Ini kisah cinta Sinaga, pria beristri yang jatuh cinta pada wanita yang mengandung anaknya. Mereka bukan kekasih, bukan musuh. Mereka hanya orang asing yang terjebak oleh keadaan. Karena satu malam, Moza hamil. Bagaimana Moza menjalani hidupnya? Apa Naga tahu, bahwa wanita asing itu mengandung benih yang tak sengaja ia tanam.
Follow akun Instagram Sept
Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGUSIK
"Buka gerbangnya kembali, sekarang!"
Itu adalah kata-kata Sinaga, saat mendapat laporan bahwa ada seorang pria mengaku sebagai suami dari Moza memaksa masuk ke kawasan Gardenia Sanrio Park.
Ia bicara di telepon, memerintahkan agar semua pintu segera dibuka. Wajah Naga berubah dingin, bila semula ia tertarik pada anak kecil itu, kini Naga nampak acuh.
Di dalam hati, pria berbadan tegap dan atletis situ merutuki diri sendiri. Bagaimana bisa ia menyangka bahwa anak itu adalah anaknya? Di dunia ini bahkan banyak orang yang berwajah sama.
Beberapa saat kemudian.
Seorang pria terlihat buru-buru akan masuk ke dalam sebuah wahana rumah kaca, Arka menatap tak suka pada pria-pria yang berjaga di depan wahana itu dengan muka tegas dan garang.
"Apa ini ulah Madam Antony?" pikir Arka saat ia diperbolehkan masuk.
"Moza!" panggil Arka ketika melihat wanita tersebut.
Moza yang semula memang menanti kedatangan dokter Arka, ia pun langsung bangkit dan menghampiri Arka.
"Suamiku datang!" Moza menatap Naga, seolah mengatakan bahwa ia sudah menikah. Secara tidak langsung, Moza meminta agar pria itu tidak mengusik dirinya dan juga putrinya.
Begitu Sendy menyadari siapa yang datang, gadis kecil itu langsung meminta gendong pada Arka. Mereka memang dekat, karena Arka sering bermain dengan anak kecil itu.
"Mau pulang?" tanya Arka dengan tatapan sayang pada Sendy.
Tanpa sadar, tangan Naga malah mengepal dengan sendirinya.
"Maaf atas kekacauan ini!" ucap Naga dengan setengah hati, tidak mau ada masalah ke depannya. Ia akan menutup kasus ini saat itu juga.
Dokter Arka tersenyum tipis. "Terima kasih sudah menyandera keluarga saya!" ucap Arka dengan nada menyindir. Ia sempat terkejut, ketika masuk, ternyata semua akses pintu dikunci.
Moza sepertinya berurusan dengan bukan sembarang orang. Ingin berhati-hati agar kebohongan mereka tak terbongkar, Arka memainkan perannya dengan maksimal.
Sementara itu, Naga menjawab sindiran dari Arka sikap tenang. "Ini hanya salah paham, semoga kedepannya tidak ada lagi kesalahpahaman seperti ini," Naga masih menatap Sendy yang ada dalam gendongan ayahnya. Tidak tahu mengapa, ia tidak suka melihat pemandangan itu.
Tidak ingin berlama-lama di situ, karena hatinya terlanjur kecewa. Naga pun berlalu, dengan banyak rasa yang berkecamuk di dalam pikirannya.
Saat semua pengawal sudah menghilang, Arka membawa Moza dan putrinya itu pergi dari tempat tersebut.
Di dalam mobil.
Sejak tadi Arka menebak-nebak, namun hanya di dalam hati saja. Ketika mobil sudah melaju jauh meninggalkan tempat itu, kini barulah Arka bertanya.
"Apa dia ayah Sendy?" Akhirnya Arka mengatakan apa yang tertahan di dalam kepalanya sejak tadi. Ketika menatap wajah pria yang menahan Moza, sekali menatap saja, Arka menyadari kemiripan mereka.
"Bukan!" jawab Moza sambil memalingkan wajah ke arah jendela.
"Ah ... baiklah kalau tidak mau cerita." Ada nada keputusasaan di kata yang keluar dari bibir Arka.
"Bukan seperti itu Mas Arka!"
"Tidak apa-apa kalau tidak mau cerita, pesanku hanya satu. Berhati-hatilah!" tutur Arka sembari tetap fokus pada hamparan aspal hitam di depannya.
Moza terdiam, kemudian memeluk Sendy yang kini sudah tertidur di atas pangkuannya.
"Aku akan pindah," ucap Moza kemudian.
"Lagi?"
"Aku takut Madam Antony mengendus keberadaanku."
"Ke mana lagi, Moza?" tanya Arka dengan nada sedikit putus asa.
"Ke mana saja, Mas. Asal tidak ada yang mengenalku!" jawab wanita itu dengan tak kalah putus asanya. Hidup dalam pelarian dan ketakutan atas bayang-bayang Madam Antony, membuat Moza selama ini harus dalam kecemasan.
"Apa lebih baik ke luar negeri?" Arka memperlambat laju mobilnya.
Moza mengeleng. Ke luar negeri? Itu butuh banyak biaya. Moza tak akan sanggup hidup dalam pelarian di negeri orang.
"Kenapa?" tanya Arka lagi. Diliriknya Moza yang kini hanya diam.
"Tidak apa-apa, Mas. Dan untuk hari ini, Moza ucapkan terima kasih. Maaf selalu merepotkan."
Moza merasa tak enak, karena selalu membuat Arka turun tangan dalam setiap masalah yang ia hadapi.
"Tak apa, santai saja!" Arka mengelus poni Sendy yang sudah tertidur di atas pangkuan ibunya.
Tidak terasa, mobil sudah sampai di sebuah rumah. Sebuah rumah sederhana dengan pagar besi yang sudah mulai berkarat.
Saat akan keluar, Moza kembali mengucapkan rasa terima kasihnya pada doketr Arka.
"Terima kasih, Mas!"
Arka hanya mengangguk, "Masuklah!"
Moza pun masuk ke dalam rumahnya, setelah masuk ia mengunci rapat seluruh pintu dan jendela rumahnya.
Sore hari, ketika matahari akan pulang dan langit berubah warna. Sebuah mobil hitam parkir di depan rumah Moza.
Naga menatap rumah sederhana itu, rupanya pria itu masih memiliki rasa penasaran yang terus mengusik. Hingga ia menyuruh orang membuntuti mobil Arka. Begitu tahu di mana alamat Moza, kini ia datang sendiri ke tempat itu.
Matanya terlihat kosong, sesekali melirik pagar rumah yang usang tersebut. Naga merasa aneh, dari tampilan Arka sepertinya ia pria berada. Tapi, mengapa anak istrinya tinggal di tempat seperti ini?
Mengapa membiarkan pagarnya sampai karatan? Ah, tiba-tiba Naga kembali menerka-nerka.
Cukup lama ia hanya terdiam di dalam mobil, merasa aneh sendiri dengan apa yang ia lakukan. Dan matahari juga sudah tengelam sempurna. Naga pun menyalakan mesin mobil. Siap meninggalkan rumah Moza, wanita itu benar-benar mengusik ketenangan hati Naga.
Saat di persimpangan jalan, tanpa sengaja ia melihat pengemudi lain yang berpapasan dengannya. Wajah garang dan sangar.
Chitttt
Naga menginjak pedal rem dengan mendadak, algojo itu! Bersambung.
Instagram : Sept_September2020
yang mau kenalan sama tor gabut...