Married Via Audition

TIDAK PEDULI

Selama ini, Irie selalu memendam apa yang menjadi kesedihan, kegelisahan, kesakitan-nya sendiri. Semenjak ibu dan ayahnya meninggal, Irie tumbuh menjadi seorang wanita yang cukup mandiri, meski dia tinggal dengan Jillian, tetap saja Irie merasa kesepian.

Sekarang apa yang harus dia katakan kepada ibu mertuanya itu? Apakah dia harus mengatakan kalau ibu tiriku selingkuh dengan pacarku, lalu berhutang kepada pria pedofil atas namaku? Irie merasa itu sangat kejam meski dia tahu orang seperti mereka patutlah mendapat balasan.

“Bukankah kini nasib Alina sama sepertimu?! Memiliki seorang ibu sambung— ”

“Tidak Ibu Jolie. Aku harap itu tidak sama.” Potong wanita muda itu tiba-tiba sungguh membuat Jolie sedikit kaget, tapi Jolie masih bisa memahaminya. Sedangkan Irie, dia tidak pernah berharap nasib Alina sama sepertinya. Jangan sampai itu terjadi.

...***...

Memasuki makan siang, para pegawai perusahaan Vernandez mulai menghentikan pekerjaan mereka, kantin kantor tampak ramai dan ricuh sekali.

Jika para pegawai sibuk memilih menu makanan mereka di kantin, termasuk Bio sang tangan kanan CEO pemilik perusahaan tersebut. Berbeda dengan sosok pria berkulit putih dengan mata tajamnya yang selalu menyibukkan dirinya dengan semua berkas-berkas di atas mejanya.

Arky yang tidak mau istirahat, dia lebih memilih bekerja tanpa kenal lelah.

Saat dirinya sibuk membaca dokumen penting itu, tiba-tiba dering telepon berbunyi sehingga Arky terpaksa harus beralih ke panggilan tersebut.

[“Halo.”]

[“Selamat siang Tuan Arky, maaf mengganggu waktunya. ”] Ucap suara lelaki yang Arky kenal. Seorang bartender yang bekerja di Bar nya yang tak kalah ternama nya dengan Vernandez Corp.

[“Hm.”]

[“Begini. Ada seseorang yang ingin memborong minuman baru Anda, Tuan. Apakah saya harus.... ”]

[“Jual saja. Asalkan dengan harga yang tinggi, jangan sampai tidak ada keuntungan di bisnis ku.”] Jelas Arky berwajah datar serta tegas. Tanpa banyak cakap lagi, bartender tadi langsung mengerti dan menutup kembali panggilannya.

Setelah menutup kembali telepon tersebut, Arky melihat ke arlojinya. Pria itu mendengus seraya menutup matanya, dia hampir melewatkan makan siang lagi. “Fine.” Ucapnya sambil beranjak dari tempatnya. Arky berjalan keluar ruangan, dia mencari keberadaan Bio dan pegawai lainnya yang berada di lantai ruangannya namun tak kunjung ketemu sehingga Arky harus datang dan memesan sendiri makan siangnya di kantin.

Melihat sang bos turun sendiri bahkan ke kantin kantor membuat para pegawainya melongo hingga semuanya seakan menjadi slow motion. Arky tak memperdulikan tatapan para pegawainya, baik yang wanita maupun pria, dia terus berjalan lurus dengan pandangan fokus ke depan.

Bruakk!!! “PREITY!! Bos Arky datang ke kantin!” teriak seorang wanita berambut panjang terkuncir rendah itu seraya menggebrak meja kerja temannya yang bernama Preity.

Wanita bernama Preity tadi langsung menoleh karena keterkejutannya sehingga tak peduli akan lipstik merahnya yang menjadi coretan garis lurus hingga ke pipinya, saking terkejutnya dia mendengar kabar bos yang dia cintai turun ke kantin.

“Really?!” ucapnya berdiri sambil menatap lekat temannya itu dengan mata melotot.

“Ya! Cepatlah.”

Tanpa banyak pikir, wanita berambut pendek lurus itu segera berlari bak mobil sport yang mengepot tanpa melihat adanya orang-orang yang berjalan di depannya.

Tepat di depan pintu kantin, wanita ganjen itu berdiri di sana dengan wajah kagum terpesona oleh sosok pria tampan yang tengah berdiri dan berbincang dengan salah satu ahli gizi di sana. Preity pun segera menghampirinya setelah dia merapikan dirinya.

“Selamat siang Tuan Arky!” sapa wanita itu yang kini terlihat malu-malu ketika dia berdiri tepat di samping bosnya saat ini.

Arky menoleh ke arahnya sambil memicingkan matanya. Kerutan di alisnya menandakan bahwa pria itu tidak menyukainya. Berbeda dengan Preity yang berani dan masih tersenyum lebar seraya mengedipkan matanya berulangkali.

“Antar saja di ruangan ku.” Ucap Arky kepada sang ahli gizi tadi.

“Perbaiki lipstik menjijikkan mu itu sebelum menyapaku.” Sindir Arky datar dan santai namun menusuk hati. Harusnya mereka semua sudah tahu bagaimana sifat bos nya itu.

Pria itu melengos pergi begitu saja setelah mengatakan sindiran nya tadi. Sementara Preity menganga tak percaya dengan apa yang dia dengar, sampai sang ahli gizi yang tadi berbincang dengan Arky memberikan petunjuk bahwa lipstiknya belepotan.

“AAAAAAAAA!!!!” teriak wanita berambut pendek tadi setelah bercermin di pantulan kaca makanan. Rasa malu yang luar biasa ketika kau menemui pria yang kau cintai dalam keadaan makeup tak karuan.

...***...

“Apa? Kau sudah menikah? Sejak kapan?” suara lantang dari satu orang pria dan satu orang wanita yang kini Irie temui di sebuah cafe.

Mendengar kedua temannya itu tidak percaya, Irie menatapnya lesu karena dia sendiri juga tidak percaya bahwa dirinya sudah menikah.

“Hm.. Kemarin! Pernikahan mendadak, jadi aku tidak bisa mengundang kalian berdua.” Ujar wanita yang kini mengurai rambutnya yang bergelombang nan indah itu. Sambil bertopang dagu, Irie terus menerus menarik napas panjang.

“Siapa yang kau nikahi? Apa itu Ken?”

“Bukan dia. Aku tidak berharap menikahi pria itu.” Ketus Irie sangat menjijikkan jika sampai dia menikahinya. Tentu saja kedua temannya itu saling menatap dengan wajah penuh tanya. Yang mereka tahu, kekasih Irie hanyalah Ken.

“Lalu kau menikah dengan siapa?” tanya teman wanitanya bernama Nabila sambil menyeruput minumannya.

“Dia seorang duda— ” BRRUUUSSSSS!!! Seketika semburan air membasahi meja disaat Nabila malah terkejut sampai-sampai ia tak sengaja menyemburkan minumannya.

“Du- duda?” syok teman prianya yang merupakan seorang kru. Irie mengedipkan matanya dua kali ketika melihat dua temannya terkejut.

Sambil mengangguk, Irie menjawabnya singkat. “Iya.”

Nabila dan Kairi sama-sama menatap heran setelah mendengar Irie menikahi seorang duda.

“Berapa umurnya? Bagaimana rupanya dan... Siapa namanya?” seakan Nabila ingin tahu detail seperti apa duda yang Irie maksud. Jangan sampai pikirannya benar kalau Irie menikahi kakek-kakek beranak lima.

“Iya. Siapa dia?” sambung Kairi juga tak kalah penasarannya.

Irie masih menopang dagu dengan santai seraya menarik napas dalam-dalam.

“Arky Vernandez.”

“APAAAAAA!!” seketika kedua temannya itu lagi-lagi terkejut hingga berteriak lantang di satu ruangan tersebut. Siapa yang tidak terkejut mendengar nama yang disebutkan oleh temannya itu. Salah satu daftar pengusaha sukses se-Asia.

...***...

Irie berjalan gontai menelusuri jalanan. Karena terlalu asik bercerita, dia sampai lupa bahwa sudah berumah tangga. Kini langit sudah terlihat gelap, mungkin sebentar lagi hujan akan turun dengan lebat. Irie sengaja menolak tumpangan mobil beserta sopir keluarga Vernandez yang sudah ibu Jolie siapkan. Irie menolaknya karena dia ingin menemui temannya secara pribadi dan tenang, itu saja.

Kini pikirannya sangat bingung sekali, kurang dua hari lagi para debkolektor itu akan mencarinya lagi untuk menagih hutang. Jika tidak segera dilunasi, dia akan diserahkan paksa ke bos mereka, si pria tua pedofil.

“Apa aku punya tabungan???” Ting! Kedua mata hazel Irie seketika terbuka lebar, langkahnya berhenti di tengah jalan. dia ingat bahwa ada tabungan di bank namun jumlahnya sedikit, mungkin tidak sampai 10 juta.

“Itu lumayan.” Irie segera bergegas. Karena keadaan mendung membuat jalanan yang awalnya ricuh kini sudah kembali hening dan hanya ada beberapa orang saja yang berjalan santai.

“Halo Nona!” sapa kedua pria debkolektor yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan Irie yang tadinya berjalan cepat. Wanita itu terkejut melihatnya, dia ingin lari dan berteriak tetapi dia tidak bisa karena mereka akan mengatakan kepada orang-orang bahwa dirinya lah yang memiliki hutang.

.

.

.

“Aku akan membayarnya.” Ucap Irie dengan wajah serius. Kini kedua orang tadi sudah membawanya ke sebuah jalanan sepi, sebuah jalan pintas.

“O,iya! Berapa? Apa setengah?” tanya salah satu debkolektor bertubuh besar itu.

Irie tersenyum remang menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya. “Mungkin tidak. Maksudku hanya— seperempat, mungkin!” balas wanita itu sedikit takut sambil tersenyum peluh.

Salah satu pria yang lainnya langsung dengan amarah, meraih kera kemeja hitam polkadot putih Irie lalu menariknya lebih dekat.

“Jangan main-main. Jika kau tidak melunasinya, maka kami akan membawamu jauh dari rumahmu.” Tegas debkolektor tadi yang masih mencengkram kera pakaian Irie.

Irie mencoba melepaskan dirinya dari tangan besar sang debkolektor, namun dia kalah kuat mengingat tubuhnya yang mungil. “Aku akan membayarnya, lepaskan aku. Lagi pula masih dua hari' kan!” balas Irie dengan marah. Namun cengkraman tadi semakin kuat sampai-sampai Irie seperti terangkat sedikit.

“Apa kita menuju ke bar Tuan?” tanya sang sopir.

“Tidak. Kita pulang saja.” Pinta Arky yang masih duduk diam di kursi belakang seraya menatap ke luar jendela.

Tanpa disengaja. Mobil putih Arky melewati sebuah jalan pintas, pria itu melihat ke arah jendela. Seorang wanita yang dia kenal tengah berhadapan dengan dua pria bertubuh kekar dan tinggi. Salah satu dari mereka masih mencengkram erat kera pakaian wanita tersebut yang merupakan istrinya sendiri.

“Cih.” Arky balik menatap lurus dan tidak memperdulikan wanita itu sama sekali, meski kini terlihat jelas bahwa istrinya sedang dalam masalah, apalagi itu adalah tempat sepi. Namun mobil Arky masih saja melaju.