NovelToon NovelToon
Kenzie Dan Goresan Takdir

Kenzie Dan Goresan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti / Teen Angst
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: DarmaWati212

Ini tidak hanya bercerita tentang cinta sejati yang harus terpisah karena kesalahan. Ini juga bukan hanya tentang kejadian MAB, yang menghancurkan masa depan dua remaja. Tetapi ini juga tentang keluarga.

Kisah seorang anak yang harus menanggung derita atas kesalahan mereka. Dia yang tak mengerti apapun dipaksa bertanggungjawab dan menanggung luka. Di buang oleh ibu kandung, dibenci dan tak diakui oleh ayah sendiri. Menyakitkan, namun inilah garis takdirnya.

"Papa, jika kehadiranku sebagai anak haram adalah aib, akupun tidak ingin terlahir jika sebagai penghambat kebahagiaan kalian."

"Papa, Tuhan telah menjawab doaku, Kenzie telah dianugrahkan penyakit yang bisa membuat papa bahagia kembali."

"Aku harap, papa akan mencintai bunda Nara dengan tulus, karena dialah cinta pertama dan terakhir papa. Dan tolong, jangan pernah ada penyesalan karena inilah takdir."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DarmaWati212, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8

Di tengah hujan deras yang mengguyur bumi, seorang remaja tampak berlari sendirian di jalanan yang sepi. Hoodie hitam yang dipakainya menutupi kepalanya, melindunginya dari tetesan air hujan yang terus-menerus mengguyur.

Langkah kakinya terus melangkah tanpa arah yang jelas, pikirannya kosong, dan di lubuk hatinya, ia hanya menginginkan sedikit kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan yang menyakitkan. Setidaknya untuk sesaat, ia ingin bisa melupakan beban yang terlalu berat yang terus menekan kepalanya.

Kenzie, demikian nama remaja itu, melangkah dengan langkah yang berat, berat seperti beban yang selalu ia pikul. Wajahnya tersembunyi di balik hoodie hitam, menciptakan bayangan suram yang melingkupi hidupnya. Namun, bagi banyak orang, ia seperti pelangi yang cerah, selalu membawa senyum kebahagiaan dalam kehidupan mereka.

Tiba-tiba, Kenzie terjatuh dan terduduk di tengah jalanan yang basah oleh hujan. Ia merasa seperti anak yang tersesat, menangis seorang diri di tengah kegelapan. Hatinya hancur, terpuruk dalam rasa kecewa yang mendalam. Ia berharap ayahnya akan membelanya, setidaknya Rayhan sedikit dukungan, tetapi kekecewaannya semakin besar ketika Renra hanya terdiam, tanpa sepatah kata pun.

“P-apa...”suara Kenzie terdengar terputus-putus di antara suara hujan dan gemuruh kendaraan yang melintas di jalanan.

“Sampai kapan engkau akan terus menjadi saksi bisu? Sampai kapan engkau akan menutup mata, telinga, dan mulutmu? Seolah-olah engkau tidak tahu apa-apa,”isaknya dengan suara yang pilu, hujan turut mencampuri tangisnya yang tak tertahankan.

Seharusnya tidak ada yang melakukannya di tengah hujan deras seperti ini. Seharusnya Kenzie tidak melakukan hal bodoh yang hanya akan membuatnya menderita lebih banyak lagi. Rani pasti akan marah padanya.

“Papa... jika saja aku adalah adikmu, apakah kau akan menyayangiku? Apakah hidupku akan bahagia?”rengek Kenzie, di dalam rasa sakit dan keputusasaan yang tak terhingga. Ia merasa dikhianati oleh ayahnya sendiri, yang tidak pernah mengakui keberadaannya. Ia merasa diabaikan, dihukum oleh ketidakadilan hidup yang ia hadapi.

Saat Kenzie jatuh sakit, hanya Rani atau pembantu rumah tangga yang akan merawatnya sampai sembuh. Meskipun Rayhan datang untuk menjenguk, tetapi sikapnya yang dingin seperti patung, tanpa memberikan sedikitpun perhatian pada Kenzie, membuat situasi semakin menyedihkan bagi remaja itu.

“Papa, sekali saja. Kenzie ingin melihat papa tersenyum karena Kenzie,”bisik Kenzie dengan harapan yang rapuh.

“Tidak dengan tatapan datarmu, yang hanya membuat Kenzie semakin merasa bersalah,”tambahnya dalam hati, sambil menahan tangisnya yang tak kunjung berhenti. Bahkan, ia tidak peduli dengan pandangan iba dari beberapa pengemudi mobil yang melintas di sekitarnya. Yang ia inginkan hanyalah meluapkan kesedihan ini, namun bukan di depan keluarganya.

Kenzie tidak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya. Ia tidak pernah melawan, tidak pernah berlari ketika Renra belum selesai memarahinya. Ia hanya akan diam, meskipun air matanya telah mengalir dengan deras.

Berharap agar Rani tidak datang mencarinya, Kenzie memutuskan untuk menyembunyikan diri. Ia tidak ingin membebani neneknya lebih lanjut. Sudah lebih dari cukup Rani membela dirinya.

Namun, tiba-tiba tangisannya terhenti saat ada seseorang yang memayunginya. Kenzie merasakan bahwa rintikan hujan tidak lagi mengenai tubuhnya. Dalam hati, ia yakin bahwa orang itu pasti Rani, yang telah menemukannya.

“Ibu, aku mohon. Tolong pergi!”pintanya dengan suara parau karena terlalu lama menangis.

Namun, orang itu tidak bergerak, tetap diam di tempatnya. Tak ingin menyerah, Kenzie melanjutkan,"Cukup Zie yang dimarahi. Ayah Renra pasti akan marah jika melihat ibu di sini. Tolong, ibu pergi.”

"Kau baik-baik saja nak?"

Namun, suara yang terdengar bukanlah suara Rani. Ini suara wanita asing, meskipun lembut, namun Kenzie sama sekali tidak mengenalinya. Ini kali pertama baginya mendengar suara itu. Dengan penuh penasaran, Kenzie berbalik dan mendongak untuk melihat siapa yang telah berbaik hati peduli padanya.

Dilihatnya seorang wanita paruh baya dengan tubuh yang lebih pendek dari Kenzie. Matanya masih berair karena air mata yang belum kering sepenuhnya. Awalnya, Kenzie berharap bahwa wanita itu adalah Rani, namun sadar bahwa ini adalah momen yang lebih baik jika Rani tidak selalu menjadi pelindungnya. Rani telah melakukan begitu banyak untuknya. Setidaknya, Kenzie ingin memberikan Rani kesempatan untuk menikmati kebahagiaan dan ketenangan di hari tuanya nanti.

“Hei, kau sedang melamun, nak?”suara lembutnya mengalun, meskipun suara kendaraan yang berlalu lalang membuatnya cukup berisik. Namun, Kenzie masih bisa mendengar dengan jelas.

“A-aku tidak apa-apa,”jawab Kenzie dengan suara pelan.

“Kenapa kau menangis? Karena putus cinta, atau karena dihukum oleh orangtuamu?”tanya wanita itu sambil terkekeh melihat ekspresi kesal Kenzie.

“Bukan urusan anda,”jawab Kenzie mencoba menyembunyikan perasaannya.

Wanita itu berjongkok di depan Kenzie dengan lembut, membantunya bangkit berdiri. Kenzie hanya menurut pasrah, merasa seperti orang yang telah kehilangan arah hidupnya.

“Wajahmu pucat. Pasti karena terlalu lama terkena hujan,”ujar wanita itu sambil menatap wajah Kenzie yang memang sangat pucat. Wajahnya terlihat lelah, dan air mata yang belum juga kering.

“Tidak, itu karena kulitku yang putih,”ujar Kenzie dengan mencoba mengelak. Ia tidak ingin ada yang khawatir tentang keadaannya.

“Tidak, aku tahu perbedaan antara kulit yang putih dan kulit yang pucat karena sakit. Bibirmu juga memutih. Kau pasti kedinginan, kan, nak?”

Wanita itu tidak tega melihat keadaan remaja di hadapannya.Kenzie menggeleng lagi.

“Terima kasih atas perhatiannya. Tetapi saya baik-baik saja. Saya masih kuat. Lebih baik anda pulang, karena ini sudah hampir larut malam,”ujarnya dengan sedikit rasa tak enak. Ia merasa telah kurang sopan karena secara tidak langsung mengusir wanita itu.

“Seharusnya aku yang harus mengatakan itu padamu. Lebih baik kamu pulang. Tidak baik bagi seorang remaja berkeliaran di tempat ini sendirian,”kata wanita itu.

“Mengapa?”tanya Kenzie, masih bingung. Ia melihat sekeliling, tapi tidak melihat apa pun yang aneh atau menakutkan.

“Di tempat seperti ini sering ada preman yang berkeliaran, juga penculik anak. Jika mereka melihatmu sendirian di sini, mereka mungkin akan mencoba menjualmu,”jujur wanita itu. Ia sama sekali tidak berbohong atau mencoba menakuti Kenzie.

“Anda tidak perlu berbohong. Meskipun ini pertama kalinya lagi saya menginjakkan kaki di Indonesia dan tidak tahu banyak tentang tempat ini, saya tidak mudah ditipu,”jawab Kenzie dengan ketegasan.

Wanita itu menghela nafas berat, ternyata Kenzie cukup keras kepala.

“Tidak ada yang berbohong di sini. Apa yang saya katakan adalah kenyataan. Saya memberitahum agar kamu tetap waspada,”ujarnya.

Kenzie terdiam. Hatinya bimbang, ragu apakah wanita paruh baya ini orang yang baik atau tidak.

“Orangtuamu pasti khawatir-“

Kenzie memotong pembicaraan wanita itu dengan suara yang tegas,"tidak ada yang peduli.”

Wanita itu terkejut mendengarnya,"apa maksudmu? Tidak mungkin ada orang tua yang tidak peduli terhadap anaknya.”

“Tolong tinggalkan saya di sini, Nyonya. Saya butuh waktu sendiri,”ujar Kenzie sambil memalingkan wajahnya.

1
Lady Orlin
iya lho, jarang koneksi secwpat ini apalagi sama org yg baru ketemu😌
Lady Orlin
Yah kenzie pulang😮‍💨
Lady Orlin
pasti sakit bgd jadi Rani, udah kyk anak sndiri Kezie wlp sbnernya cucunya
Lady Orlin
serius? khawatir kenapa dok🥺🥺
Lady Orlin
Hey jgn diperhatiin lagi bobo😆😆
Lady Orlin
aku dukung Alvaro lamar Nara🔥🔥
Lady Orlin
trnyataoh trnyata Nara anak Nadya🙃
Lady Orlin
lagi mikirin cowo lain tuh Al😆😆
Lady Orlin
Lho nara mash kesemsem ama Rayhan🤣🤣
Lady Orlin
wow so sweet, smoga langgeng yahh😍
Lady Orlin
Nadya baik bgd pdhl Kenzi org baru dikenal🤩
Lady Orlin
rumit kl kamu gak cari jalan kekuar Ray, jangn cuma dioendam tapi cari jln kluar
Lady Orlin
Segini dulu kak, nnti aq lanjutt .. kerennn, semangattt syelalu🔥🔥
Lady Orlin
Pasti ngarep bgd ya Ken Keluarga sendiri sebaik Kel. Nadya😭😭
Lady Orlin
Wah ati2 Ken sama org yg baru aja dikenal😌
Lady Orlin
Kok aku OVT Nadya ibu kandunf Kenzi😨😨
Lady Orlin
Apa Nadya ada hubungannya sama Kenzie?
Lady Orlin
Saking udh sayangnya sama Kenzii😭😭
Lady Orlin
siapa Nyonya ini? Hmmm
Lady Orlin
seseuknya sampe sini Ken😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!