NovelToon NovelToon
Love Me Please, Hubby

Love Me Please, Hubby

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Sudah Terbit
Popularitas:344.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: ErKa

Tanisha Alifya, seorang gadis yatim berusia 23 tahun yang merantau di ibu kota Jakarta hanya untuk mengubah perekonomian keluarganya. Dia menjadi seorang petugas cleaning service di sebuah perusahaan yang di pimpin oleh seorang laki-laki tampan dan dingin.

Zico Giovanno Putra, seorang direktur utama sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan software, PT. ERPWare Indonesia. Seorang direktur yang masih muda, berusia 28 tahun. Memiliki kecerdasan dan ketajaman dalam mengambil setiap peluang yang ada.

Pada suatu malam, karena berada dalam pengaruh alkohol, Zico memperkosa Nisha dan menyebabkan Nisha hamil.

Bagaimana kisah seorang direktur utama yang berada di hierarki teratas dalam perusahaan jatuh cinta dengan karyawan outsource yang berada di hierarki paling rendah?

BACA TERUS kelanjutan kisah mereka dalam LOVE ME PLEASE, HUBBY.


*Di usahakan untuk update tiap hari ^^ mohon dukungannya para readers tersayang :-)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 31 - Maaf Aku Tidak Bisa Menemanimu

Zico tersenyum-senyum sendiri. Bayangan akan bertemu dengan Nisha membuatnya bahagia. Dia menatap bungkusan besar di tangannya. Bungkusan itu dia beli untuk Nisha. Dia berharap Nisha akan menyukainya.

“Biar Saya yang bawa Pak.” Gerry menawarkan untuk membawa koper dan bungkusan yang tengah di pegang Zico. Namun Zico hanya menyerahkan kopernya.

“Aku akan bawa ini sendiri.”

“Ta…tapi Pak…”

Zico meninggalkan Gerry yang masih tergagap itu. Dia segera menuju ke arah arrival dan mencari supir yang tengah menjemput mereka.

“Antarkan Aku ke apartemen.”

“Tidak ke kantor Pak?”

Gerry bertanya dengan heran. Selama beberapa tahun ini Gerry sangat memahami kebiasaan bosnya. Sepulangnya dari tugas luar kota, bosnya itu pasti akan langsung ke perusahaan dan menyampaikan hasil kerja mereka pada orang-orang penting di perusahaan. Kemudian akan meminta setiap orang untuk memberikan idenya. Saat-saat seperti ini akan membuat para manager ketakutan. Mereka akan kebingungan memikirkan berbagai ide. Bila ada pemikiran yang tidak sesuai, bosnya itu akan mengusir orang tersebut dan tidak mengikutsertakannya dalam pertemuan selanjutnya. Itu artinya orang tersebut tidak akan berada di posisi itu lagi.

“Tidak. Kamu juga pulang. Istirahat di rumah.” Zico menjawab pendek. Gerry hanya mengiyakan jawaban Zico, tidak berani bertanya lebih lanjut apalagi membantahnya.

Gerry bertanya-tanya, apa yang membuat bosnya merubah kebiasaannya? Mengapa bosnya ingin cepat kembali ke apartemennya? Apakah karena wanita itu? Aahh, tidak mungkin. Wanita itu sama sekali tidak penting bagi bosnya. Lalu bungkusan apa yang di bawa bosnya? Apakah itu oleh-oleh? Untuk siapa? Tidak mungkin untuk keluarga besarnya kan? Hubungan mereka sedang memburuk karena kasus terakhir kali itu. Lalu untuk siapa hadiah itu? Jangan bilang untuk wanita kecil itu? Gerry menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia berharap tidak perlu bertemu dengan wanita itu lagi. Masih jelas dalam ingatannya, betapa paniknya dia di tengah malam harus mencari makanan ini-itu hanya untuk wanita yang posisinya jauh lebih rendah di bandingkan dirinya. Benar-benar membuat harga dirinya terluka. Namun dia tidak bisa menyuarakan pendapatnya, karena yang memerintahkan semua itu adalah bos dinginnya, hah.

Supir mengantarkan Zico terlebih dulu. Dengan berlari-lari kecil, dia melewati lobby dan menghampiri lift. Perasaan bahagia membuncah dalam dadanya. Dia ingin segera bertemu dengan wanita itu. Zico membuka pintu apartemen dengan semangat. Dia membayangkan akan melihat Nisha, yang tersenyum  bahagia ketika melihatnya dan menghambur ke dalam pelukannya. Tapi apa yang dibayangkannya tidak menjadi kenyataan. Apartemen itu sangat lengang. Tidak tampak ada kehidupan di dalamnya.

“Nis…Nisha…” Zico memanggil-manggil nama Nisha sembari mencari wanita itu di setiap ruangan. Namun wanita itu tidak tampak dimana-mana, begitu pula dengan bu Retno. Kemana semua orang pergi? Perasaan kesal dan khawatir bercampur aduk. Zico mengeluarkan ponselnya dan menelepon Nisha. Sudah berulang kali dia meneleponnya, namun Nisha tidak kunjung menjawab. Tingkat kekesalan dan kekhawatiran Zico semakin bertambah. Akhirnya dia memutuskan untuk menelepon bu Retno. Pada deringan pertama bu Retno mengangkat teleponnya.

“Iya Tuan?”

“Ada dimana dia?”

“Nona?”

“Iya.”

“Kami sedang berada di kelas kehamilan yang Tuan daftarkan kemarin untuk Nona. Sebentar lagi Kami akan pulang…”

“Tunggu di sana, Aku akan menjemput kalian.” Zico menutup teleponnya. Perasaan bersalah kembali menggelayuti hatinya. Kemarin dia tidak bisa menemani Nisha check up kehamilan, hari ini dia juga tidak bisa menemani Nisha mengikuti kelas kehamilan pertamanya. Calon ayah macam apa dirinya ini? Zico mengutuk dirinya sendiri.

***

Dari kejauhan Zico sudah bisa mengenali Nisha. Wanita itu duduk di kursi sendirian. Sementara di sekelilingnya di penuhi dengan para pasangan yang tengah menunggu kehadiran buah hati mereka. Nisha menatap sekelilingnya dengan sedih. Apa yang sedang dipikirkannya? Apakah wanita itu sedih karena tidak di temani olehnya?

Zico berlari-lari kecil. Ingin rasanya dia terbang dan memeluk wanita itu. Menghapuskan kesedihan yang tersirat di matanya.

“Sayang…” Zico datang mendekat dan memeluk Nisha. Sepertinya dia tidak bisa membedakan antara keinginan dan kenyataan. Dia benar-benar memeluk wanita itu di dadanya. Nisha terdiam mendapat pelukan hangat itu. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Mungkin wanita itu terlalu terkejut untuk bersuara.

“Sudah lama menunggu?” Zico melepaskan pelukannya dan menatap Nisha yang masih linglung.

“Hem…”

“Dimana bu Retno? Kenapa tidak menemanimu?”

“Eh, ehm… ke… ke toilet…”

“Kenapa tidak menatap mataku? Apa Kamu tidak senang melihatku pulang?”

“Ti…tidak… Aku…Aku senang…”

“Tapi wajahmu tidak terlihat senang.”

“Mung…mungkin karena capek?”

“Capek? Apa saja yang dilakukan tadi?”

“Ti…tidak ada. Hanya mendengarkan materi.”

“Materi?”

“Iya. Ini ada buku dan juga soft file-nya.” Nisha menunjukkan buku di tangannya.

“Maaf ya tidak bisa menemanimu lagi.”

“Iya gak apa-apa. Tadi beneran gak ngapa-ngapain kok.”

Nisha berusaha untuk tersenyum ceria. Namun Zico masih melihat raut kesedihan itu. Sepertinya Nisha masih terbawa perasaan. Zico merangkul pundaknya, berusaha untuk memberi penghiburan untuknya.

“Oh ini ya suaminya Mbak Nisha?”

Zico dan Nisha menoleh bersamaan ketika mendengar suara itu. Nisha melihat beberapa ibu-ibu menghampirinya dan Zico. Sepertinya mereka sangat penasaran pada Zico. Dari awal kelas kehamilan di mulai, kumpulan ibu-ibu itu sudah kepo dengan hidupnya. Mereka melihat Nisha datang tanpa di damping oleh suami, sehingga timbullah pikiran-pikiran negatif dalam pikiran mereka.

“Kenalkan Saya Zico, suami Nisha.” Zico mengulurkan tangannya pada salah satu ibu-ibu yang di anggapnya sebagai ketua dari perkumpulan itu.

“Wah ganteng sekali. Maaf lho Pak, tadi Kami penasaran sama Mbak Nisha. Semua ibu-ibu di sini datang di antar suami, tapi hanya Mbak Nisha saja yang sendirian. “

“Iya, Saya baru datang dari luar kota. Jadi belum bisa menemaninya. Ke depannya Saya janji akan selalu menemaninya. Terima kasih atas perhatiannya.” Zico tersenyum dengan dingin. Dengan posesif dia menggenggam tangan Nisha dan membawanya menjauh dari gerombolan tawon itu.

“Maaf ya. Pasti hari ini berat untukmu.” Zico kembali meminta maaf.

“Gak kok. Beneran gak apa-apa. Semua sikap ibu-ibu itu Aku anggap sebagai bentuk perhatian mereka padaku…”

“Bukan bentuk perhatian. Tapi sebagai bahan gossip. Aku janji di pertemuan berikutnya, Aku pasti akan menemanimu.”

“Hehe, iya terima kasih.” Nisha tersenyum cerah. Membuat Zico berpikiran gila. Ingin rasanya dia mencium bibir itu! Zico berusaha mengalihkan perhatiannya.

“Mau makan apa?”

“Terserah.”

“Tidak ada yang ingin di makan?” Nisha menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Mau jalan-jalan?”

Mendengar kata jalan-jalan membuat mata Nisha berbinar-binar. Dengan cepat Nisha mengangguk-anggukan kepalanya. Tapi kemudian dia menjadi ragu.

“Tapi Kamu masih harus kerja…”

“Aku tidak kerja hari ini. Aku milikmu.” Zico menggombal sembari mengerlingkan matanya. Membuat Nisha tersipu-sipu malu.

“Ta…tapi bagaimana dengan bu Retno?”

“Aku akan memesankan taksi online untuknya. Beliau bisa pulang ke rumahnya. Hari ini Aku akan menjagamu.” Zico tersenyum dengan sangat manis. Nisha melihatnya dengan tersipu-sipu.

“Jadi, mau kemana Kita hari ini Ratuku?”

***

 

 

1
Lidya
Luar biasa
Lidya
Lumayan
Lenny Hursey
cerita mantap ga ada bosan d dengar/baca
Rossi Valentina
Luar biasa
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
nyatanya sedari awal si Daniel2 itu yg gatel suka kok istri orang malu maluin😒
Cici_sleman
krn zi lg g mau cium semua bau kecuali bau jeruk 🍊🍊🍊
Margaretha Sarinah
Luar biasa
Hyesverr Zaara
Kecewa
Hyesverr Zaara
Buruk
Fadhil Ganteng
Luar biasa
Fadhil Ganteng
Lumayan
Faeyza
🥰🥰🥰😘😘
Bunda Hafizh
owh ternyata si Gery salut ni mata2 Mak lampir tho 😤🔥😡
Bunda Hafizh
hadouh Daniel maen peluk aja,
woey istri org tu 🤦😂
Bunda Hafizh
si Gery ni lama2 nyebelin yak MW ditampol Dy
Bunda Hafizh
🔥🔥🔥😂
Rini Deswita
sangat suka
Rini Deswita
Buruk
Bunda Hafizh
Luar biasa
Bunda Hafizh
wkwkwkwk syukur dikerjain sm Nisha 😂🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!