada masalah hati apa gitu? jangan rada-rada deh☺
total 1 replies
Uthie
baru mampir 👍♥️
💗AR Althafunisa💗
Lanjut ka 😍❤️
💗AR Althafunisa💗
Ceritanya keren 👍
💗AR Althafunisa💗
😭😭😭😭😭😭😭😭 sakit hati banget aku.
💗AR Althafunisa💗
Itu si Aldan mau nya diapain ya, kejam banget sama anaknya 😡😭
💗AR Althafunisa💗
aku koq sedih bangettt ya 😭😭😭😭😭😭😭😭
💗AR Althafunisa💗
Aku koq kasihan sama Aila ya, ga diperhatiin banget 😭😭😭
Delvyana Mirza
Itu suami nya Rey,hati2 dia itu kata Zira duda tantrum lho,ksmu harus was2 ya,
Nurjanah Abdullah
aku vote...semangat kak....
Ig:authorhaasaanaa: wah terimakasih yaaa🥰
total 1 replies
LISA
Aq mampir Kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!