Jodoh Berawal Dari Mimpi
"Safira... jangan pergi!"
Ddrrrttttttttttt... Ah, suara alarm membangunkannya. Keringat di pelipisnya menetes ke pipinya. Nafasnya terengah- engah. “Ah sial.. Aku baru saja mengetahui namanya dan harus terbangun gara-gara alarm sialan ini.” Umpat Reffan. Secepat kilat dia menyambar ponselnya dan mematikan alarmnya.
Laki-laki itu kini bersandar di kepala ranjang dan berusaha mengingat mimpi yang baru dialaminya. Safira... ya namanya Safira, hari ini dia datang lagi dimimpinya memberi tahu namanya, belum sempat Reffan bertanya nomor handphone-nya mimpinya sudah berakhir. Tapi apakah mungkin dia akan memberi tahu nomor handphone-nya di mimpi... "Hahaha... mungkin saja... Hahaha...." Tawa Reffan membahana di dalam ruangan yang hanya ada dia sendiri di sana.
Laki-laki itupun bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dia harus segera bersiap-siap jika tak mau hari ini menjadi kacau balau.
Reffan Satriya Bagaskara. Itulah nama laki-laki yang sudah dua minggu ini bermimpi seorang gadis cantik. Seorang gadis cantik yang membelenggu hatinya sehingga dalam definisi yang dia tahu, cantik itu adalah gadis dalam mimpinya yang lainnya tidak. Bagaimanapun penampilan wanita yang mendekatinya sama sekali tidak menarik baginya. Padahal sebelumnya dia selalu menilai penampilan dari seorang wanita, dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Tetapi setelah mimpi yang hanya menampilkan gadis itu, seolah dialah parameter cantik yang sesungguhnya walaupun rambutnya tak terlihat karena tertutupi hijabnya dan tak ada riasan mencolok di wajahnya. Dia sangat cantik, hari ini dia tahu nama gadis itu Safira. Walau hanya dalam mimpi itu sangat membahagiakan. Karena akhirnya dia tahu nama gadis itu dan sekarang namanya sudah memenuhi setiap ruang dalam benaknya. Safira....
Reffan sudah siap dengan setelan jas hitamnya. Sangat pas dengan badannya yang tegap dan tinggi, kulitnya juga putih bagi seorang laki-laki. Sejak kemarin dia berada di Surabaya untuk mengecek cabang hotelnya. Rencananya dia akan di Surabaya selama satu minggu setelah itu dia akan kembali ke Jakarta tempat dimana dia menetap.
Reffan di usianya yang ke 29 tahun telah menjadi CEO beberapa hotel di kota besar Indonesia. Kesuksesannya tentu saja menjadi daya tarik memikat hati wanita. Namun Reffan mempunyai standar tinggi untuk seorang wanita, tidak hanya cantik dia harus pintar. Tentu saja, baginya akan menyenangkan berbicara dengan orang yang smart.
Dan sejak deretan mimpinya dua pekan ini, gadis dalam mimpinya adalah tujuannya. Dia sangat yakin secepatnya pasti akan menemukannya. Dia tak tahu bagaimana skenario Tuhan mengaturnya. Tapi Reffan sangat yakin mimpinya akan menjadi kenyataan, dia akan bertemu gadis dalam mimpinya, Safira.
Reffan sudah bersiap keluar dari kamarnya, tentu saja dia menginap di kamar tertinggi hotel miliknya dengan segala kemewahan khusus untuk kamar CEO.
"Selamat Pagi, Anda sudah siap Pak?" baru saja dia membuka pintu untuk keluar, sapaan Bayu asistennya sudah menyambutnya.
"Iya, meeting hari ini di lantai berapa Bayu?" Reffan bertanya sambil melangkahkan kakinya.
"Di lantai 3 pak. Di ruang meeting yang kemarin. Hari ini lantai 3 akan ramai Pak karena ada perusahaan BUMN yang mengadakan rapat kerja juga sampai besok pak."
"Bagus. Setelah mereka selesai saya ingin kita meeting membahasnya".
"Baik Pak." Bayu memencet tombol lift di depannya.
Tak lama lift kosongpun terbuka. Tidak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk sampai di restauran. Seperti biasa, meja telah siap dengan menu yang sebelumnya dipesan Reffan untuk breakfast. Hari ini dia menginginkan roti bakar dengan selai coklat kacang dan segelas susu hangat. Terhidang juga sepiring nasi goreng spesial dan kopi masih dengan asap mengepul, ini untuk asistennya Bayu yang menemaninya. Bayu selalu mencari menu nasi setiap mengisi perutnya, jika belum makan nasi maka itu berarti dia belum makan.
Mereka menikmati makanan masing-masing dengan santai. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum meeting mereka. Reffan memang tak suka buru-buru sehingga dia lebih suka bersiap lebih awal agar mempunyai waktu yang cukup sebelum rentetan agendanya hari itu.
Ddrrrrrtttttt.... benda pipihnya bergetar, tak butuh waktu lama untuk menjawab telepon dari seberang. Tentu saja dia akan segera mengangkatnya jika yang menelpon adalah orang kesayangannya, mamanya.
"Hallo anak mami yang tampan!" suara wanita di seberang terdengar sangat riang menyapa anak sulungnya.
"Hmmm..... ada apa ma?"
"Aduh Reffan.. jangan kaku banget dong jadi orang. Kapan mama punya cucu kalau kamu kaku begini sama cewek."
"Ma, ada apa?" pertanyaannya terulang karena merasa mendapatkan jawaban yang tidak nyambung dari mamanya. Merasa mamanya tidak akan dengan cepat mengakhiri pembicaraannya. Reffan yang melihat Bayu telah selesai menyantap habis nasi gorengnya memberi isyarat agar Bayu untuk naik ke ruang meeting terlebih dahulu.
"Kamu balik ke Jakarta kapan sayang?"
"Rencananya lima hari lagi ma. Reffan masih ingin melihat keadaan di sini secara langsung."
"Mama cuma mau bilang, kamu tu jangan kerjaan melulu yang dilakuin. Kalo ada waktu senggang kamu jalan-jalan lah! Ya siapa tahu aja ada calon menantu mama di sana."
"Ma.. please.. kenapa membahas itu terus sih?" Jawab Reffan sambil mengurut keningnya.
"Mama harus gimana dong Reffan. Bulan depan usia kamu itu udah kepala tiga. Tapi kamu gak tertarik sama sekali dengan gadis di Jakarta ini. Heran mama, padahal tampang kamu itu cakep kayak mama masak pacar aja gak punya." Reffan tersenyum membayangkan wajah mamanya yang saat ini pasti sedang cemberut.
"Mama sayang, jodoh gak akan kemana. Pasti Reffan perjuangin kok. Reffan akan bawa calon istri bukan pacar lagi. Mama tunggu aja... pasti dia sekarang juga lagi nungguin Reffan." Reffan tersenyum mengatakannya karena bayangan Safira langsung memenuhi benaknya.
"Nak, kamu baik-baik saja kan?" Jawaban yang sangat aneh menurut mama Raisa, karena Reffan biasanya akan menghindar saat mamanya membicarakan hal ini.
"Tentu saja ma. Reffan baik-baik saja. Sudah ya Ma, Reffan ada meeting sebentar lagi."
"Ok. Jaga diri kamu baik-baik. Mama tutup teleponnya." Mama Raisa memang sudah menutup teleponnya tapi tidak dengan pikirannya. Pikirannya masih berkelana mencari penyebab jawaban Reffan barusan. Apakah Reffan jatuh cinta... anak laki-lakinya ini sangat dingin pada perempuan. Jika benar Reffan jatuh cinta pasti dia akan sangat senang sekali. Karena dia yakin wanita yang Reffan cintai pasti istimewa karena sanggup membuat hati anaknya yang beku mencair. “Ah, semoga saja.” Batin mama Raisa, mamanya Reffan.
Sementara di tempat parkir dua orang gadis berjilbab biru baru saja turun dari mobil. Mereka langsung melangkahkan kaki masuk ke lobby hotel dan terus melangkah setelah memastikan letak lift yang akan mereka naiki ke ruangan rapat kerja (raker) pada petugas keamanan yang membukakan pintu kaca untuk mereka. Baru saja tombol lift ditekan.
"Aduh, hp aku ketinggalan, kayaknya tadi aku taruh di bawah setir deh." Ujar gadis yang tingginya bak model itu ke temannya.
"Yah, liftnya sudah kebuka nih." gadis satunya lagi berujar.
"Kamu duluan aja Ira, aku ntar nyusul." setengah berlari dia meninggalkan temannya.
"Aku tunggu di atas ya...." Ira sahabatnya menimpali.
Gadis yang setengah berlari hanya menjawab dengan acungan jempolnya. Karena dia malu untuk berteriak sementara jaraknya dengan temannya sudah cukup jauh.
“Ini dia.. Ah, kenapa bisa lupa sih.. keringetankan pagi-pagi". Seutas senyum tersungging sangat manis dari wajah gadis yang baru saja menggenggam ponselnya itu.
Agak berlari dia kembali ke tempat semula. Petugas keamanan yang membukakan kembali pintu kaca untuknya dihadiahi senyuman manis darinya. Dengan cepat diapun menuju lift dan menekan tombol di depannya.
Ting.. suara dentingan menandakan lift di depannya telah terbuka. Menampilkan lift kosong di depannya.
"Bismillah!" ucapnya dalam hati sambil melangkah masuk ke dalam lift. Segera dia menekan tombol dengan angka tiga dan pintu liftpun tertutup. Dia begitu asyik memandang layar pipih dalam genggamannya saat pintu lift terbuka. Setelah memastikan lampu masih di angka dua, itu berarti bukan lantai tujuannya. Dia kembali sibuk dengan layar pipihnya, tidak mempedulikan seorang pria masuk ke dalam lift.
Deg..! Entah kenapa seakan jantung pria itu bereaksi tidak normal saat dia melangkah memasuki lift. Baru saja lift tertutup, lift langsung mendarat dengan kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
abu😻acii
seperti nya menarik
2022-04-22
1