Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Ciuman Kedua
Setelah kejadian kemarin Emilia mengira ia akan dipecat. Tapi ternyata ia masih diperbolehkan bekerja. Emilia sendiri sekarang bingung harus bagaimana. Ia tak mau lagi bertemu dengan Adam. Takutnya Adam akan kembali bertindak yang tidak-tidak padanya.
“Emilia.” Panggil Bertha yang merupakan manajer purchasing nya.
Emilia tersadar dari lamunan nya dan melihat atasan nya sudah ada di depan meja nya.
“Iya, Bu. Maaf, ada yang bisa saya bantu?”
“Tolong kasih dokumen ini ke Tuan Adam langsung ya. Ini ada beberapa form untuk persetujuan pembelian barang produksi yang harus ditandatangani beliau.” Kata Bertha seraya menyodorkan beberapa dokumen.
“Langsung sama Tuan Adam, Bu? Apa tidak bisa lewat Sekretaris Clara?” Emilia berusaha menghindar agar tak bertemu Adam.
“Biar saya saja yang mengantarkan kalau Emilia tidak mau.” Kata salah satu karyawan bernama Dina yang memang dari dulu naksir Adam.
“Tidak bisa. Harus langsung sama Tuan Adam. Sekalian ada yang mau Tuan Adam sampaikan.” Kata Bertha yang mengabaikan tawaran dari Dina.
“Tentang apa Bu?”
“Saya juga kurang paham. Ya sudah cepat antar dokumen nya kesana.” Kata Bertha lalu pergi ke ruangannya lagi.
“Baik, Bu.”
Mau tidak mau Emilia harus menuruti kata atasannya itu. Baru saja mau melangkah, Dina mulai menyindirnya karena tak senang jika Emilia harus berdekatan dengan Adam.
“Wah wah wah, sepertinya ada yang memanfaatkan kesempatan. Pakai pura-pura menolak segala, padahal dalam hati kau pasti senang bukan?”
“Apa maksudmu?”
“Bilang saja kau senang berdekatan dengan Tuan Adam. Kau senang cari perhatian Tuan Adam kan?”
“Jangan menyindir diri sendiri! Bilang saja kau iri padaku bukan?” kata Emilia sengaja memanas-manasi Dina, lalu ia tinggalkan begitu saja.
Sejujurnya Emilia sangat lah malas harus bertemu lagi dengan atasannya itu. Selain karna ia tidak mau Adam bertindak yang aneh lagi padanya, entah mengapa ia juga merasa jantung nya selalu berdetak kencang saat bertemu Adam.
Tok tok tok.
Setelah mengetuk pintu, Emilia masuk ke ruangan Adam. Dilihatnya Adam sedang berdiri menghadap dinding kaca ruangannya yang jelas menampilkan gedung-gedung perkotaan yang tinggi menjulang. Menyadari Emilia masuk, Adam pun berbalik melihat ke arah Emilia.
“Permisi Tuan, ini ada beberapa form persetujuan pembelian barang yang harus ditandatangani.” Kata Emilia sembari meletakkan dokumen tersebut di atas meja kerja Adam.
“Letakkan saja disana.” Kata Adam
Baru saja Emilia ingin pamit keluar, Adam sudah mencegahnya.
“Emilia, kemari lah. Ada yang ingin aku sampaikan.”
Belum apa-apa perasaannya sudah tidak enak duluan. Tapi Emilia mencoba menepis semua pikiran negatif nya. Ia pun menurut, berjalan mendekati Adam hingga menyisakan jarak beberapa langkah saja dari Adam.
“Aku mau minta maaf soal kemarin. Aku tau aku keterlaluan padamu.” Kata Adam dengan lembut dan itu berhasil menyentuh Emilia. Emilia merasa bersalah karna berpikir yang tidak-tidak tentang Adam. Kenyataan nya Adam malah mau meminta maaf padanya tanpa ragu dan tidak merasa gengsi sedikitpun.
“Tuan, anda tidak perlu minta maaf. Saya yakin Tuan tidak sengaja melakukannya. Pasti karna Tuan mengira saya adalah Emelda. Saya mengerti Tuan.” Jawab Emilia polos.
Cih, kau berlagak baik. Aku yakin sebentar lagi kau pasti akan merayuku. Adam bergumam dalam hati. Ternyata permintaan maaf nya tidak tulus. Dia hanya ingin menguji Emilia saja.
“Aku senang kau bisa mengerti keadaanku. Jujur, sampai saat ini aku masih sulit untuk melupakannya.” Ujar Adam sambil maju dua langkah mendekati Emilia.
“Tuan harus berusaha ikhlas. Saya tau ini tidak mudah tapi Tuan pasti bisa.” Jawab Emilia seraya mundur dua langkah ke belakang.
“Aku tidak tau entah aku bisa melupakannya atau tidak. Dia sangat berarti bagiku.” Kata Adam lagi sambil kembali melangkah kan kakinya untuk semakin mendekati Emilia.
Emilia baru saja selangkah mundur ke belakang. Dirinya sudah terbentur meja yang ada di belakangnya, membuatnya sedikit kesulitan bergerak.
“Hmmmm kalau begitu jangan lupakan Tuan. Semakin Tuan berusaha melupakan maka ingatan Tuan bersama nya akan semakin muncul. Tuan hanya perlu ikhlas menerima kenyataan dan biarkan waktu yang membantu menyembuhkan luka di hati Tuan.”
Sekarang kata-kata Emilia pula yang menyentuh hati Adam. Adam kembali mendekat ke arah Emilia hingga tak menyisakan jarak selangkah pun di antara mereka. Adam menatap mata Emilia dengan seksama, ada ketulusan di matanya.
Emilia merasa ada desiran halus di hatinya. Melihat Adam dengan jelas dari jarak sedekat ini, membuatnya hilang konsentrasi. Ia seakan terhipnotis dengan ketampanan Adam.
“Terimakasih sudah menguatkan ku.” Kata Adam.
Belum sempat Emilia menjawab, kedua tangan Adam sudah lebih dulu bergerak dengan cepat. Tangan kirinya merangkul pinggang ramping Emilia, dan tangan kanan nya menarik tengkuk Emilia agar ia bisa dengan mudah menyatukan bibir nya.
Mendapat perlakuan seperti itu Emilia langsung terkejut. Ciuman keduaku! Pekik Emilia dalam hati. Kalau kemarin ia sempat terlena dengan perlakuan Adam tapi hari ini ia lebih cepat tersadar.
Emilia pun berusaha mendorong Adam dengan kedua tangannya. Tapi usahanya gagal. Adam malah terus memperdalam ciumannya. Emilia tetap meronta, malah sekarang ia berusaha menendang Adam tapi posisinya yang terjepit antara meja di belakang dan tubuh besar Adam di depan sangat tidak menguntungkannya.
Sial! Posisi seperti ini benar-benar tidak menguntungkanku! Aku bisa kehabisan nafas kalau begini. Pekik Emilia dalam hati.
Tak kehabisan akal akhirnya Emilia berusaha menjambak rambut Adam dengan kuat. Ya, cukup kuat sehingga membuat Adam mau tidak mau melepaskan ciumannya.
“Aaaggghhhhhh.....” jerit Adam saat rambutnya ditarik.
Karena rambut nya ditarik paksa maka tak sengaja bibir Emilia ikut tergigit oleh Adam dan membuat bibir Emilia sedikit berdarah.
Plakkkkk.
Tak hanya dijambak, Emilia juga menampar Adam dengan penuh emosi. Dia yakin Adam dengan sadar sengaja menciumnya.
“Kau...berani-berani nya kau menamparku!” bentak Adam sambil menunjuk Emilia.
“Kalau kau berani menciumku, kenapa aku harus takut menamparmu. Dasar bos mesum! Kau sudah berani mengambil ciuman pertama dan kedua ku, kau tau itu!” balas Emilia sambil mengusap bibirnya dengan kasar, ia sangat geram dicium paksa seperti itu.
“Cih, tak perlu pura-pura marah seperti itu. Aku tau kau sangat menginginkannya bukan? Tak perlu jual mahal di depanku.”
“Apa? Kau yang menciumku lalu kau bilang aku yang menginginkannya? Dasar bos gila! Aku rasa setelah kehilangan Emelda kau juga kehilangan akal sehatmu.”
“Tutup mulut mu! Jangan berani-beraninya kau bawa-bawa nama Emelda dalam hal ini. Kau hanya bawahan dan aku atasanmu, kau ingat itu!”
“Atasan? Tidak lagi Tuan Adam. Mulai detik ini aku mengundurkan diri. Aku tidak sudi punya atasan sepertimu.”
Emilia hendak pergi dari hadapan Adam lalu tangannya tiba-tiba ditarik dengan kasar oleh Adam.
“Kau mau berhenti dari sini? Kau tau apa yang terjadi kalau berani keluar dari sini hah? Kau tidak akan diterima bekerja di perusahaan manapun. Dau kau tau, itu artinya sebentar lagi kau akan menjadi seorang pengemis!” ucap Adam dengan penuh penekanan dan senyum menyeringai.
“Apa? Pengemis? Ku rasa itu bukan ide yang buruk, Tuan Adam Smith yang terhormat. Kau tau, itu lebih baik bagiku daripada harus bekerja dengan bos yang tidak tau etika sepertimu. Akan aku pertimbangkan saranmu untuk menjadi pengemis.” Ucap Emilia tak mau kalah lalu menghempaskan tangan Adam dengan kasar lalu keluar dari ruangan Adam setelah menutup pintu dengan keras.
“Siallllll sialllll.....benar-benar sial!.” Maki Adam setelah Emilia pergi.
“Kenapa jadi seperti ini? Kenapa aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri? Dan dengan bodoh aku menciumnya begitu saja. Dia bahkan tidak membalas ciumanku. Cih, padahal aku hanya ingin mengujinya, tapi malah aku yang terjebak dengan diriku sendiri.” Sambung Adam lagi terus menyalahkan kebodohan yang ia perbuat.
nana naannananaa