SEMUA GARA-GARA PARIJI
Ini Novel harusnya horor, tapi kenapa malah komedi, saya yang nulis juga bingung, tapi pasti hororlah.
KOK dengan huruf yang terbalik, ya semua serba terbalik di dalam novel ini, tidak ada yang sesuai dengan semestinya, dan jangan berpikir dengan nalar, karena nggak akan masuk di otak kita.
Jangan dipikir dengan otak normal, karena akan bikin kram otak.
kebalikan adalah keasikan, ingat baliklah hidup kalian agar mengalami sesuatu yang luar biasa!
KOK,
Kalok dibilang time travel kok rasanya nggak jugak, tapi ada yang hilang dan bertambah di dalam diriku.
KOK gini rasanya, KOK aku ada disini, KOK aku diginiin, KOK aku harus ada di sini, KOK sakit gini, KOK KOK KOK KOK semua harus KOK.
Jangan takot, gitu kata orang yang aku temui, tapi KOK rasanya takot tapi enak dan menyenangkan..
Itulah KOK yang dibalik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Bashi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. MALAM YANG JANGGAL
Mbah Wito selesai bercerita dan menjelaskan apa yang terjadi dengan korban dari benda yang katanya mengerikan itu, kemudian mbah Wito berdiri dan menuju ke pojokan ruang tamu rumah.
Ternyata mbah Wito mengambil rokok, dia menyalakan rokok itu kemudian duduk bersila lagi di depanku.
Aku merasa capek, aku harus istirahat, tenagaku entah kenapa terkuras, apalagi dengkulku rasanya sulit untuk menopang berat tubuhku.
Celenk sudah tidur dari tadi, dia kayaknya capek sekali, tapi yang aneh si mbah Wito, dia hanya duduk bersila sambil kadang tersenyum sendiri sambil merokok, entah apa nama rokok itu karena baunya aneh sekali.
Bau rokok mbah Wito itu seperti agak wangi tapi nggak wangi juga, tapi asapnya seperti menenangkan otak, kayaknya aku pernah menghirup bau ini, tapi aku lupa dimana.
“Kamu kenapa tidak istirahat nak Pariji?” tanya mbah Wito dengan agak tersenyum aneh
“Nggak papa mbah, saya belum ngantuk, saya masih berpikir dimana dan apakah saya pernah membeli sebuah batu seperti yang mbah maksud itu”
Tidak ada jawaban dari mbah Wito, hanya ada asap mengepul yang menyelimuti wajahnya saja.
Tapi lambat laun aku merasa ngantuk, entah karena aku lelah atau karena hal lain, tapi rasanya aku dipaksa untuk memejamkan mata saat ini juga.
*****
“JI…… JI… bangun JI, cepat bangun!”
“Ayoooo bangun tak butak…. !”
Sayup-sayup aku mendengar suara celenk yang memburu. Nada suaranya seperti dia sedang ketakutan.
“Apa Lenk, udah jam berapa ini” kusipitkan mataku karena aku masih ngantuk sekali
“Nggak usah tanya jam Ji, pokoke ndang bangun Ji, ini mengerikan JI…..cepaaat!”
Kubuka mataku perlahan, ternyata aku dan celenk entah ada di mana, karena suasana disini gelap sekali. Aku masih belum bisa melihat sekeliling karena mataku masih sedikit kabur.
Tapi yang pasti aku mencium bau wangi yang nggak asing, bau bunga…. Bau bunga kamboja.
“Eh kita ada dimana Lenk?”
“Kita di kuburan”
“Bukanya tadi kita ada di rumah mbah Wito Lenk?”
“Mbuh Ji, tadi memang kita ada di rumah mbah WIto Ji, tapi kan aku tidor Ji, lha kamu kan yang masih ngobrol sama mbah Wito”
“Sssttttt, diam, itu disana ada sesuatu” kataku sambil berbisik
Terus terang aku nggak paham kenapa ada di kuburan, tapi memang aku dan celenk sekarang ada di kuburan, di sekelilingku ada batu nisan yang nampak tua.
Tapi yang saat ini perhatianku adalah di kejauhan mungkin sekitar sepuluh meter dari tempat kami terduduk ada sesosok sesuatu yang sedang beraktifitas.
Itu pasti orang, aku yakin itu orang yang sedang jongkok membelakangi kami, dia seperti sedang melakukan sesuatu terhadap sesuatu yang ada di depannya.
Kuraba kuntilaku, kupegang kepalanya kemudian kusampirkan di pundakku si kuntila yang dalam keadaan lemas, ketika kuperhatikan, ternyata aku sudah tidak memakai jaket berbulu milik si Celenk.
Aku masih ingat, jaketku kan ada di tikar rumah pak Wito sebelumnya, jadi kayaknya ini bukan mimpi, tapi memang aku dan Celenk ditaruh di kuburan ini.
“Kita ngapain ini Ji” tanya Celenk dengan berbisik
“Aku takot Lenk, wis kita tetap disini saja sampai orang itu pergi dari sini”
Malam ini di pemakaman sangat sepi, nggak ada suara jangkrik atau binatang malampun, nggak ada angin yang berhembus, bahkan nggak ada nyamuk yang menggigit aku.
Sunyi sekali, yang bisa aku dengar cuma aktifitas di depanku yang sepertinya sedang entah memotong sesuatu atau menggali.
Terus kuperhatikan orang yang ada di depanku, ternyata memang dia sedang menggali. Yancok mosok arep menggali makam rek.
Celenk mendekatkan tubuhnya kepadaku, mungkin dia sedang takut.
“Ji, kita harus pergi dari sini” bisiknya
“Pergi nangndi cok, diam sik disini , gak usah lapo-lapo disik”
“Uuugh yancok Ji, ababmu mambu mayit!” bisik celenk lagi
“Sssttt menengo sek!”
Sudah sekitar sepuluh menit berlalu, orang di depanku sedang menggali menggunakan tanganya, dia semakin merunduk, karena kedalaman galian semakin dalam.
Hingga pada akhirnya orang di depanku berdiri, dan kemudian memposisikan diri menghadap ke nisan dari kuburan yang dia gali.
Orang itu jongkok dan membungkuk, kemudian jelas sekali kedua tangan orang itu seperti sedang menarik sesuatu dari lubang yang dia gali.
Terus terang aku nderedeg, aku yakin yang dia tarik adalah mayat!
Tapi siapa orang itu dan mayat siapa yang sedang dia ambil, kenapa orang itu mengambil mayat.
Kayaknya mayat itu dikubur kedalam lubang yang tidak dalam. Mungkin hanya sekitar enam puluh cm an, aku bisa perkirakan ketika orang itu tadi beraktifitas menggali.
“Kalian berdua ayo sini bantu mbah ambil mayat”
Ternyata itu adalah suara mbah WIto, dia tau kami ada disini, dan sekarang memanggil aku dan Celenk untuk membantunya.
“Ayo sini kelian, mayat ini sudah membusuk, kalau mbah sendiri yang tarik takutnya daging dan tulangnya akan lepas. Ayo sini kalian bantu mbah angkat mayat ini”
seru ,...
mimpi yang sangat panjang ya ji.... mimpi yang nggak pernah bangun-bangun...
Hendrik dalam bahaya dong....
asal nebak hhhhh😁
operasi dimana bisa nyembul gede sana sini...???🤣