NovelToon NovelToon
Jodoh Berawal Dari Mimpi

Jodoh Berawal Dari Mimpi

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Romansa-Solidifikasi tingkat sosial
Popularitas:396.9k
Nilai: 4.5
Nama Author: Aisy Zahra

Reffan Satriya Bagaskara, CEO tampan yang memiliki segalanya untuk memikat wanita. Namun, sejak seorang gadis mengusik mimpinya hampir setiap hari membuat Reffan menjadikan gadis dalam mimpinya adalah tujuannya. Reffan sangat yakin dia akan menemukan gadis dalam mimpinya.
Tanpa diduga terjebak di dalam lift membuat Reffan bertemu dengan Safira Nadhifa Almaira. Reffan yang sangat bahagia sekaligus terkejut mendapati gadis dalam mimpinya hadir di depannyapun tak kuasa menahan lisannya,
“Safira…”
Tentu saja Safirapun terkejut namanya diucapkan oleh pria di depannya yang dia yakini tidak dikenalnya. Reffan yang mencari dan mengikuti keberadaan Safira di hotel miliknya harus melihat Bagas Aditama terang-terangan mendekati Safira.

Siapakah yang berhasil menjadikan Safira miliknya? Reffan yang suka memaksa atau Bagas yang selalu bertindak agresif?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisy Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Sakit

Tak pernah telintas dalam benak Safira tentang kejadian yang baru saja dialaminya dalam waktu kurang dari 24 jam. Bertemu kembali dengan Reffan, ungkapan perasaan Reffan, dan akhirnya Safira kembali terjebak di rumah sakit bersama Reffan.

“Bagaimana keadaannya dok?” tanya Reffan saat melihat dokter menuju ke arahnya.

“Ada beberapa bagian tubuh sebelah kanannya yang memar dan bengkak di bagian pundak, lengan, siku dan pinggang. Tidak terlalu serius, hanya beberapa hari ini akan mempengaruhi pergerakan ibu Safira. Kami sudah memberikan obat untuk anti nyeri dan inflamasinya.”

“Apa perlu MRS atau hanya rawat jalan saja?” kali ini suara dokter Rendra ikut penasaran. Rendra adalah teman Reffan sekaligus anak pemilik rumah sakit yang didatangi Reffan. Rendra langsung menemui Reffan saat dihubungi Bayu bahwa Reffan ada di rumah sakitnya.

“Jika ada yang membantu ibu Safira bisa saja rawat jalan tidak perlu MRS.”

“Anda yakin dok, tidak ada tulang yang retak? Karena tadi saya melihat Safira cukup keras jatuhnya.” Ucap Reffan memastikan kembali kondisi Safira.

“Berdasarkan pemeriksaan tidak pak, sepertinya ibu Safira jatuh dalam posisi yang tertahan sehingga legan kanannya tidak terlalu keras menghantam tangga. Namun jika anda ingin lebih yakin kita bisa melakukan rontgen.”

“Baiklah memang sebaiknya begitu. Siapkan yang terbaik untuk calon istri saya.” Reffan tersenyum mengatakannya.

Dokter wanita itu beranjak menjauh dari dua laki-laki di depannya setelah sebelumnya pamit dan membungkukkan badannya. Sekarang tinggal dua orang sahabat Reffan dan dokter Rendra pemilik rumah sakit.

“Beneran Safira calon istri loo?” menatap wajah sahabatnya untuk mencari kebenaran.

“Memang kenapa hah, muko loo gak percaya amat.”

“Ah, gue mau lihat wanita yang bikin salju mencair.” Langkah Rendra menjauhi Reffan menuju tempat Safira berada.

“Heh stop, berani kau lihat Safira, gue cabut kerjasama kita! Sial!” Rendra tidak menggubris perkataan Reffan bahkan rasa penasarannya mengalahkan ancaman Reffan.

Tirai dibuka Rendra, menampilkan gadis berhijab yang sedang duduk dengan kaki lurus dan selimut sebatas pinggangnya. Safira jelas terkejut melihat seorang dokter laki-laki masuk ke bilik pemeriksaannya apalagi ada Reffan di belakangnya.

"Selamat siang Safira, saya dokter Rendra temannya Reffan.” Renda mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, namun dengan sopan Safira menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Rendrapun jadi salah tingkah namun pandangannya tetap lurus menatap Safira.

“Bro, nemu dimana yang begini, adem banget nglihatnya.” Suara Rendra berbisik mendekati telinga Reffan

“Kalo mata loo masih nglihatin Safira, gue beneran bakal cabut kerjasama kita.” Spontan ancaman Reffan membuat Rendra tersadar sedari tadi tak bisa lepas memandang Safira.

“Ah, gue cuman bercanda kali!”

“Safira betul calon istrinya Reffan?” tanpa basa basi Rendra mencari kebenaran, karena jiwanya masih belum bisa menerima jika wanita cantik di depannya adalah calon istri sahabatnya.

“Dalam mimpinya.” Jawab Safira yang terlihat jelas kekesalan dalam intonasi suaranya.

Sontak Reffan tertawa cukup keras membuat Safira dan Rendra terkejut mendengarnya, “Kau benar Safira! Mimpi, mimpi yang menjadi kenyataan.” Tawa Reffan masih terdengar. Sementara Safira hanya menunduk dari pandangan dua orang aneh di sampingnya.

“Luar biasa orang ini, astaghfirulloh.” Safira hanya mengungkapkan kekesalannya yang hampir mencapai ubun-ubun di dalam hatinya.

“Udah sana loo, siapin pemeriksaan dan kamar buat Safira!”

“Oke oke gue tahu kok yang gak mau diganggu sama calon istrinya.” Sekarang tawa Rendra yang terdengar mengiringi langkahnya yang mejauh.

“Kamar apa maksudnya? Pokoknya aku gak mau di sini. Aku akan pulang, aku akan mengurus administrasi dan pulang. Sudah cukup bantuan anda sampai di sini. Terimakasih.” Kaki Safira sudah menyentuh lantai dan berusaha menyangga tubuhnya yang akan berdiri.

“Jika aku bilang kamu dirawat di sini maka itu yang harus kamu lakukan Safira. Turuti saja!”

“Tidak, siapa anda sampai bisa mengatur kehidupan saya. Saya yang memutuskan apa yang saya lakukan.”

"Kau tidak dengar tadi, aku mengatakan kamu calon istriku?”

“Hanya dalam mimpimu.” Safira sudah berdiri, sepertinya rasa nyeri di tubuhnya sudah jauh berkurang setelah dia meminum obatnya.

“Bagaimana kamu pergi Safira, apa kamu punya uang, kartu identitas, ponsel?“ Reffan bersedekap di depan Safira dengan senyum asimetrisnya.

“Dimana tasku?”

"Memangnya kau membawanya kemari?”

"Kau keterlaluan Reffan, licik.”

Reffan terkejut Safira mengatainya, wajahnya terlihat tidak suka namun bisa dikuasainya.

"Jika kau berpikir begitu maka berhati-hatilah, aku akan berbuat seperti yang kau pikirkan Safira. Jadi sebaiknya turuti saja dan jangan membuatnya rumit.”

Seketika Safira kembali duduk di pembaringan. Dia merasa telah masuk dalam perangkap Reffan dan tidak akan mudah untuk keluar darinya.

Dua orang perawat masuk mendekati Safira mengatakan jika Safira akan melakukan pemeriksaan lanjutan. Safira dibantu duduk di kursi roda, kemudian salah seorang perawat mendorongnya keluar dari bilik pemeriksaan.

“Safira kau boleh kesal padaku, aku suka melihat wajah menggemaskan yang merona milikmu bahkan aku menahan diri untuk tidak memelukmu tadi. Kesallah padaku sekarang, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku nanti. Aku tak peduli perasaanmu sekarang, aku akan menjadikanmu milikku, secepatnya.” Seutas senyum menghiasi wajah tampan Reffan mengakhiri rencana dalam benaknya.

Reffan duduk ditemani Bayu di sofa sebuah kamar perawatan yang lebih mirip kamar hotel yang membuatnya nampak sebagai ruang perawatan hanya tempat tidur pasien. Hanya ada sebuah tempat tidur pasien, sofa mewah yang terlihat nyaman untuk dibuat tidur sekalipun, lemari es, pemanas air, dan televisi. Kamar khusus untuk pasien istimewa dan saat ini Safiralah pasien itu.

“Kau sudah memeriksa CCTV hotel?”

“Sudah Pak.”

“Lalu?”

“Saya mohon maaf pak, wajah pelaku tidak terekam secara utuh dan plat nomor motornyapun palsu.”

“Sial, siapa yang berani mencelakakan Safira?”

“Jika berdasarkan pengamatan saya terhadap latar belakang nona Safira, dia tidak punya musuh bahkan orang di sekitarnya menyukainya. Dan sepertinya ini pertama kalinya terjadi ada yang mencelakai nona Safira.”

Pembicaraan mereka terhenti saat pintu dibuka oleh perawat. Safira yang duduk di kusi roda didorong ke arah tempat tidur pasien, dua orang perawat membantunya berbaring di tempat tidur. Saat ini baju yang dikenakan Safira sudah berubah piyama untuk pasien.

Wajah cemberut Safira menyapu ruang perawatan. “Dasar orang kaya, kenapa dia tidak memindahkan tempat tidur di hotelnya sekalian kemari. Dasar orang kaya, kenapa dia seenaknya sendiri.”

Wajah cemberut Safira justru mengundang senyum pada wajah dingin Reffan, bagi Reffan gadisnya itu sangat menggemaskan. Dia pun berjalan menuju Safira yang saat ini posisinya duduk dengan kaki lurus, selimut sudah menutupi tubuhnya sampai pinggang.

“Ada yang kau butuhkan Safira?” saat ini dia sudah berada di sisi kanan Safira.

“Tentu saja, semua barang-barangku. Dimana tasku?” mata Safira menatap tajam ke arah Bayu yang masih duduk di sofa.

“Anda, Pak Bayu, betul kan itu nama anda, tadi anda yang membawa tas saya. Tolong berikan tas saya!” Safira sudah merubah arah duduknya menghadap Bayu dan mengulurkan tangan kanan yang terbuka ke arah Bayu. Sementara Bayu hanya diam tak bergeming.

“Kenapa kau berbicara dengan laki-laki lain saat ada aku di hadapanmu Safira?”

“Lalu aku harus bicara dengan siapa lagi, bukankah tadi anda tidak mau memberikannya pada saya?”

“Dan menurutmu dia akan memberikannya padamu jika kau bicara dengannya?”

“Ah, iya aku lupa jika kau bosnya.” Safira membuang mukanya ke arah yang berlawanan dengan Reffan. “Pak Reffan, tolonglah saya butuh handphone saya, saya belum menghubungi orangtua saya hari ini, mereka mungkin sudah berkali kali menelpon saya hari ini.”

“Apa kau yakin akan membuat orangtuamu cemas dengan mengatakan kau terluka dan berada di rumah sakit sekarang.”

“Tentu saja tidak, aku hanya ingin menghubungi mereka agar mereka tidak cemas karena tidak bisa menghubungiku.”

“Aku akan mengurusnya.”

Safira melongo mendengar jawaban yang diberikan Reffan. “Apa yang akan dia lakukan? Apa dia akan menghubungi orangtuaku. Tidak-tidak, apa yang ada dipikiran orang ini.” Safira menerka-nerka di dalam hatinya.

“Aku mau menghubungi temanku.” Safira masih belum mau menyerah untuk mendapatkan kembali ponselnya.

“Kau mau menghubungi Ira, dan memintanya kemari? Apa kau pikir dia bisa menemuimu di sini?”

“Anda benar-benar keterlaluan Pak Reffan, kenapa saya tidak bisa menyentuh handphone saya sendiri. Apa yang anda rencanakan? Saya tidak peduli apapun yang anda rencanakan. Saya akan pergi dari sini sekarang juga.” Wajah Safira memerah menahan kekesalannya, saat ini kakinya sudah menyentuh lantai dan akan berdiri. Baru saja Safira berdiri.

“Kembali ke tempat tidurmu Safira!” suara Reffan datar.

Safira melangkahkan kaki kanannya untuk maju, dia merasakan kakinya berdenyut nyeri saat melangkah, membuatnya meringis tertahan.

“Kembali ke tempat tidurmu Safira atau aku yang akan membaringkanmu di sana.”

Deg “Kenapa dia selalu mengancamku.” batin Safira.

“Kamu mau coba ternyata, baiklah, kamu yang memilih.”

Reflek Safira memundurkan langkahnya dan bagian tubuh belakangnya membentur sisi ranjang. “Jangan mendekat, jangan berani menyentuhku.”

“Naiklah!”

Safirapun duduk di sisi ranjang

“Naikkan kakimu!”

Safira masih terdiam, namun begitu Safira melihat Reffan membungkukkan badannya akan menyentuh kaki Safira, buru-buru Safira menarik kedua kakinya, gerakannya yang tiba-tiba menarik kakinya membuatnya meringis karena kakinya berdenyut lagi nyeri.

“Tidurlah, saat ini itu yang kamu butuhkan.”

Safirapun menarik selimut hingga lehernya kemudian memunggungi Reffan yang tersenyum senang. Reffan kembali ke sofa mendekati Bayu di sana yang sejak tadi tak bisa menahan senyumnya.

Mata Reffan menampar wajah bayu seolah mangatakan “Mau mati kamu berani menertawakanku.” Wajah Bayu langsung berubah datar mendapati tatapan mengerikan dari bosnya.

Bayu menyerahkan sebuah ponsel pada Reffan yang sekarang sudah menampilkan foto seorang gadis cantik berhijab biru sedang tersenyum bersama dengan seorang wanita yang terlihat lebih muda darinya. “Apa ini adikmu Safira?” tanyanya dalam hati. Kemudian Reffan mengambil ponsel miliknya ada sesuatu yang dilakukannya dengan serius pada kedua ponsel itu, setelah beberapa saat terlihat wajah tampannya tersenyum. “Kemanapun kau pergi Safira, kau akan selalu dalam pengawasanku.”

Sementara di tempat tidurnya, Safira sudah terlelap karena kelelahan, lelah fisik dan batinnya yang tak pernah menang melawan Reffan.

1
ione
Luar biasa
Budhiarty Sayekti
Kecewa
etihajar
bego s safira MH gretsn ko y goblok
etihajar
ngomong SM suami bukan diem sj oon
etihajar
salah senditi so kuat orang MH bilang udh punya suami trs berhenti kerja pinter y tp oon
Mei Mei
Luar biasa
etihajar
heh Safira ke ank ank kecil lebay dikit2 kabur orang MH denger dulu penjelasan reffan
etihajar
tp shafira jgn so kuat kmu trblslu dingin SM reffsn sifat nya,,jgn mntang punya bela diri
etihajar
reffan bnr2 serius bgtt y,,ad g sstunlg cowok model reffan Thor buat aq 🤣🤣
Saudah Hafifah
mngkin ketika membelai kulit tangan TDK bersentuhan yaa..Krn di lapisi kain mukenah nya...secara SDH punya wudhu kan jd batal bila kulitnya bersentuhan...
secara pasangan menikah itu halal tp BKN muhrim jd ttp membatalkan wudhu...
RJ 💜🐑
good😍😍😍❤❤
dheey
pengen nampol si virus. hih....
dheey
gercep ya fan...
dheey
pasal 1 boss selalu benar
pasal 2 boss salah, kembali ke pasal 1
wkwkwkwk
Cici w
reffan modus
Indrijati Saptarita
cerita bagus.... lanjuuuuuutt dg karya yg bagus lagiiii....
makasi yaa....
aisyzahra: sama2 kk. Terima kasih dukungannya..
total 1 replies
biby
akhirx tamat novel bagus konflikx jg normal2 saja tdk trlalu d buat2
sukses terus utk outhorx semangat selalu utk berkarya lbh baik lg
aisyzahra: terimakasih kakak dukungannya
total 1 replies
Syiffa Fadhilah
Alhamdulillah,,,happy ending.
next kisah anak² reffan lagi ya thor😁
aisyzahra: hehe... masih kecil2 anaknya 😅
total 1 replies
aisyzahra
Alhamdulillah tamat.
Terimakasih semua sudah mendukung dan membaca hingga akhir.
Sempetin nengok novel Jejak di Pipi Membekas di Hati ya 😉
Indrijati Saptarita
duuhhh koq pinsan safira nya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!