Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon almaadityaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. SMDH
Seorang lelaki tanpa mengenakan atasan itu masih terbaring di kasur king size yang besar nan empuk itu. Selagi tidur, nafasnya teratur, wajahnya terlihat damai, pertanda tidurnya masih lelap.
Itu Azzam.
Tadi malam dirinya rela menghabiskan ber jam jam dari pukul sembilan hingga pukul dua malam, hanya karena apa? Main PS. Istrinya, Kayesha, hanya bisa memaklumi. Dikarenakan sangat jarang Azzam melakukan kegiatan seperti ini kecuali ada waktu yaitu tanggal merah. Jadi tak masalah baginya untuk Azzam begadang seperti ini, asalkan sholat lima — waktu pria itu tetap harus jalan.
Srekkk...
Kayesha membuka gorden kamar lebar, agar sinar mentari bisa masuk ke kamar mereka, tak lupa juga ia membuka jendela. Azzam menyilaukan pandangannya, samar-samar ia merasa cahaya terang mulai menusuk indera pengelihatannya.
Hoamm... hmm
Azzam melenguh pelan, matanya pun mulai terbuka sambil melihat kearah jendela kamar. Disana, ia melihat Kayesha yang sedang menyapu juga membereskan beberapa barang di meja. Lalu, matanya teralihkan ke jam — dinding.
9.38 pagi.
"Pagi sayang..." sapa Azzam dengan suara khas serak bangun tidurnya.
Kayesha menoleh ke belakang, ternyata suami nya itu sudah bangun, meski nyawa pria itu belum terkumpul sepenuhnya.
Kayesha tersenyum, "pagi mas sayang, kok bangun? Maaf ya mas, pasti terganggu sama cahaya mataharinya."
Azzam menggeleng pelan sambil tersenyum tipis, "nghh, ngga kok sayang. Emang tanda– nya aku harus bangun aja."
Azzam mengubah posisinya menjadi duduk, sambil meregangkan otot ototnya. Sedangkan Kayesha, masih sibuk lanjut menyapu.
Azzam bengong untuk beberapa saat, membiarkan otaknya sinkron.
"Mas tadi sholat subuhnya dimana mas? Pas aku bangun jam setengah 6, mas ga ada."
"Ohh, aku sholat di mushola depan komplek sayang."
Kayesha ber oh ria saja.
Azzam menepuk sebelahnya, "sayang sini."
Kayesha mengangkat alisnya, "kenapa mas? Aku mau nyapu ah."
Azzam menepuk sebelahnya lagi, "siniiii, ato aku tarik nih?"
Kayesha berdecak kesal, ia melepaskan sapu yang ia pegang lalu menuruti permintaan suaminya itu.
"E-eh?" Sebenarnya bukan yang kaget lagi. Tiba-tiba ketika Kayesha duduk disamping
Azzam, pria itu langsung memeluknya dari samping. Lalu, Azzam mendorong Kayesha hingga punggung Kayesha menyentuh kasur.
Dengan cepat, Azzam langsung menindih tubuh Kayesha dari atas dengan erat. Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher istrinya yang sudah mandi itu.
Wangi, sayang.
Hampir merinding Kayesha dibuatnya. Tapi ia tidak mau juga untuk menyuruh Azzam untuk enyah dari hadapannya, dan memilih untuk membiarkan suaminya itu mode manja.
"Badan kamu tuh berat sayang, mana belom mandi lagi," Kayesha terkekeh, sebelah —
tangannya mengelus punggung Azzam, dan sebelahnya lagi mengusap rambut lelakinya itu dengan kasih sayang.
"Gapapa," suara Azzam hampir tidak terdengar karena pelan dan tenggelam di ceruk leher Kayesha.
"Gimana tadi malem, seru ngga maen PS nya?" Azzam menggangguk.
"Alhamdulillah kalo seru – oh iya, aku udah masak tuh sayang, kamu mending mandi gih baru ntar sarapan ya." Azzam mengangguk lagi.
Kayesha berniat ingin mendorong Azzam perlahan, eh Azzam malah semakin dekapannya dan membuat Kayesha terkunci.
"Mas udah dong ah, berat sayang, kamu kaya bayi deh," ia gemas dengan suaminya ini.
"Emang, bayi kamu," Kayesha tertawa pelan.
"Mas udah dong seriusan nih, kamu mending mandi sanaa – biar bisa beresin kamar nih, ayo dong," Azzam menggeleng.
"Mau kaya gini aja sayang, mumpung masih leha-leha pas tanggal merah," gadis berambut pendek itu hanya bisa menarik nafas sedalam-dalamnya.
Selang beberapa menit berlalu, mereka masih dengan posisi yang sama, dimana Azzam masih setia menindihi tubuh mungil Kayesha dibawah kukungannya. Kayesha juga sudah tak kuat, ia keberatan dengan berat suaminya itu.
"Mas udah ah kamu berat tau, kalo kaya gini ntar kerjaan rumah ga selesai selesai tau."
"Ga mau sayang, aku pengennya kaya gini aja sampai maut memisahkan," tuk, Kayesha menjitak kepala Azzam pelan.
"Hadeuh, ngomong suka diluar nalar kamu ah. Buruan napa mas, aku ga sanggup nahan badan kamu kaya lagi nahan gajah tau ga?!" Azzam terkekeh, lalu ia menatap wajah kayesha dengan intens dan hanya meninggalkan beberapa jarak centimeter diantara mereka berdua.
Bola mata milik Kayesha bertemu mata elang Azzam, ia lihat lebih dalam, suaminya ini sehabis bangun tidur benar-benar tampan — apalagi dengan rambut yang acak-acakan, blush.
"Oh jadi aku berat kaya gajah, hm?"
Kayesha menelan salivanya susah, ia menjadi membeku.
Azzam yang gemas dengan istrinya itu, lantas mencium mata, hidung, kening, dagu, juga pipi Kayesha secara berulang-ulang dengan senang. Ia mengigit kecil pipi Kayesha yang tembem, baginya seperti mochi.
"Kenapa pipi kamu tembem si, hah? Kan aku jadi suka sayang gigitnyaa," Azzam juga menambahkan kecupan juga lumatan pada bibir wanitanya itu.
Kayesha tak kuasa menandingi nafsu Azzam yang tinggi hingga mulai kelelahan, tapi ia juga pasrah dan menikmati saat lidah mereka bertemu. Yang Kayesha tahu, Azzam melakukannya dengan sangat lembut hingga membuatnya terlena dan mengalungkan — tangannya dileher pria itu, Azzam juga menekan tengkuk Kayesha agar lumatan mereka lebih dalam.
Setelah beberapa detik hampir semenit, Kayesha memukul dada Azzam, menandakan ia sudah kehabisan nafas. Azzam terkekeh lalu melepas ciuman mereka, lalu menatap Kayesha lagi secara intens.
"Kok berhenti?" Tanya Azzam dengan wajah sok polos, alisnya terangkat juga menyunggingkan senyum iblis.
Plak.
"Kurang ajar ya, masih bisa bisanya nanya kok berhenti? hadeuh..." Kayesha menampar pelan pipi Azzam, lalu mencubit pipi Azzam yang sama sekali tidak tembem sepertinya.
"Tapi kok pipi mas bisa kaya gini ya, kok aku kaya gini hmm, kayanya aku harus diet deh biar pipi aku bagus kaya idol korea gitu," ujarnya.
Azzam berdecak, "ck, mau apa kamu hah? Diet diet apa? Gada gada ah ngarang, denger ya — pipi kamu tuh normal, malahan cantikan kaya gini sayang, aku lebih suka liat kamu cantik lucu imut kaya begini," Azzam sekilas mengigit pipi Kayesha singkat, Kayesha tertawa geli.
"Iya kan sapa tau aku kalo pipinya kaya gini jadi keliatan gendut, ntar kamu malah ga sayang lagi sama aku," ia memegangi kedua buah pipinya.
Azzam menjauhkan tangan Kayesha dan menangkup pipi istrinya itu dengan hangat.
"Mana ada, ngarang kamu. Mau kamu kaya gimana, aku juga bakal tetap gini sama kamu, sampai nenek nenek, sampe aku jadi kakek kakek juga bakal terus sayang dan cinta sama kamu."
Blush.
Wajah Kayesha memerah seperti kepiting rebus, semburat dipipinya terlihat jelas oleh — Azzam. Dan Azzam yang melihat itu langsung tertawa terbahak-bahak melihat kegemasan istrinya.
"Haha, salting kamu ya? Haha, udah udah, ga usah ditahan," Kayesha memutar bola matanya malas karena malu.
"Udah sana minggir! Aku mau nyapu!"
"No no, no! Itu bisa ntaran aja, kamu emang ga suka kalo mas kaya gini ya?"
"Apasih ah, bukannya ga suka, aku ga mau kerjaan rumah jadi lamar kelarnya, orang tinggal kamar doang lagi, biar cepet beres!"
Telinga Azzam seperti tertutup mendengar omelan istrinya itu. Kayesha yang terus mengoceh akhirnya kehabisan tenaga, ia hanya bisa benar-benar pasrah.
"Udah ngocehnya sayang?"
"Kurang ajar ya! Kamu tu mphh shh —" belum selesai Kayesha menyelesaikan omongannya, Azzam sudah lebih dulu menyosor bibirnya lagi hingga ia kehabisan nafas.
Azzam memejamkan matanya, sambil menahan senyum gelinya saat Kayesha mencoba memberontak. Tapi tangan Kayesha ia kunci dengan tangan kanannya, jadi Kayesha benar-benar tak bisa bergerak.
"hmpppp mmpph m-mas... ahh hmpp," Kayesha tak bisa bersuara.
Pada akhirnya Kayesha hanya bisa diam saja dan mengikuti kehendak Azzam, kalau melawan juga takut dosa.
Tapi, semakin dalam lumatan mereka, tangan Azzam semakin liar, tangannya bergerak mulai menyingkap dress Kayesha hingga memperlihatkan perut indah Kayesha yang terekspos jelas.
Deg deg deg.
Jantung Kayesha semakin berdetak cepat saat tangan kekar dan besar Azzam menyentuh — perutnya. Ia merasakan sensasi merinding luar biasa, juga sedikit rasa kelembutan juga geli diperutnya.
"Shh," desah Azzam melepas ciumannya, dilihatnya wajah Kayesha yang nampak sayu, membuatnya tersenyum miring.
Ia melihat bibir bawah Kayesha yang masih penuh dengan saliva sisa mereka tadi, ia tanpa ragu ragu langsung menjilat bibir bawah Kayesha, membuat Kayesha terdiam saja.
Saat Azzam akan beralih ke perut Kayesha, Kayesha menahan tangan Azzam.
Azzam mengangkat sebelah alisnya, dengan wajah datar.
"Mas, gak mau..." cicit Kayesha pelan, ia pun sebenarnya takut mengatakan itu karena melihat ekspresi Azzam yang sudah berubah total menjadi datar.
Azzam tetap melanjutkannya tanpa memperdulikan permintaan Kayesha, Kayesha benar-benar dibuat kaget dan—
Cup.
Azzam mencium perut Kayesha lalu mengusapnya, ia tersenyum tipis. Kayesha pun hanya bisa melongo oleh Azzam.
"Gak bakal aku apa-apain sayang, oh iya... kamu jangan takut ya? Aku kan suami kamu, aku tau kok, masih sesuai sama perjanjian kita, aku ga bakal nyentuh kamu sebelum kamu — lulus SMA," Azzam tersenyum tulus mengatakannya, lalu mencubit hidung Kayesha.
Kayesha tak kuasa menahan air matanya, hingga perlahan mulai bertetesan. Perasaan sedih, kaget, senang, marah menjadi satu, tapi yang jelas ia benar-benar terharu oleh Azzam.
Gue tau kok, lo tu secara umur dan pikiran aja lebih dewasa daripada gue, Zam... gue tau kok lo pengen, tapi lo tahan aja iya, kan?
"Sayang jangan nangis ututututu," Azzam menyeka air mata Kayesha dengan ibu jari jempolnya.
"Aduh sayang jangan gini dong ah, jadi gemes aku liatnya... udah dongg udahh, merah tu idungnya."
Kurang ajar ni cowok, bikin gue salting aja.
"Udah ah jangan nangis sayang haha, maafin aku ya kalo lancang hehe, yaudah sok bangun duluuu yaa?" Azzam berdiri lalu membantu Kayesha duduk.
"Tuh kan jadi merah hidungnya, udah jangan nangis lagi sayang haha Ya Allah," Kayesha terkekeh sendiri atas kelakuannya, lalu mengangguk.
"Apasih orang ga nangis," ucapnya berbohong, Azzam membalasnya hanya dengan tertawa ngakak saja.
"Pinter banget boongnya, yaudah kamu mending ke ruang makan aja sana. Kamu dah makan belom?" Kayesha menggeleng.
"Nah yaudah, tungguin mas disana — kalo ini biar mas aja yang beresin kamar, kasian kamu udah beres beres sama masak juga. Maaf ya hehe bangunnya kesiangan, jadi ga bantu apa apa," Azzam memang pria paling ahli dalam mengambil hati Kayesha.
"Seriusan nih?" Azzam mencubit pipi Kayesha.
Cup.
Azzam mencium pipi Kayesha. "Iya sayang, udah sana, bawel amat, pasti bersih juga kok kamarnya," Azzam mengambil sapu yang Kayesha taruh tadi.
"Haha yaudah iya sayang, biar aku siapin makan kita, awas kamu kalo gak bersih."
Azzam mengacungkan jempolnya, sehabis itu Kayesha pun pergi dari sana dengan perasaan senang, menuju ruang makan. Sedangkan — Azzam dikamar, sibuk beres beres juga merapikan tempat tidur.