Halo semua nya. Ini novel author yang ke 3. Di novel ini pemeran utama nya agak berbeda dengan dua pemeran utama di novel author yang lain.
Selamat membaca, dan semoga kalian suka.
Setelah di selingkuhi, dan di tinggal nikah oleh sang kekasih, Mawar di jodohkan dengan anak dari majikan Bapaknya. Bukan nya Mawar tidak mau, hanya saja laki-laki itu bertingkah layak nya wanita. Bapaknya yang seorang supir keluarga itu, terpaksa menerima perjodohan Mawar dan Angga. Banyak yang di harapkan dari pernikahan mereka berdua. Entah bagaimana nasib Mawar selanjutnya.. Selamat membaca. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Sebuah mobil mewah lagi-lagi berhenti di depan rumah milik Mawar. Dan lagi, Mawar sudah biasa dengan kejutan seperti ini.
Tok... Tok...
"Permisi." Ucap seorang wanita yang kelihatan nya sudah berumur.
"Waalaikumsalam, ada apa ya?"
Wanita itu merasa kikuk karena tadi tidak mengucapkan salam. Mawar ini memang agak lain dia. Tapi sebenarnya memang Mawar nggak salah sih.
"Benar dengan Mawar?"
"Iya, benar Tante. Ada perlu apa ya dengan saya?"
"Begini, saya Tante nya Angga. Hari ini, Angga tidak sempat menemani kamu untuk melihat-lihat baju pengantin kalian. Jadi, saya datang ke sini mau membawa contoh nya."
"Oh, boleh Tante. Silahkan masuk."
Wanita itu pun masuk dan takjub melihat apa yang ada di dalam rumah milik Mawar. Tali jemuran yang di ikat di dalam. Entah apa maksud Mawar melakukan hal itu.
Setelah mempersilahkan tamu nya duduk, Mawar juga menyuruh kan sang tamu dengan minum dan kue kering buatan nya.
Soal dapur memang Mawar ahli nya. Tapi, soal kerapian, Mawar belum terbiasa. Dari kecil ia tidak pernah di ajarkan untuk menjadi seorang wanita tulen.
Tidak ada Ibu yang memberi tahu nya. Tidak ada Ibu yang mengajarkan nya. Dan tidak ada Ibu yang mencontohkan nya.
"Jadi, kita mulai dari mana?"
"Terserah Tante aja. Mawar ngikut." Ucap Mawar terus terang.
Jujur ia sama sekali tidak tahu menahu soal konsep yang di inginkan oleh Angga. Angga bukan lah orang sembarangan, jadi ia tidak mungkin asal pilih.
"Yakin ni mau Tante pilihkan? Nanti kalau kamu tidak suka, bagaimana? Beda orang kan beda selera."
"Iya sih. Tapi, Mawar nggak tahu harus milih yang mana. Mawar takut nanti Angga kecewa dengan pilihan Mawar."
Wanita itu hanya tersenyum. Pantas saja Angga begitu tergila-gila pada gadis yang ada di hadapan nya ini. Ternyata, ia begitu tulus.
"Begini saja, Mawar pilih mana yang paling Mawar suka. Trus nanti, biarkan Tante yang membuat nya menjadi indah."
"Apa nggak masalah?"
"Mawar tenang saja."
Akhir nya semua telah di putuskan. Seperti dugaan wanita itu, Mawar memilih gaun yang paling murah dan sederhana. Sebenarnya, ia hanya ingin tahu apakah Mawar adalah gadis Matre yang menginginkan harta keponakan nya saja.
Ternyata Mawar bukan lah wanita yang seperti itu. Dan pilihan Mawar membuktikan segala nya.
"Silahkan di makan dulu kue nya Tante."
"Ini Mawar yang buat?"
"Iya Tante."
"Wah, enak sekali kue nya. Serius ini kamu yang buat?"
"Iya. Emang Mawar yang buat. Tante masih mau? Biar Mawar bungkus."
"Eh, nggak usah. Jadi malu."
"Nggak apa kok. Masih banyak di belakang. Bentar ya Mawar ambilin."
Wanita itu sangat malu. Niat hati ingin melihat bagaimana calon istrinya Angga, eh malah dia yang malu sendiri.
"Makasih loh Mawar. Lain kali Tante mampir ya."
"Kalau mau mampir, kabari ya. Nanti Mawar buatkan kue yang lain."
Mata wanita itu melotot. Yang di tangan nya aja bisa seenak itu. Dan Mawar malah menawarkan kue yang lain. Dan lagi, ia memang pecinta kue.
"Mawar, kita bakalan jadi bestie" Ucap nya sambil mencium pipi Mawar.
Mawar hanya melongo dan tidak memahami apa maksud dari Tante nya Angga itu. Memang Mawar tidak pernah berprasangka buruk.
Ia pikir, Tante itu memang datang untuk membahas pakaian pengantin nya. Akan tetapi, semua itu hanya akal-akalan nya saja agar bisa menilai Mawar dari dekat.
Suara ponsel Mawar berbunyi tanda panggilan masuk. Ternyata Angga yang menelpon nya.
"Kamu lagi dimana?"
"Ni di rumah. Emang kenapa?"
"Tante ku tadi ke rumah?"
"Iya. Ini baru pulang. Oh ya, Tante kamu ternyata suka banget sama kue buatan aku. Kata nya kami bakalan jadi bestie."
"bestie?"
Citt......
Suara ban mobil Angga terdengar bahkan sampai ke telinga Mawar.
"Angga, kamu kenapa? Kamu baik-baik aja kan. Itu tadi suara apa?"
"Oh, nggak apa kok. Tadi bukan apa-apa. Dan aku baik-baik saja. Yaudah, aku tutup dulu ya."
Angga pun mengakhiri panggilan nya. Mawar merasa bingung sendiri.
*****
"Sayang, aku mau bicara."
Tiba Reno ingin bicara serius pada Maharani. Saat itu, Rani baru saja masuk ke dalam kamar dan mengabaikan Reno beberapa hari ini.
Ia masih sakit hati dengan kejadian demi kejadian yang terjadi di rumah orang tua suami nya itu.
"Mau bicara apa?"
"Kamu kok jadi cuek gitu sih sama aku?"
"Aku? Cuek? Mungkin perasaan kamu aja."
"Enggak kok. Biasa nya kalau pulang kerja, kamu pasti nungguin aku di depan. Bawain aku teh hangat dan kue. Trus kalau makan kamu yang pilih semua menu yang aku mau."
"Lah terus? Kamu nggak suka?"
"Bukan nya nggak suka. Biasa nya kan nggak seperti itu."
"Kamu aja nggak menghargai aku di rumah orang tua mu. Jadi, untuk apa aku melakukan hal yang sama. Masih mending kamu nggak pernah di suruh ini itu sama orang tua aku."
"Oh, jadi ceritanya kamu mau balas dendam? Gitu?"
"Bukan nya balas dendam. Aku cuma mau kamu tahu, jadi aku tu nggak enak. Kamu baru sedikit di cuekin aja langsung nggak enak hati. Trus, bagaimana aku yang sudah di hina habis-habisan oleh keluarga mu."
"Bilang saja kalau kamu nggak pernah suka kan sama keluarga aku. Harus nya dari awal kamu tahu, bagaimana sikap keluarga aku. Dan harus nya kamu juga menerima kekurangan mereka."
"Enak di kamu dong." Ucap Maharani tegas.
"Apa nya yang enak?"
"Kamu makan dan tinggal gratis di sini, tapi nggak pernah memberi aku uang. Padahal gaji kamu itu banyak. Alasan mau nabung beli rumah. Tapi malah rumah untuk orang tua mu yang lebih dulu kamu prioritas kan."
"Jadi karena rumah itu kamu jadi begini? Kamu pelit banget sih. Baru juga makan tapi sudah kamu ungkit."
"inti nya aku perlu kamu menafkahiku. Aku tanggung jawab mu mulai sekarang. Tidak ada urusan lagi makan ku, pakaian ku, dan seluruh tentang ku, dengan orang tua ku. Mulai hari ini, kamu yang harus menanggung nya."
"Apa? Tidak bisa gitu dong."
"Mengapa tidak bisa. Kau suami ku sekarang. Jangan lupakan itu Reno. Dan juga, ada anak kita yang sebentar lagi akan lahir."
Kepala Reno rasa nya mau pecah. Bagaimana mungkin ia bisa membagi uang-uang nya. Bisa perang dunia jika Mama nya tidak di beri uang lagi.
Reno rasa nya mau pergi jauh saja kalau begini kejadian nya. Maharani yang biasa nya penurut tapi kali ini sudah mulai berubah.