BELUM DI REVISI!!!
Fatimah Az-Zahra, seorang wanita yang baru saja merasakan patah hati, tapi siapa sangka kedua orang tuanya merencanakan sesuatu yang mau tak mau harus ia ikuti.
Ia harus menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia kenali terlebih laki-laki itu seorang Gus, anak dari seorang kyai.
Mau tahu kelanjutannya ceritanya mari kita kepoin....
Kalau gak suka skip aja....
Selamat membaca.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon limr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
...~ happy reading ~...
Hari ini adalah hari dimana Zahra dan kedua orang tuanya pergi untuk mengunjungi kakek dan neneknya.
Di sepanjang perjalanan Zahra memiliki untuk melihat ke arah jendela.menikmati perjalan, sudah lama sekali Zahra dan kedua orang tuanya mengunjungi pesantren.
Menuju pesantren kakek Zaki membutuhkan waktu tiga jam dalam perjalan. Tujuan Zahra ke rumah sang kakek untuk menepati janjinya dan juga ingin merasakan suasana baru.
Tapi tidak untuk kedua orang tuanya. Ternyata kedua orang tuanya memiliki agenda yang tidak di ketahui sama sekali oleh Zahra.
"Alhamdulillah kita sudah sampai" ucap Ahmad
" Ayok nak kita turun" ajak Maryam.
" Assalamualaikum warahmatullahi " ucap zahra bersama kedua orang tuanya.
" Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"
" Akhirnya kalian sampai juga" ucap nenek Ainun.
" Ayok masuk, kita lanjutkan di dalam. " Ajak kakek Zaki.
" Bagaimana, perjalanan kalian lancar?"
" Alhamdulillah lancar bah" Jawab ahmad.
" Nak istilah pasti kamu merasa capek" ujar nenek Ainun kepada Zahra.
" Ah iya nenek, rasanya badan Zahra remuk nek, Karena sudah lama tidak pergi perjalan jauh" Jawab Zahra menggeliatkan tubuhnya.
" Ya sudah nak, kamu istirahat saja"
" Baik nenek "
Zahra memilih untuk istirahat kerena merasa badannya pegal semua. setelah sampai di kamarnya Zahra langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Kedua orang tua Zahra memiliki untuk berbincang bincang terlebih dahulu bersama kakek Zaki dan nenek Ainun.
" Bagaimana Abah? " Tanya Ahmad, tak sabaran.
" kyai Ibrahim menerima perjodohan ini, dan juga Gus Sayhan."
" Alhamdulillah." ucap Ahmad dan bisa terlihat di wajah raut terbahagia.
" Tapi bagaimana nanti kalau Zahra menolak perjodohan ini?" Tanya Maryam khawatir, bagaimanapun anaknya yang akan menjalani ini semua.
" Kita akan memberitahunya dan menjelaskan kenapa kita melakukan perjodohan ini, Aku pastikan Zahra akan menerima perjodohan ini'
Bukan kah keluarga Zahra sangat egois?.
Mereka memutuskan keputusan sepihak, tanpa bertanya terlebih dahulu?.
***
Zahra mengayunkan kaki nya menuju meja makan. Di sana sudah ada Maryam, Ahmad, kakek Zaki dan juga nenek Ainun.
Mereka berlima makan pun dalam keadaan hening, hanya ada suara deringan sendok dan garpu yang saling beradu dengan piring.
Selesai makan seperti biasa mereka akan kumpul di ruang tamu untuk bercengkrama sebelum tidur.
Zahra terlihat sedang bercerita bersama sang nenek. Zahra menceritakan perjalanan ketika menuju kesini.
" Ehm..." Suara deheman dari kakek Zaki, untuk mengambil perhatian semua orang terutama Zahra.
" Nak, ada yang ingin kakek sampaikan" Ucap kakek Zaki serius.
" Ya kek"
Zahra melihat kedua orang tuanya, kedua orang tuanya terlihat sedikit tengang apa lagi bunda Maryam.
Kakek Zaki menarik nafas pelan lalu tersenyum lebar kearah sang cucu.
" Kamu mau di jodohkan? " pungkas Kakek Zaki to the poin.
deg deg
Zahra terdiam dan sangat shock. apa yang baru saja di katakan kakek Zaki membuat detak jantung berdebar lebih cepat dari biasanya.
Zahra menatap kedua orang tuanya, apa mereka sudah tahu tentang perjodohan ini.
" kami tidak muda lagi nak, tidak bisa menjaga kamu lebih lama lagi." kata Ahmad sedu. " kami ingin ada seseorang yang mendampingi sebelum masa itu tiba"
" Ayah bicara apa? Zahra tidak mau menikah ayah, lagi pula Zahra tidak mengenalnya." tolak Zahra, dia tidak ingin menikah, luka pada dirinya membuat dirinya membuat hati untuk laki-laki lain, dia belum siap.
" Besok mereka akan kesini, dan pernikahan kalian akan dilaksanakan Minggu depan." ucap Ahmad tegas, tidak bisa dibantah.
Egois? emang sangat egois.
Zahra hanya bisa menundukkan kepalanya. tidak bisa berkata kata lagi. ingin sekali dia menolak tapi melihat ayahnya seperti ini, tidak bisa melakukan apa pun.
Zahra Bangun dari duduknya dan pergi begitu saja menuju kamarnya.
Tidak sopan?, ya memang tidak sopan. tapi Zahra memilih pergi dari sini karna saat ini ia butuh waktu untuk sendiri. ingin marah tapi tak bisa.
...🍒🍒...
Haii🖤
Happy reading guys 🖤
Jangan lupa like, vote and comment:V🖤
🍒 terimakasih sudah mampir 🤍