Sweet Alexsandra, seorang gadis yang memiliki sifat dingin. Ia dipaksa untuk menikahi seorang lelaki kejam demi keuntungan bisnis orang tuanya. Perusahaan lelaki itu begitu sulit ditaklukkan. Sehingga gadis itu digunakan sebagai alat. Sweet harus rela melepaskan segala mimpinya. Menjadi seorang istri dari lelaki yang sama sekali tidak menganggap dirinya ada. Lelaki yang selalu menganggapnya sebagai pecinta harta.
Hidup tanpa cinta sudah menjadi hal lumrah baginya. Mungkinkah ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Ma, bagaimana nasib Sweet kedepan? Kasihan dia, Mala tahu dia tidak telibat dalam urusan keluarganya. Mala bisa lihat ketulusan dimatanya, walau Sweet memiliki sifat dingin. Ada kehangatan yang tersembunyi dalam dirinya," ujar Mala memeluk bantal. Menatap Milan yang tengah menyusun pakaian di lemari.
"Kita serahkan dengan yang di atas. Jika mereka memang berjodoh, mereka akan bersatu. Kita tidak bisa ikut campur, kamu tahu sendiri kan bagaimana sikap Ayahmu? Keras kepala dan mudah emosi."
"Mala tahu, Allah menyatukan mereka pasti ada tujuannya. Harap-harap Ayah berubah setelah punya istri. Walaupun sulit, karena dihati Ayah masih ada tante Nissa. Tapi Mala yakin, Sweet bisa melunakkan kerasanya hati Ayah."
"Ya, kita harus yakin dengan kehendak yang Maha Kuasa." Milan duduk disamping Mala. Keduanya terdiam sesaat. Terhanyut dalam pikiran masing-masing.
Sweet memasuki mansion dengan malas. Wajahnya telihat pucat. Gadis itu hendak menaiki anak tangga. Namun ia dikejutkan oleh suara bariton milik suaminya.
"Masih bernani pulang rupanya?"
Kini Alex sudah berdiri di belakangnya. Wajahnya memancarkan amarah yang mendalam. Sweet menarik napas panjang, lalu berbalik.
"Lalu, aku harus pulang ke mana?" tanya Sweet datar. Sebenarnya ia sangat malas melayani lelaki tak punya hati seperti Alex.
Mendengar jawaban Sweet, Alex semakin kesal. Ia melempar tatapan tajam pada Sweet.
"Bukankah kau senang melayani lelaki di luar sana? Berapa banyak lelaki yang kau layani hari ini, hingga kau pulang selarut ini?" cerca Alex.
Sweet tidak bicara atau menjawab, ia cukup lelah dengan hari ini. Pekerjaan menyita seluruh waktunya. Bahkan sejak siang tadi ia belum menyentuh makanan. Tidak ada tenaga untuk melawan Alex.
"Setelah bosan dengan lelaki hidung belang, kau lari pada lelaki pengusaha seperti Hanz. Sungguh hebat, kau wanita tidak tahu malu yang pertama kali aku temui. Demi harta kau rela melakukan segala hal ...."
"Cukup!" Sergah Sweet. Ia tidak tahan lagi mendengar cacian yang keluar dari mulut Alex.
"Sudah puas? Sudah puas kau menghinaku, hah? Ya, aku memang wanita murahan yang rela melakukan segala hal untuk kebahagiaanku. Termasuk dirimu, kau hanya lelaki yang aku jadikan sebagai pelarian. Setelah aku bosan, aku akan mencari mangsa baru dan meninggalkanmu. Itu kan yang mau kau dengar? Sekarang kau puas!" Sweet melepaskan sesak didadanya. Rasa lelah membuatnya semakin muak. Alex mengangkat tangannya ke udara dan hendak menampar Sweet. Dengan cepat Milan menahannya. Mendengar suara ribut di luar, kedua wanita itu langsung keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi. Beruntung mereka cepat dan bisa menahan amarah Alex.
"Alex, apa yang kau lakukan, huh? Kau sudah berjanji akan berubah dan tidak berbuat kasar, dia seorang wanita, Alex." Milan menatap Alex kecewa.
Sweet tertawa ringan, lalu meninggalkan Alex yang masih diselimuti rasa kesal. Namun baru beberapa langkah, kakinya kembali tertahan.
"Kau yang memintaku untuk memperbaiki semua laporan keuangan yang sudah aku buat dengan susah payah. Seharusnya kau tahu alasanku pulang larut, bukan? Berpikirlah sebelum bertindak atau bicara. Jika kau merasa dirimu itu pintar." Sweet melanjutkan langkahnya. Perkataan gadis itu bagaikan belati yang menusuk tajam jantung Alex.
"Lex, tahan emosimu. Bagaimana pun dia istrimu, bukan? Tanyakan baik-baik, tidak perlu menggunakan kekerasan. Sweet tidak seperti apa yang kau pikirkan, dia gadis polos yang terjebak dalam keadaan. Seharusnya kau mencari lebih dalam siapa dia sebenarnya. Bukankah kau memiliki banyak mata?"
"Mama benar, Ayah. Sweet gadis yang baik, semua yang Ayah pikirkan itu salah. Tolong pikirkan lagi." Mala ikut bicara.
"Tidak perlu ikut campur, kalian tidak tahu apa yang terjadi. Aku tidak akan merubah pandanganku padanya," bantah Alex. Lalu ia pergi meninggalkan Milan dan Mala yang masih terdiam.
"Sudah, biarkan saja Ayahmu seperti itu. Tunggu hingga emosinya meredam. Sana ke kamarmu, tidur ini sudah larut."
"Iya, Ma. Mama juga istirahat," sahut Mala seraya mencium pipi Milan. Lalu ia pun langsung beranjak menuju kamarnya. Milan hanya bisa menarik napas panjang. Ia bingung harus melakukan apa agar Alex berubah seperti dulu. Segala usaha sudah ia lakukan, tetapi semuanya sia-sia. Hatinya sekeras batu.
"Wanita murahan? Apa aku telihat seperti itu?" gumam Sweet. Saat ini ia sedang merendam diri dalam air hangat. Melerai segala penat dalam tubuhnya. Duduk seharian di depan laptop membuat otot-ototnya tegang.
"Huh, terserah lelaki itu mau beranggapan seperti apa. Aku tidak peduli," lanjutnya. Sweet memejamkan matanya. Kini otot-ototnya yang tadi tegang mulai terasa rilex.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Sweet keluar dari kamar. Cacing diperutnya mulai berontak meminta makan. Saat Sweet melewati kamar Alex, ia melihat pintu sedikit terbuka. Sekilas ia mendengar percakapan Alex dengan seseorang.
Ck, kenapa aku kepo gini sih?
Sweet hendak pergi dari sana, akan tetapi langkahnya terhenti saat ia mendengar namanya di sebut.
"Aku tidak mau tahu, baik Sweet maupun Ana, aku tidak peduli. Perusahaan itu sudah hancur sejak awal. Lelaki tua bangka itu begitu sarakah, setelah menikmati uang yang aku berikan. Dia ingin tetap memiliki perusahaan itu. Menjadikan wanita tak berguna itu sebagai jaminan, membuatku repot. Aku ...."
Brak!
Sweet tak sengaja mendorong pintu kamar Alex hingga menimbulkan suara keras.
"Kita bahas ini nanti," Alex langsung memutuskan sambungan telepon. Ia menghampiri Sweet yang masih berdiri di ambang pintu.
"Berani sekali kau, menguping pembicaraanku?" bentak Alex. Tatapan Sweet terus tertuju pada Alex.
"Katakan apa maksud dari perkataanmu?" tanya Sweet. Matanya mulai basah.
"Kau tidak tahu atau sengaja ingin mengelabuiku?" Alex balik bertanya dengan begitu emosi. Ia juga mencengkram erat rahang Sweet.
"Aku tidak tahu!" seru Sweet. Alex melepaskan cengkramannya dengan kasar dan berlalu begitu saja. Air mata Sweet pun meluncur, membasahi pipinya yang memerah.
Selang beberapa detik, Alex kembali dengan sebuah map ditangannya. Ia melempar map itu pada Sweet dengan kasar.
"Jangan bersikap bodoh! Ini idemu bukan?" Bentak Alex.
Sweet yang penasaran pun langsung membuka isi map itu. Matanya membulat sempurna. Isi map itu adalah sebuah surat perjanjian atas nama dirinya.
"Tidak mungkin," ucap Sweet sambil terus membaca isi surat itu.
SURAT PERJANJIAN PERNIKAHAN
Pihak pertama : Alexander Digantara
Pihak kedua: Sweet Alexsandra
Kedua belah pihak sepakat membuat janji pernikahan di atas kertas dengan pernyataan
Prinsip Dasar
1. Pihak pertama memiliki hak penuh atas pihak kedua.
2. Perusahaan akan tetap berada ditangan pihak kedua selama masih dalam ikatan pernikahan dan segala hutang piutang dianggap lunas.
3. Pihak pertama bertanggung jawab penuh atas perawatan dan memenuhi segala kebutuhan pihak kedua.
4. Pihak kedua bertanggung jawab penuh dalam menjalankan tugas sebagai seorang istri dan selalu taat dalam aturan pihak pertama.
5. Pihak kedua tidak melibatkan orang ketiga dalam hubungan pernikahan.
6. Apabila pihak kedua melanggar pasal 4 dan 5, maka pasal 2 dinyatakan batal.
Sweet terduduk lemas saat melihat surat perjanjian tak masuk akal itu. Dirinya yang dirugikan di sini. Bahkan Sweet tidak memiliki alasan untuk membantah. Meski bukan dirinya yang membuat surat itu.
Daddy, apa yang kau lakukan? Kau mengorbankan diriku dengan begitu mudah? Apa aku begitu tak penting?
"Bagaimana, kau masih ingin membodohiku? Kau dan Ayahmu benar-benar picik. Hanya karena sebuah perusahaan kau melemparkan tubuhmu padaku. Aku ingin tahu," Alex menyejajarkan tubuhnya dengan Sweet dan berbisik. "Bagaimana kau melakukan tugasmu, sebagai seorang istri."
Sweet mendongak, menatap Alex penuh kebencian.
Baiklah, sebagai tanda balas budi. Aku akan melakukan keinginanmu, Dad. Setelah ini tidak ada lagi ikatan di antara kita.
Sweet bangun dari duduknya, begitu pun dengan Alex. Sweet mendorong Alex, hingga lelaki itu sedikit mundur. Sweet menutup pintu. Alex menatap Sweet bingung.
Sweet melempar asal surat perjanjian itu. Kedua tangannya bergerak untuk membuka kencing piama yang ia kenakan.
Alex terhenyak. "Apa yang kau lakukan?" tanya Alex menahan tangan Sweet untuk menghentikan aksinya.
"Melakukan kewajiban sebagai seorang istri," jawab Sweet pasrah. Alex tersenyum masam. Ia menarik dagu istrinya.
"Jadi ini yang kau inginkan? Baiklah, aku akan mengikuti keinginanmu." Dengan perasaan kesal. Alex melempar tubuh Sweet ke ranjang. Gadis itu sama sekali tidak berontak.
Alex mengukung tubuh mungil Sweet. Ia tersenyum puas melihat gadisnya ketakutan. Bibir tipisnya mulai bertemu dengan bibir mungil milik Sweet. Jemari mungil Sweet mencengkram erat kemeja milik Alex.
"Sakit," ringis Sweet saat Alex dengan sengaja mengigit bibirnya hingga mengeluarkan darah segar.
"Kau pikir aku akan tergoda dengan tubuh murahanmu? Keluar dari kamarku sekarang!" Alex menarik Sweet keluar dari kamarnya. Menghempas tubuh mungil Sweet hingga gadis itu terjerembab. Alex menutup pintu kamarnya dengan kasar.
Sweet tersenyum getir. Ia mengusap bibirnya yang masih mengeluarkan darah. Rasa sakit dibibirnya sudah tak ia rasakan lagi.
"Brengsek!" umpatnya. Lalu ia pun bangun dan bergegas menuju kamarnya. Rasa lapar yang tadinya menderai kini lenyap begitu saja.