Arunika Nrityabhumi adalah gadis cantik berusia dua puluh tujuh tahun. Ia berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar yang ada di kotanya.
Gadis cantik itu sedang di paksa menikah oleh papanya melalu perjodohan yang di buat oleh sang papa. Akhirnya, ia pun memilih untuk melakukan tugas pengabdian di sebuah desa terpencil untuk menghindari perjodohan itu.
Abimanyu Rakasiwi adalah seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun yang digadang - gadang menjadi penerus kepala desa yang masih menganut sistem trah atau keturunan. Ia sendiri adalah pria yang cerdas, santun dan ramah. Abi, sempat bekerja di kota sebelum diminta pulang oleh keluarganya guna meneruskan jabatan bapaknya sebagai Kepala Desa.
Bagaimana interaksi antara Abi dan Runi?
Akankah keduanya menjalin hubungan spesial?
Bisakah Runi menghindari perjodohan dan mampukah Abi mengemban tugas turun temurun yang di wariskan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Check in
"Mas, ini kan jalan ke kabupaten?" Tanya Runi saat menyadari Abi berbelok ke arah Kabupaten.
Setelah mengurus keperluan perawatan bu Parmi dan bu Parmi di pindahkan ke ruang rawat inap, pukul satu lewat tiga puluh menit dini hari, Abi dan Arunika berpamitan pada keluarga bu Parmi.
"Iya, kita istirahat di kabupaten saja. Besok pagi Mas ada pekerjaan di kabupaten, biar gak bolak balik, dek." jawab Abi.
"Terus, aku gimana?" tanya Runi.
"Ya temani Mas, lah." jawab Abi santai.
"Bukan, maksudku balai kesehatan gimana, Mas?" tanya Runi.
"Biar di urus Ica. Sesekali izin kan gak apa." jawab Abi.
"Tapi aku gak bawa baju ganti loh, Mas. Masak mau nemenin Mas pake hodie sama celana tidur gini?" Ujar Runi.
"Gampang, besok Mas siapkan." jawab Abi.
"Jangan bilang, Mas pake kemampuan Mas buat datengin baju dari rumah?" Curiga Runi.
"Astaghfirullah, ngomong apa to kamu nih, dek? Kamu kira Mas pesulap, atau dukun gitu?" tanya Abi.
"Ya gimana coba? Mau nyuruh Agil yang anterin?" Runi balik tanya.
"Kita beli ajalah besok di Kabupaten." jawab Abi.
"Mas, aku gak bawa hape, gak bawa uang juga." kata Runi.
"Memang Mas suruh kamu yang beli? Jangan khawatir, ada Bank berjalan di sebelahmu." Kata Abi sembari menepuk dadanya.
"Bukan lagi! Mas calon bojo emang rajanya cosplay! Setelah jadi pawang, sekarang jadi Bank berjalan. Pinjam dulu uangnya ya, Mas. kalau udah pulang, nanti aku transfer uang Mas yang aku pake." ujar Runi.
"Gak usah di ganti - ganti gitu, dek. Mas gak suka ya kita hitung - hitungan masalah uang, lagi pula emang Mas yang mau belikan." Tukas Abi.
"Jadi ceritanya latihan nafkahin calon istri?" Goda Runi.
"Mau Mas nafkahin mulai sekarang? Simpen semua uangmu kalau gitu. Biar Mas yang biayain semua kebutuhanmu." jawab Abi enteng.
"Akunya gak enak lah, Mas. Nanti di kira orang, aku cewek matre loh!" sergah Runi.
"Gak apa. Lagian matrenya sama Mas, bukan sama cowok lain!" Tegas Abi.
"Gak mau, Mas! Nanti aja kalau mau nafkahin aku, setelah menikah." jawab Runi.
"Sekarang juga gak apa, dek. Mas gak keberatan lho." kata Abi.
"Mboh lah, Mas! Uwong kok ngengkel! (Gak tau lah, Mas! Orang kok ngeyel!)" Kesal Runi yang membuat Abi tertawa karena sangat jarang mendengar Runi berbicara bahasa jawa.
...****************...
"Selamat datang Mas Abi. Permintaan bapak sudah di siapkan, silahkan langsung ke penthouse." Ujar Resepsionis yang menyambut mereka. Pria berusia sekitar empat puluhan itu lalu memberikan kartu sebagai akses menuju penthouse.
"Baik, terima kasih banyak, pak Amir." jawab Abi sembari menerima kartu akses.
"Tumben bawa cewek, Mas? Calon bu bos ya?" goda Pak Amir, si manager Hotel.
"Doakan ya pak. Biar cepet jadi nyonya Abimanyu." jawab Abi yang membuat keduanya terkekeh.
"Aamiin. Lah, pancen pinter njenengan golek calon bojo. (Memang pinter kamu cari calon istri.)" Kata Pak Amir sembari menepuk - nepuk bahu Abi.
"Harus lah, pak. Perbaikan keturunan." jawab Abi.
"Bukan perbaikan, Mas. Penyempurnaan kalo njenengan dengan mbaknya." gelak pak Amir.
"Ada - ada saja pak Amir ini. Mari pak, saya istirahat dulu." Pamit Abi.
"Njih, monggo Mas, Mbak. Selamat beristirahat." jawab pak Amir mempersilahkan.
Abi menggandeng tangan Runi yang tampak kebingungan. Selain ekspresi bingung, ekspresi kekesalannya pun tak bisa di tutupi oleh gadis cantiknya.
"Kenapa, dek? Merengut gitu!." Tanya Abi. Mereka berdua sedang berada di dalam lift.
"Yang bener aja, Mas ngajak aku ke hotel mewah, sedangkan penampilanku kayak gembel!" Gerutu Runi.
"Kamu kira, Mas gak kayak gembel? Mending sendalmu bagus. Lihat ni, Mas cuma pakai sendal jepit swallow." Kata Abi sembari memperlihatkan sendalnya. Tak ayal, hal itu membuat Runi tertawa geli.
"Eh, Mas! Mas kok ngajak aku check in sih? Jangan macem - macem ya, Mas. Kita belum nikah!" kata Runi.
"Pikiranmu yang macem - macem, dek! Kalo emang mau ngapa - ngapain kamu, udah dari lama Mas lakuin." Jawab Abi sembari menyentil dahi Runi. Sementara Runi hanya cengengesan.
"Mas, pinjem hape, boleh?." pinta Runi.
"Boleh, sayang. Mau untuk apa?" tanya Abi sembari memberikan ponselnya.
"Foto lah, Mas. Kenang - kenangan, kita yang menggembel ini tiba - tiba masuk hotel mewah." jawab Runi sambil tertawa geli, tawa yang menular pada Abi.
"Kita nyeker aja tetep boleh masuk kok, dek." jawab Abi.
"Pasti ada sesuatu kan, antara Mas dan hotel ini? Bapak yang tadi aja kelihatan akrab banget sama Mas." Tebak Runi.
"Kata siapa?"
"Kataku barusan, Mas gak denger?" Jawab Runi.
"Ayo masuk dulu." Ajak Abi yang sudah membuka pintu penthouse nya.
"Mas, ini punya Mas? Setauku, penthouse ini kan tempat khusus." Tanya Runi yang terkagum kagum dengan interior Penthouse.
"Istirahat dulu, besok Mas ceritakan. Itu kamarmu, yang itu kamar Mas." jelas Abi sembari menunjuk pintu kamar yang ia maksud.
Abi lalu meraih tangan Runi yang memegang ponselnya. Ia menghadapkan tubuh mereka pada cermin indah yang menjadi salah satu dekorasi di ruang tamu. Pria itu lalu membuka aplikasi kamera dan memotret ke arah cermin yang memantulkan bayangan mereka berdua.
"Sudah kan, fotonya? Sekarang istirahat dulu." Titah Abi yang tak bisa di bantah Runi. Runi pun berjalan menuju ke kamarnya setelah mengembalikan ponsel pada Abi.
"Mas..."
"Dalem, dek."
"Sudah bilang bapak sama ibu, kan?" tanya Runi.
"Sampun, sayang. (Sudah, sayang.)" Jawab Abi.
"Cepet, masuk tidur." Titah Abi kemudian.
"Eh, Mas..."
"Apa lagi, dek? Mas kelonin loh kamu nanti kalau gak cepet masuk kamar. Ayo, sini Mas kelonin kalo gak bisa tidur." Gemas Abi sembari melangkah mendekati Runi.
Namun, secepat kilat Runi masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya.
"Masak harus di ancam dulu to, yaang... Yang..." Gelak Abi dari balik pintu.
...****************...
Abi terbangun kala mendengar Alarm penanda subuh di ponselnya. Ia segera mandi dan berganti pakaian. Abi sendiri memiliki stok pakaian ganti di dalam lemarinya.
Pria tampan itu segera keluar dan membangunkan Runi.
Tok...
Tok...
"Dek, sayang..." Abi memanggil Runi sembari mengetuk pintu kamarnya.
"Iya, Mas." jawab Runi dengan suara seraknya.
Runi kemudian membuka pintu kamar dengan wajah mengantuknya.
"Sebentar lagi subuh, sholat dulu." kata Abi sembari mengusap kepala Runi.
"Aku belum selesai haid, Mas." jawab Runi.
"Mas kok sudah ganteng, mode santri?" tanya Runi.
"Yasudah, tidur lagi aja kalau gitu. Mas ke Masjid dulu." pamit Abi.
"Dimana Masjidnya, Mas? Jauh?" tanya Runi.
"Enggak, di samping hotel itu, dek. Kelihatan kalau kamu buka tirai yang mengarah ke balkon." jawab Abi.
"Yaudah. Hati - hati, Mas." kata Runi.
"njih, sayang." jawab Abi yang kemudian berlalu meninggalkan Runi.
Runi sendiri kembali masuk ke dalam kamar dan melanjutkan tidur yang sempat terganggu.
Runi kembali terbangun saat Abi mengetuk pintu kamarnya. Ia segera bangun dan memakai jilbabnya sebelum membuka pintu.
"Ada apa, Mas?" tanya Runi.
"Papamu, dek." Jawab Abi setengah berbisik sembari menunjuk ponselnya.
"Papa?" Runi kembali memastikan dengan gerakan bibir tanpa suara. Abi pun menjawab dengan anggukan.
Runi segera mengambil alih ponsel Abi dan berbicara dengan papanya. Gadis cantik itu duduk di sofa yang ada di ruang keluarga.
Wajah cantik gadis itu tiba - tiba berubah murung setelah berbicara beberapa saat dengan papanya. Abi hanya memperhatikan raut wajah kekasihnya melalu bayangan Runi yang terpantul di cermin.