Kedua orangtuanya Clara meninggal, ayahnya meninggal karna sakit-sakitan. Setelah dua bulan kepergian ayahnya, Ibunya Clara pun meninggal dunia karna sakit kanker. Karna kedua orangtuanya meninggal Clara harus menggantikan kedua orangtuanya bekerja sebagai pembantu, namun saat Clara sedang menunggu bus di halte untuk pergi ke rumah tujuannya, tiba-tiba Clara diculik dan dibawa ke sebuah hotel hingga dirinya diperkosa oleh orang tak di kenal hingga hamil diluar nikah.
Saat tau dirinya hamil, Clara mencari pekerjaan lain dan tidak jadi ke rumah bos orang tuanya. Di sana Clara bertemu dengan seorang pria tampan yang akan menjadi majikannya, namun banyak keanehan dengan sikap tuan majikannya terhadap dirinya, majikannya seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
Rahasia apakah yang disembunyikan tuannya Clara?
Akankah Clara bakal bertemu dengan pria yang telah memperk*sanya? Dan apakah setelah bertemu dengan pria itu, Clara akan pergi jauh dari pria itu dengan membawa anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit hati
Devan memasuki sebuah apartemen mewah tempat dimana biasanya ia bertemu klien atau tamu penting lainnya. Hari ini ia ada janji dengan Rio untuk membahas tentang pernikahannya dan juga pekerjaan.
"Silahkan duduk bos," ucap Rio mempersilakan Devan untuk duduk di ruangan yang biasanya digunakan untuk rapat.
"Dimana Rey, apa dia belum datang?" tanya Devan.
"Dia lagi dikamar mandi bos."
Devan mengangguk paham ia lalu duduk di kursi kebesarannya.
"Jadi bos gimana? Bos beneran mau menikah dengan wanita itu?"
"Yah, memangnya kenapa?" tanya Devan balik dengan nada dinginnya.
"Bukanya bos ada niatan untuk mengakhiri hidup wanita itu, kenapa bos jadi berubah pikiran? Tapi saya sangat setuju sih bos, kalau bos akhirnya memilih untuk bertanggung jawab dengan menikahi wanita itu," ucap Rio tersenyum bahagia.
"Kamu pikir saya tega membunuh seorang wanita, selama ini saya tidak pernah di ajarkan untuk melukai seorang wanita secara fisik. Saya menikahinya hanya ingin memanfaatkannya untuk melayani saya dan satu lagi, supaya jika anak saya lahir saya bisa mengambil hak asuh anak saya."
"Saya pikir bos ikhlas menikahi gadis itu karena ingin bertanggung jawab ternyata ada maksud tersembunyi di baliknya, "ucap Rio menghela nafas panjang.
"*Kalau bukan bos gua, udah gua gantung tuh si bos. Kasian banget wanita itu*," batin Rio.
Devan hanya tersenyum devil.
Rey masuk ke dalam ruang rapat itu dan ia mendengar semua pembicaraan Devan dan juga Rio.
"Lo benar-benar tidak punya hati Devan, Gua denger dari orang suruhan gua, wanita itu baik Devan. Katanya keluarga Clara mereka adalah keluarga yang begitu harmonis dan terlihat bahagia. Tapi karena lo, Clara gadis yang masih begitu muda dan seharusnya masih bisa menikmati masa mudanya harus kehilangan semuanya hanya karena Devan!" marah Rey, ia tak habis pikir dengan pikiran sahabatnya itu.
"Kalau Lo emang gak ikhlas menikahinya, lebih baik lepaskan Clara. Biarkan dia menikah dengan laki-laki lain yang bisa mencintainya dengan tulus. Lagipula dia gak akan mengatakan kepada siapapun kalau lo yang udah memperkosa dirinya, karena dia tidak tahu apa-apa," ucap Rey.
"Tapi gua nggak pengen kehilangan anak gua, selama bertahun-tahun gua menantikan seorang anak dan sebentar lagi gua akan memiliki anak kembar, jadi gua nggak mungkin melepaskan Clara." ucap Devan.
"Lo egois Devan, Lo hanya menginginkan bayi yang tengah di kandung oleh Clara. Tapi Lo gak menginginkan ibunya, gua gak habis pikir sama pikiran Lo Devan," ucap Rey frustasi.
"Kata siapa gua gak menginginkan Clara, gua menginginkannya untuk melayani kebutuhan biologis gua."
"Cih! Lo itu hanya bernafsu sama wanita itu dan Lo berniat menjadikannya budak seks benar, kan?" tanya Rey.
"Sudahlah jangan bahas itu, gua menyuruh kalian datang kesini karena gua ingin meminta bantuan kalian."
"Bos perlu bantuan apa?" tanya Rio.
Devan menatap Rey dan Rio dengan wajah serius.
"Kalian berdua urus semua keperluan untuk pernikahan gua, gua gak pengen pernikahan gua ini bocor ke orang lain apalagi sampai ibu dan ayah gua tahu. Pilihlah gedung yang sangat privasi dan harus ada penjagaan ketat. Kalian mengerti kan?"
"Lo gak lupakan Devan, kalau om Arga pasti gampang mengetahui semua ini," ujar Rey.
Devan mengangguk."Ya gua tau itu, tapi gua pengen kalian berdua rahasia semua ini dari bokap gua. Kalian bisa kan?" tanyanya.
Rio dan Rey saling natap, mereka sebenarnya ragu akan rencana merahasiakan semua ini dari Arga. Mereka tau kalau Arga gak segampang itu untuk dibohongi.
Arga adalah ayah kandung Devan, Arga seorang ketua mafia yang sangat menakutkan dan sangat kejam. Nama grupnya Black Devil, keluarga Devan adalah keluarga terpandang dan sangat kaya raya di negaranya.
Devan yang melihat keterdiaman dua orang tersebut, ia mengambil handphonenya dan mengutak-atik handphonenya.
*Ting.....Ting*
"Gua udah transfer 5m masing-masing buat kalian, tapi kalian bisa kan menyelesaikan tugas dari gua?" tanya Devan.
Rio dan Devan kompak mengangguk, walaupun mereka tidak setuju dengan apa yang di lakukan Devan tapi mereka juga masih butuh uang.
***
Devan pulang dengan keadaan lelah. Bajunya tampak awut-awutan tidak serapi saat berangkat ke kantor tadi pagi. Devan lelah karena banyak pekerjaan di kantor walaupun dirinya seorang bos tapi dirinya yang selalu memantau perkembangan perusahaanya.
Devan berjalan ke arah dapur. Ia ingin mengambil minum, tapi ia tidak sengaja melihat Clara yang sedang mencuci buah apel di washtafel dapur.
Deva meneguk ludahnya berkali-kali saat ia melihat penampilan Clara yang menggunakan daster tipis dan pahanya terlihat setengah. Dirinya memang pintar memilihkan baju untuk Clara terlihat sangat anggunly dan juga seksi.
Devan lantas menghampiri Clara. Sebelumnya ia menekuk lengan kemejanya dan meletakkan tas kerjanya di atas meja dapur.
"Biar saya saja yang mencucinya," ucap Devan sembari memeluk tubuh Clara dari belakang.
Clara sempat menegang tapi ia berusaha merilekskan tubuhnya. Apel yang ada di tangannya saat ini berpindah ke salah satu tangan Devan.
"Perut kamu semakin besar, apakah kamu tidak merasa sakit saat perut kamu tertekan tembok washtafel ini?" tanya Devan sembari mengelus perut buncit Clara dan menjauhkan perut Clara dari tembok dapur itu.
Clara hanya diam saja saat Devan mulai menggantikan tugasnya mencuci buah apel untuk dirinya makan.
"Kenapa kamu diam saja, ayo duduk biar saya kupasin apelnya," ucap Devan sembari berjalan ke arah meja makan dan mengambil pisau buah di tempatnya untuk memotong buah apel itu.
Cakda pun menyusul Devan dengan membawa piring kecil sebagai wadah untuk apel yang sudah di potong-potong.
Clara sebenarnya masih heran kenapa tuannya bersikap perhatian sekali padanya dan tak biasanya pula tuannya mau membantu dirinya melakukan pekerjaan.
"Kamu jangan berpikir yang macam-macam, saya hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada kandungan kamu, Clara." Kata Devan.
Clara menjadi tersipu malu.
"Ayo duduk."
Clara mengangguk ia duduk di kursi meja makan.
"Tuan Devan, apa tuan serius ingin menikah dengan saya?"
Devan yang sedang memotong apel menatap Clara sekilas lalu melanjutkan acara memotongnya.
"Ya. Saya juga sudah menyiapkan semuanya, kamu tinggal terima beres saja."
"Kenapa tuan mau menikah dengan saya?" tanya Clara penasaran.
"Kamu yang minta, kan?"
"Em... maksud saya kenapa tuan mau menikahi saya yang sudah berbadan dua, kan banyak perempuan di luar sana yang masih lajang."
"Kamu ini bagaimana? Kamu yang minta saya nikahi, sekarang kamu terlihat ragu-ragu untuk menikah dengan saya.
"Mau kamu apa sebenarnya?" tanya Devan sambil duduk di hadapan Clara dan menatap wajah Clara dengan intens.
"Apa suatu hari nanti tuan akan menceraikan saya?" tanya Clara.
Devan tersenyum miring." Saya menikahi kamu hanya supaya kamu mau melayani saya, supaya hutangmu terlunasi, mungkin jika suatu saat saya bosan saya bisa saja menceraikanmu. Kamu sudah tahu kan kita menikah tanpa adanya cinta, jadi ada kemungkinan besar saya menceraikan kamu suatu hari nanti." ucapnya dengan tak punya hati.
Clara terdiam, kenapa ia perlu bertanya seperti ini. Sudah jelas jawaban Devan pasti seperti itu.
"Dan saya minta sama kamu saat kita sudah menikah, kamu harus merahasiakan pernikahan kita kepada siapapun itu termasuk ibu saya sendiri."
"Tapi kenapa tuan?"
"Kamu hanya saya anggap sebagai istri simpanan saja Clara, jadi jangan meminta lebih dengan memperkenalkanmu kepada keluarga besar saya, kamu hanya akan mempermalukan saya saja, paham?!"
Clara udah tidak tahan mendengar perkataan Devan yang entah kenapa sangat sangat sakit hati dan dadanya tiba-tiba sesak, tapi ia harus ikhlas menerima nasibnya seperti ini.
"T-uan saya ke kamar dulu," pamit Clara dengan kepala tertunduk menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca. Clara berjalan cepat menuju kamarnya sedangkan Devan menatap Clara dengan senyum smriknya.
"Mana mungkin aku bisa jatuh cinta pada wanita itu, suatu hari nanti jika aku sudah bosan denganmu ku pastikan kamu akan ku ceraikan," gumam Devan, ia kemudian berjalan menuju kamarnya dengan membawa potongan apel yang tidak jadi di makan oleh Clara.
***
Clara termenung di depan jendela kamarnya, ia melihat taman yang tampak indah malam ini karena disinari lampu hias.
Dira mengelus perut buncitnya ia menatap sendu perutnya, sepertinya anak-anaknya tengah tertidur sekarang karena tidak membuat gerakan di dalam perut tidak seperti tadi siang.
"Bunda pengen tau siapa ayah kalian, kenapa dia tidak mencari kita ya nak," ucap Clara.
Sesaat kemudian
Clara tersenyum miris. "Gimana mau cari ya nak, dia saja mungkin tidak kenal dengan wajah Bunda. Tapi kalian tenang aja sayang, kalian bentar lagi akan punya ayah, namanya ayah Devan. Dia orangnya baik nak, perhatian sekali kepada kalian dibandingkan Bunda." wanita hamil itu terus mengajak bicara bayi di dalam perutnya.
Kata orang jika sering mengajak bayi di perutnya bicara nanti anaknya akan jadi pintar.
Clara terlonjak kaget saat selimut tipis membalut tubuhnya dari belakang. wanita itu lantas menoleh ke belakang, ia melihat Devan yang saat ini sudah menggunakan piyama tidurnya.
"Apa yang kamu lakukan disini? Ini sudah jam 10 malam Clara, tidak baik berdiri di depan jendela dan terkena angin malam, nggak baik juga buat kandungan kamu," ucap Devan.
Clara hanya tersenyum tipis. "Maaf," ucapnya"tapi saya tidak bisa tidur tuan, "lanjutnya.
"Kenapa tidak bisa tidur? Apa anak saya em-maksud saya bayi kamu yang membuat kamu tidak bisa tidur?" tanya Devan.
Clara menggeleng." Mereka sudah tertidur sekarang, saya tidak bisa tidur karena pinggang saya terasa sakit," jawabnya jujur.
"Lalu?" tanya Devan dengan menaikkan halisnya sebelah keatas.
Clara menggeleng kembali."Tuan ke kamar saja, saya akan mencoba untuk tidur," jawabnya.
"Naiklah ke atas ranjang, cepat!" perintah Devan.
"Tapi tuan, untuk apa?"
"Sudah jangan banyak tanya."
Clara akhirnya menurut, ia naik ke atas ranjang dan tertidur miring dengan meletakkan bantal di bawah kaki kirinya.
"Tidurlah sekarang, besok kamu harus ikut senam ibu hamil supaya kamu dapat berolahraga dan membuat pinggang kamu tidak terasa sakit lagi," ucap Devan yang berada di belakang Clara saat ini tengah memangku laptop di pahanya, sepertinya Devan sedang menyelesaikan pekerjaannya.
Mata Clara masih belum tertutup, ia masih menatap lampu tidur di depannya.
"Tidur Clara. Atau kamu mau olahraga malam terlebih dahulu dengan saya?" tanya Devan dengan tersenyum smirk.
Mendengar itu Clara angsung memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur.
"*Aku akan memperbolehkan kamu begadang jika sedang olahraga malam dengan aku, Clara*," batin Devan sembari tangan kanannya bergerak mengelus perut buncit Clara dan tangan kirinya di gunakan untuk mengetik keyboard di laptopnya.
jangan nyesel ya nanti ketika Clara udah nyerah dan memilih untuk mundur... Clara berserta anak anak akan pergi meninggalkan kamu ....
gerammmm deh pengen mukul tuh kepala devan... egois banget,,,
buat kaka author semangat....
ditunggu kelanjutan nya...
pasti bapaknya juga udah tau tuh bahwa yang dikandung Clara cucu kandung nya juga