Umar yang menikahi sekarang gadis karena insiden yang dialami keduanya, kisah cinta rumit keduanya karena ternyata sang Istri memiliki orang yang dia cintai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Shifa Cemburu
Setelah lamaran dan liburan singkat Keluarga. Mereka pulang ke Makassar tempat tinggal mereka. Tidak terkecuali Umar dan Shifa, pasangan suami istri yang baru mulai pendekatan itu kini menempati rumah mereka kembali.
"Mau tidur dimana?? Tanya Umar ketika mereka berada di lantai 2 berhadapan dengan kamar mereka masing-masing.
"Bisakah kita tetap seperti ini untuk sementara, aku masih belajar menerima segalanya". Ucap Shifa dengan sendu.
Umar menatap Shifa teduh kemudian tersenyum lembut dan penuh pengertian.
"Kita pelan-pelan saja dek, tak perlu kita terlalu memaksakan segalanya, kita butuh waktu yang sangat banyak untuk mengenal satu sama lain".
"Terima kasih, aku akan belajar tolong berikan aku waktu untuk semua ini".
"Iya dek, aku masuk yah, kamu langsung istirahat".
"Boleh aku bekerja?? Tanya Shifa begitu melihat Umar berbalik.
"Boleh, jika itu bisa menghibur dirimu, aku hanya pesan untuk tidak melalaikan kewajibannya yang seharusnya ". Umar berbalik kemudian masuk kedalam kamarnya.
Shifa tersenyum mendengar jawaban Umar, jujur saja dia sangat bosan karena tinggal dirumah sendirian, dia terbiasa bekerja makanya jika tinggal dirumah dia merasa agak lain.
Kehidupan mereka berjalan terus walau mereka masih seperti ini tapi Shifa membuka hati untuk suaminya. Tak terasa waktu 3 bulan telah berlalu, tak banyak berubah dari kehidupan keduanya masih sama seperti sebelumnya.
Hari ini adalah hari pernikahan Ukasyah yang ditunggu, pernikahan dengan konsep Islam ih ini cukup meriah karena banyaknya kolega keluarga mereka. Keluarga Shifa pun turut datang memeriahkan hal itu.
"Assalamualaikum bagaimana kabarnya kak Umar". Ucap Salah satu sepupu jauh Umar dari pihak sang ayah.
"Alhamdulillah baik". Ucap Umar sambil menundukkan kepalanya.
Dia tidak mungkin memandang orang yang dihadapannya sekalipun mereka sepupu tapi hanya sepupu jauh.
"Oh iya kakak sudah menikah yah, aku dengar dari Keluarga".
"Iya alhamdulillah".
"Apa istri kakak sudah hamil, ini kan sudah hampir 4 bulan, kakak menikah?? Tanyanya kepo.
"Belum, Allah belum mberikan kepercayaan, oh iya ini istri ku namanya Shifa". Ucap Umar memperkenalkan Shifa kepada sepupu jauhnya itu.
Sepupunya ini memang tidak paham dengan agama karena berasal dari luar negeri apalagi dia kuliah di sana dan baru pulang tentu saja gaya bahasa dan cara bersikapnya mengikuti budaya di sana.
"Oh ini istri kakak, biasa aja, tidak ada istimewanya ". Sindirnya dengan tatapan meremehkan.
Maya memang menyukai Umar sejak lama tapi dia tidak pernah punya kesempatan untuk dekat dengannya, kini dia akan berusaha menghancurkan rumah tangga Umar dan mengambilnya karena baginya Umar adalah miliknya.
"Bagiku dia perempuan luar biasa, dari semua perempuan, dialah yang aku pilih sendiri untuk menjadi pendamping, terserah orang berkata seperti apa". Ucap Umar dengan tegas.
"Saya memang biasa saja mbak, tapi saya beruntung karena dari banyaknya perempuan, aku yang mendapatkan pria yang menjadi suamiku ini, lagian suamiku ini tidak mungkin melirik orang lain jika dia memiliki pasangan, Iya kan kak??". Tanya Shifa dengan manja.
Dia sengaja ingin memberi pelajaran gadis sombong yang berusaha menggoda suaminya itu, dia tidak suka jika ada yang ganjen pada suaminya. Walau mereka sedang menjajaki hubungan tapi Umar adalah miliknya.
"Ih tidak usah sombong kalee, banyak kok orang yang sudah lama menikah tapi bercerai, lah kamu aja yang ABRI sombong banget dan yakin banget tidak bercerai.
"Tentu, kami menikah bukan untuk bercerai, lagian dia itu keluargamu, harusnya kau sadar untuk tidak ganjen pada suami orang". Ketus Shifa membawa Umar menjauh dari perempuan itu.
Umar menggelengkan kepalanya, dia tidak menyangka jima istrinya tidak suka dia dekat dengan orang lain, dia tersnyum senang dan menggoda sang istri.
"Apa senyum-senyum". Ketusnya kepada Umar.
"Ululu istriku menggemaskan sekali jika cemberut seperti itu". Ucapnya mencubit pipi istrinya dengan gemas.
"Apasih kak, senang yah di goda perempuan ganjen tidak jelas seperti itu". sungutnya dengan kesal.
"Tidak lah dek, kamu lihat sendiri tadi, aku tak menggubris nya sejak tadi, aku menjawabnya sambil menatap mu bukan??
"Tapi aku tidak suka dengan orang ganjen itu". Kesalnya lagi.
"Sapa juga yang suka perempuan seperti itu dek, ada yang cantik dan baik di depan mata ngapain cari lain, kamu ada-ada saja". Umar tersenyum kecil melihat istrinya yang kesal.
"Awas saja, aku aduin ummi baru tahu rasa". Sungutnya dengan sungguh-sungguh.
"Tak perlu memberi tahunya dek, aku tidak suka dengan perempuan seperti itu, jadi kamu tenang saja". Ucap Umar menenangkan sang istri.
"Awas saja". Ucapnya lagi.
Umar tidak berkata tapi mengecup pipi istrinya dengan gemas, sejak tadi dia menahan diri tidak melakukannya.
Shifa melotot mendapatkan kecupan itu, dia mengedarkan pandangannya melihat banyak orang yang memperhatikan mereka.
"Apa sih kak, itu lihat banyak orang memperhatikan kita, astaga". Shifa memukul manja tangan Umar dengan malu.
"Aku mencium istriku bukan orang lain". Umar mengindikkan bahunya tidak perduli.
"Astaga kalian ini, jangan umbar kemesraan didepan kami para jomblo". Ucap Ammar yang datang mendekat.
"lah kok sirik, makanya cari pasangan sana, tak usah gangguin kita". Ucap Umar menggoda sang adik.
"Tapi tidak didepan umum juga kak Umar astaga". Kesal Ammar pada sang kakak.
"Ade soleh, kamu akan tahu jika sudah punya pasangan makanya cepat cari sana, agar tidak jadi jomblo karatan". Godanya lagi.
"Tenang saja, aku sudah punya calonnya kok, lagian itu adalah permintaan ummi".
Umar yang mendengar perkataan sang adik melotot kan matanya, adiknya sudah punya calon tapi malah tidak memberitahunya.
"Kok kamu tidak bilang punya calon??
"Itu masih rahasia kak, ibunya lagi sakit dan dia meminta ummi menerima dia menjadi menantunya, ibunya meminta aku yang menjadi pendampingnya".
"Ya sudah nanti kita adakan rapat keluarga lagi".
"Iya kak, oh iya ummi tadi manggil kakak dan kak Shifa untuk foto keluarga bersama, ayo, aku sampai lupa menyampaikan pesan ummi gara-gara melihat kemesraan kalian".
"Ya sudah, ayo dek kita foto keluarga". Ajak Umar kepada sang istri.
Dia menggenggam tangan Shifa dan membawanya ke tempat keluarga besarnya yang berkumpul bersama untuk berfoto. Tapi lagi-lagi Shifa kesal karena perempuan tadi kembali ganjen pada suaminya.
"Kakak Umar ayo kita foto bersama". Ajaknya berusaha memegang tangan Umar tapi sebelum tangannya menyentuh Umar dia langsung mendapatkan teguran dari sang tante.
"Jaga Sikapmu Rara, Umar itu punya istri dan kamu bukan Mahram nya tidak pantas kamu berprilaku seperti itu". Tegur Shofiyah dengan tegas.
"Ih tante apaan sih, aku kan tidak ngapa-ngapain, aku hanya mengajak kak Umar berfoto". Ucapnya dengan kesal.
"Umar tidak bisa kamu sentuh sembarangan, belajar hargai orang lain, apalagi disebelahnya ada Istrinya".
Kalau boleh kasih masukan dikit, Umar nyelamatin si wanita yang mau bundir di jembatan atau dimana lah. Si wanita depresi karena cowoknya. Karena kasihan dan ingin mengayomi takut kejadian terulang, Umar ngelamar wanita itu. Nah.. di situ tuh.. baru jalan cerita lika-liku ketulusan Umar menyadarkan isterinya sembari mencoba meraih hatinya. Maaf ya mbak, aku sok-sokan ngasih saran segala. Moga sehat dan sukse selalu. Semangat!