Brian Carlos adalah seorang presiden direktur sekaligus pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di suatu negara. Ia diterpa gosip miring tentang minatnya pada wanita.
Valerie, seorang wanita yang bekerja sebagai instruktur senam dengan keahlian beladiri yang mumpuni serta kehidupan penuh rahasia.
Keduanya terlibat masalah karena sebuah kesalahpahaman, hingga Brian menuntut Valerie atas kasus penganiayaan.
Demi menyelamatkan nama baiknya, Valerie menerima tawaran Brian untuk bekerja sebagai bodyguard. Namun tidak menyangka jika Brian sudah memiliki maksud lain sejak pertama kali mereka bertemu.
Akankah kisah mereka berakhir manis seperti kisah dalam novel pada umumnya?
Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bodyguard?
Namun jika mengingat perkataan Noah, Valerie ragu untuk mengalahkan Brian. Laki-laki sepertinya pasti punya seribu cara untuk menenangkan sidang dan membuatnya tampak seperti tersangka sungguhan.
"Bagaimana? Bukankah itu tawaran yang bagus. Selain bebas dari tuntutan, kau juga mendapatkan pekerjaan baru," ucap Brian mendesak.
"Berapa lama aku harus melakukannya?"
"Tiga bulan. Itu setara dengan masa tahanan yang akan kau jalani. Bukankah lebih baik bekerja padaku daripada mendekam dibalik jeruji besi?"
"Dia sangat licik!" batin Valerie.
"Aku sedang sibuk, pikirkan baik-baik." Brian menutup layar laptopnya, lalu bangkit dari kursi dan merapikan jasnya.
Valerie membiarkan laki-laki itu pergi, meninggalkannya sendirian di dalam ruangan luas ini sambil berpikir.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk mengambil keputusan. Jika ia memberitahu sang kakek tentang masalah yang sedang ia hadapi, mungkin saja ini akan berakhir mudah. Namun sayangnya, Valerie tidak bisa melakukan itu. Ia harus bertanggung jawab dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
Setelah cukup lama duduk diam sambil melamun di ruangan Brian, Valerie keluar lalu meninggalkan gedung perkantoran itu. Ia datang ke rumah sakit untuk menemui Max dan melihat keadaan laki-laki itu. Sebelum sampai di rumah sakit, ia membeli buah tangan berupa buah-buahan segar dan beberapa jenis kue.
Sesampainya di rumah sakit, secara tidak sengaja Valerie melihat seseorang yang sangat ia kenali. Seorang laki-laki paruh baya tengah duduk di kursi yang berada di ruang tunggu. Namun Valerie tidak bisa menemuinya, wanita itu memilih untuk mengirim pesan singkat.
[(Apakah terjadi sesuatu?)] tulis Valerie dalam pesan itu.
Meski sangat penasaran, Valerie berusaha keras menjaga jarak. Ia tidak bisa menemui sekretaris sang kakek di sembarang tempat. Bahkan mereka harus berpura-pura tidak kenal saat berpas-pasan di tempat umum.
Sambil menunggu balasan pesan, Valerie masuk ke dalam lift. Ia hendak menuju kamar VIP tempat Max sedang menjalani perawatan.
Sesampainya di depan kamar Max, Valerie terdiam. Ia melihat dua orang yang sedang berjaga di depan pintu. Jika ia tidak punya alasan kuat, maka mereka tidak akan membiarkan Valerie masuk.
Setelah berpikir lebih dari sepuluh menit, akhirnya Valerie mendekati pintu.
"Selamat siang, saya harus bertemu Tuan Max," ucap Valerie.
"Maaf, tapi tuan muda melarang orang asing masuk!" Salah satu pengawal mnjawab dengan garang.
"Orang asing?" Valerie menyipit. "Saya Valerie, calon bodyguard Mr. Carlos. Saya datang atas perintahnya untuk melihat perkembangan kondisi Tuan Max," lanjutnya.
Kedua pengawal itu saling bertatapan, lalu salah satu di antara mereka masuk ke dalam kamar untuk bertanya tentang kesediaan Max menemui Valerie.
"Baik, silahkan masuk."
Valerie tersenyum dengan manis saat kedua pengawal membuka pintu untuknya.
Di dalam kamar, terlihat Max sedang berada di atas ranjang rumah sakit empuk dengan posisi setengah duduk.
"Hai," sapa Valerie ramah. Ia mendekat ke arah Max dan meletakkan barang yang ia bawa ke atas meja.
"Kau membawa banyak makanan, tidak perlu repot-repot," ucap Max. Valerie hanya tersenyum lalu duduk di kursi yang berada di samping ranjang.
"Bagaimana keadaanmu? Apa sudah membaik?"
"Sudah lebih baik."
"Maaf, ini semua karena aku ceroboh dan gegabah," lirih Valerie.
"Tidak, aku juga salah. Maaf telah bersikap buruk padamu. Meski saat itu aku tidak sepenuhnya sadar, seharusnya aku tidak memelukmu. Kau pasti ketakutan saat itu," jelas Max. Ia benar-benar menyadari bahwa ia juga melakukan kesalahan.
"Apa ada luka serius?"
"Sebelah kanan bahuku masih bengkak dan nyeri, dokter bilang itu hanya kesleo, ototku cidera," jawab Max.
"Ah, maafkan aku." Valerie menunduk lesu. Selain rasa bersalah pada Max, ia juga memikirkan nasibnya di tangan Brian.
"Jangan khawatir, mungkin dua atau tiga hari lagi aku sudah diperbolehkan pulang."
"Masalahnya, kasus ini masih diproses oleh jalur hukum. Selain tersangka, bukankah aku juga korban? Ini menyebabkan," keluh Valerie. Ia senang Max termasuk orang yang santai menanggapi masalah ini, ia pikir Max akan sama menjengkelkannya dengan Brian.
"Apa Boss yang melakukannya? Aku akan bicara padanya. Ini hanya salah paham. Aku juga bersalah."
"Kau yakin bisa membujuk Brian? Aku sudah bicara padanya. Tapi dia malah menawarkan jalan Damai dengan menjadikan aku seorang bodyguard. Apa dia tidak waras?" tanya Valerie sambil menghembuskan napas kasar.
"Siapa yang tidak waras?" Seseorang tiba-tiba muncul di balik tirai berwarna merah muda di belakang Valerie.
🖤🖤🖤
knp aku jg jd senyum" sendiri yah bacanya sambil merinding tapi hihiii 😁😁