"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Buka mulutmu!
"Aku ...."
Belum habis Bella berucap tawa rendah Leo menyela.
"Kau percaya aku menyukaimu?"
Bella menelan ludahnya kasar. Ini Leo serius atau hanya bercanda menanyainya. Bella mengaduh, Leo mencubit sebelah pipi chubby nya. Bella memang seramping kemoceng namun pipinya bulat seperti bakpao.
"Sakit, kak," protes Bella. Mengelus pipinya yang merah.
"Aku hanya menyukai Kanaya. Wanita kedua dalam hidupku, selain Mommy. Jadi, jangan berpikir apapun. Makan," kata Leo lalu pria itu fokus pada piring nya tanpa melihat ekspresi berbeda Bella.
'Benar, harusnya aku tidak ambil hati.'
"Katakan padaku bagaimana kau bisa sampai mabuk," tambah Leo tanpa menatap Bella yang masih menatapnya.
Flashback on.
Tak lama Leo pergi, Revan kembali. Membawa dua gelas minuman dengan warna berbeda, satu kekuningan dan satu merah seperti sirup.
"Nona, ini minuman anda dan tuan Leo. Saya ijin ke toilet. Nona, tidak apakan anda sendirian?" tanya Revan setelah meletakan minuman itu di meja depan Bella yang mengangguk. Revan kebelet pipis.
"Pergilah, kak. Tidak apa-apa kok."
"Baik. Saya pasti akan segera kembali Nona."
"Iya kak." Bella terkekeh kecil.
Ia begitu di jaga oleh dua laki-laki posesif. Sepeninggal Revan, Bella kini merasa haus, tapi ia bingung mana minumannya dan mana milik Leo. Revan juga tidak memberi tahunya tadi.
"Astaga, yang mana tadi milikku?" gumam Bella. Matanya mengedar mencari Revan. Bodyguard Leo itu masih belum kembali. Tak sengaja, Bella melihat Desi yang meneguk minuman warna merah sama seperti yang ada di mejanya. Pikir Bella, itu minuman yang aman.
"Ya Tuhan, ini minuman apa? Kenapa rasanya sedikit pedas dan berbau menyengat."
Bella memperhatikan gelasnya. Seluruh isinya sudah berpindah ke lambungnya. Tapi lama-kelamaan, perasa Bella merasakan rasa berbeda di kerongkongannya.
"Tunggu dulu, kenapa jadi manis seperti ini?" bingung Bella. Ia tidak melihat, senyum miring tersungging di bibir Desi.
Bella memutuskan mendekat pada stan minuman. Dua pasang mata licik mengikuti gerak Bella.
"Permisi kak, boleh aku meminta minuman lagi?" tanya Bella pada seorang perempuan pelayan yang sibuk memindahkan gelas di atas nampan.
"Ambil saja," ujarnya membelakangi Bella lalu berlalu pergi mengantar pesanan minuman.
"Terimakasih. Biarpun dia tidak mendengar. Enak sekali ya pesta orang kaya. Bisa bebas makan dan minum sesuka hati. Is, tapi aku lupa bertanya apa nama minuman aneh ini?"
Revan mencuci tangannya di wastafel. Mata Revan tiba-tiba membulat sempurna.
"Shit! Aku lupa memberitahu Nona. Wine itu milik tuan."
Revan berlari, ia tidak perduli jika pundak kerasnya menabrak orang-orang di depannya. Wajah Revan berubah kaku, Bella telah meneguk habis isi gelas keduanya. Kaki Bella terlihat mulai oleng.
"Nona!"
Revan menangkap tubuh Bella.
"Ah, Kak Revan, kok aku pusing ya. Hahaha ... Kak Revan kenapa kepalanya ada dua?" Bella mulai meracau, tangannya meraba-raba wajah Revan.
"Nona, hentikan. Anda mabuk."
"Tidak. Aku tidak mabuk. Kakak saja yang aneh. Tiba-tiba mempunyai kembaran saja," kata Bella kelewat ceria.
"Mati aku. Apa yang akan aku katakan pada tuan nanti?" Frustasi Revan.
Musik Senorita dari Shawn Mendes dan Camila cabello bergema dibawakan oleh seorang Disjoki. Bella mulai angguk-angguk menikmati irama musik.
"Nona, ayo kita kembali ke meja," ajak Revan merangkul di pundak Bella namun tetap menciptakan jarak.
"Kak, aku ingin menari," pinta Bella dengan mata sayu nya.
"Jangan nona. Bisa di penggal saya oleh tuan. Ayo, kita duduk saja."
"Tidak mau. Aku mau menari!"
Melihat rengekan Bella dan wanita itu mulai meronta, Revan akhirnya mengalah.
"Oke menari, tapi sebentar saja?"
"Iya, sebentar." Bella tersenyum cerah.
Revan melepaskan Bella, tapi ternyata itu sebuah kesalahan. Mata Revan hampir terlepas dari rongganya, Bella menari dengan liar di atas panggung. Goyang ngebor disebut Bella tari ara-ara. Para pria berduit yang sedari tadi mengintai Bella, ikut bergabung. Wanita itu di kepung oleh sepuluh pria sekaligus.
Revan menerobos menarik pergelangan Bella.
"Nona, hentikan! Mari ikut saya turun!"
"Hei kau, jangan serakah! Kami lebih dulu menari bersama wanita ini," ujar salah satu pria marah pada Revan.
"Jangan ikut campur. Aku pengawalnya!" balas Revan tak kalah membentak.
"Lepas!"
"Tidak Nona, ayo turun!" setelahnya Revan mengaduh, Bella mengigit tangannya. Itu kejadian sebelum Revan melapor.
Flashback off.
Peletak!
"Aww, Sakit kak!"
Kali ini kening Bella, di jitak oleh jari panjang Leo. Kegeramannya akibat tarian Bella akhirnya dapat di lampiaskan pada pelakunya sendiri.
"Itu tidak seberapa, dibanding hukuman diterima Revan," ucap Leo. Menarik dua lembar tisu lalu mengelap bibir lembapnya. Ia sudah selesai sedangkan di piring Bella masih tersisa empat suap.
"Di hukum kenapa kak?"
"Lalai dalam bertugas."
Leo mengambil alih piring Bella. "Buka mulutmu."
"Kak, aku bisa sendiri," protes Bella akan merebut kembali piring nya tapi Leo menyimpan di pangkuannya.
"Buka mulut atau sekalian piringnya aku suapkan di mulutmu," ancam Leo mata elangnya semakin tajam.
"Is, pemaksa!"
Tak urung Bella membuka mulutnya tidak ikhlas. Bella malu tentu saja, seolah ia begitu manja dan tidak tahu diri.
Selesai makan, Bella mencuci piring di wastafel, mengerutkan dahi. Mendengar suara seperti tentara tengah berlatih. Bella sedikit berjinjit melihat ke kaca depannya.
Betapa terkejutnya Bella, ada sebelas laki-laki dewasa berlari mengelilingi lapangan belakang mansion lumayan luas itu. Bella tambah meringis, semuanya memakai bokser ketat tanpa baju. Tidak terbayang menjadi santapan nyamuk ditengah malam begini.
Shrek!
"Kak, kenapa di tutup sih!" protes Bella.
Leo pelaku penarik tirai itu mendengus.
"Cukup kau berdosa bersama ku, jangan lagi menambah dosa dengan matamu."
Bella mengerucutkan bibirnya lucu. "Bukan begitu. Aku rasa hukumanmu terlalu kejam kak. Aku yang salah. Bubarkan mereka. Nanti mereka bisa masuk angin."
Leo mengangguk. Mendekatkan jamnya ke mulut. "Revan, dua puluh putaran lagi."
"Baik tuan," jawab Revan tanpa protes.
"What?!" mulut Bella terbuka lebar, apa yang ia minta bertolak belakang dengan yang di kabulkan Leo.
Disisi lain, Adam yang betisnya sudah di balut perban oleh dokter yang baru saja pulang. Terus melihat pada kaca yang menyorot langsung pada pagar mansion. Setelahnya ia kembali mengumpat, Bella yang ia tunggu tak kunjung datang.
"Dimana si wanita jahanam itu? Kemana lumpuh membawanya?"
Desi keluar dari kamar mandi, sudah memakai gaun tidur bertali spaghetti. berwajah masam mendengar gerutuan Adam.
"Untuk apa sih sayang kau perduli padanya? Bukannya katamu dia tidak berguna karena mandul. Sudah lah, aku ada disini dan sedang hamil anakmu pula. Aku bisa mengurus mu kok."
Tetap saja, yang hati Adam inginkan wanita yang kerap kali jadi bulan-bulanannya itu, Bella.
"Kau tidak mengerti. Aku tidak suka dia dekat dengan si Leo dandang itu. Kemari kan ponselku."
Desi memicing tajam. "Kau tidak sedang cemburukan Adam?"
"Hahaha," Adam tertawa sarkas. Tidak lupa mengelus puncak kepala Desi.
"Jika aku menyukainya, untuk apa aku menghamilimu? Aku gatal ingin menyiksanya, pasti menyenangkan melihat wajah cemburunya itu melihat kemesraan kita."
Desi tersenyum cerah. "Baiklah. Ini silahkan telpon dia."
Dering pertama!
Dering kedua!
"Kemana sih wanita itu? Angkat Bella! Atau nanti gue pecahin ponsel lo!"
Desi sebenarnya cukup ngeri dengan tempramen Adam, tapi sekalipun belum pernah Adam berbuat kasar secara fisik. Desi juga memiliki misi tersembunyi, sebab itu ia mau hamil ditengah dirinya yang tidak menyukai anak kecil.
"Sayang, kok aku mendengar dering ponsel dari arah laci?" interupsi Desi membuat Adam masih menempelkan ponsel di telinga menarik laci itu.
Benar, ponsel Bella. Keduanya sedang berada di kamar Bella dan Adam yang seharusnya tempat privasi keduanya namun dengan tega, Adam membawa masuk selingkuhannya.
"Bella!" teriak Adam marah luar biasa.
tanda terima kasih aq kasih bintang lima ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️