Ammar dijodohkan dengan Safa yang merupakan anak dari adik angkat ibunya. perjodohan terjadi atas permintaan Ibunda Safa saat menjelang akhir hayatnya karena ingin anaknya memiliki pendamping setelah dirinya tiada
Sedangkan Sang Adik Ubay mengalami insiden tidak mengenakan, dia tidak ingin bertanggungjawab karena dia tak pernah merasa berbuat hal itu tapi karena permintaan sang ibu untuk menikahi gadis itu Maka dia menikahinya.
Begitupun dengan kedua adik lelaki kembar mereka yang menemukan jodohnya dengan cara tak terduga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salwa Berulah
Setelah acara kumpul keluarga Mereka semua pulang kerumah masing-masing termasuk dengan Ammar dan juga Safa. sedangkan Ubay bersama Fahira akan pulang kerumah mereka yang telah dipersiapkan oleh Ubay sejak dulu.
Kedua orangtua mereka memang mewajibkan bagi anak lelaki mereka memliki rumah sendiri, bukan Shofiyah dan Ahmad tak mau tinggal bersama anak-anak nya, tetapi baiknya jika mereka memiliki kehidupan sendiri tanpa campur tangan keluarga sama seperti mereka, apalagi kelima anak lelakinya itu sudah mampu secara Finansial jadi tidak ada salahnya mereka hidup mandiri.
Sesampainya dirumah, Ammar dan Safa terkejut melihat Salwa berdiri didepan rumah mereka dengan wajah kesal. keduanya saling melemparkan pandangan seolah berkomunikasi.
"Kalian lama banget sih, lumutan aku tungguin kalian". Ucap Salwa begitu mereka dekat dengannya.
"Lah kakak datang tanpa pemberitahuan, ya kami tidak tahu". Ucap Safa dengan santai dan masa bodoh.
"Tapi ini panas Safa, harusnya kau sebagai tuan rumah bergegas begitu melihatku ". Sungutnya dengan kesal.
"Ayo masuk dek, maaf jika lain kali mau kesini tanpa pemberitahuan lebih baik tidak usah datang, tidak ada yang menyuruh mu datang kesini, saya tidak suka kau memperlakukan istriku seperti itu sekalipun kau adik dari kak Shifa".
"Tapi Ammar aku hanya ingin berkunjung kesini karena disuruh sama ibu dan ayahku untuk menengok keadaan Safa karena dia sendirian". Kilatnya membawa nama orangtuanya.
"Dia tidak mungkin sendirian, lagian dia bersamaku sebagai suaminya dan jika aku meninggalkannya sendirian, aku akan membawanya tinggal bersama dengan orangtuaku sampai aku pulang jadi beritahu paman Gibran untuk tidak perlu mengutus mu apalagi dengan sikapmu yang seperti itu". Ucapnya dengan tajam.
"Kenapa kau begitu membelanya, aku hanya berniat baik mengunjungi sepupu ku, jangan mentang-mentang kau suaminya, kau seenaknya memperlakukan orang seperti ini, aku juga keluargs Safa". Kesalnya, niatnya ingin mencari perhatian Ammar tapi malah dapat kata-kata tajam dan menyakitkan seperti itu.
"Maaf kak Salwa, lebih baik kakak pulang, kami ingin istirahat karena lelah habis menyiapkan pernikahan Ubay adik kak Ammar jadi maaf sekali, aku tidak bermaksud mengusir mu tapi kami betul-betul lelah". Ucap Safa berusaha menurunkan suaranya.
"Dasar tidak tahu diri, mentang-mentang kau menikah dengan slaah satu orang kaya di Sulawesi ini sekarang jadi sombong dan mengusir keluargamu sendiri, akan ku adukan sikapmu ini pada ayah dan ibuku". Ancam Salwa menendang pintu pagar rumah Safa dengan penuh emosi kemudian meninggalkan mereka berdua.
Safa hanya mengelus dadanya sedangkan Ammar menggelengkan kepalanya melihat tingkah sepupu istrinya itu.
"Amit-amit punya istri seperti itu". Ucap Ammar menggelengkan kepalanya dan membuka pintu.
"Kak, jangan lupa dia sepupunya aku loh". Ucap Safa dengan gemas mendengar gerutuan suaminya.
"Untung bukan dia yang dijodohkan denganku, aku akan menolak dengan keras jika itu dia". Ammar bergidik ngeri membayangkannya.
Sedangkan Shifa mengulum senyumnya mendengar perkataan suaminya tentang sepupunya itu, dia baru mendengar suaminya yang bisa menggerutu tentang sikap orang lain, biasanya dia akan menampilkan wajah dingin dan cool.
"Sudah kak, kita masuk aja yuk, nanti ada yang mendengar gerutuan kakak ".
" Ayo dek, aku tahu kamu capek, kita langsung bersih-bersih lalu istirahat".
"Iya kak, ayo".
Keduanya masuk ke dalam rumah dan langsung bersih dan istirahat sedangkan Salwa sejak tadi memukul mobilnya penuh emosi mendapatkan sikap seperti itu.
"Sialan Kalian, kalian mempermalukan dan menghina ku seperti itu, Aku tidak akan tinggal diam, akan ku buat perhitungan pada kalian". Teriaknya penuh emosi sambil memukul mobilnya untuk melampiaskan amarahnya.
Sesampainya dirumah, dia langsung masuk kerumah sambil marah-marah.
"Kamu kenapa nak, kok marah-marah seperti itu?? Tanya Gibran dengan heran melihat sikap putrinya itu.
"Itu keponakan kesayangan ayah sekarang sangat sombong, masa dia mengusir aku dari rumahnya ". Aduhnya dengan sangat kesal.
"Tidak mungkin Safa seperti itu nak, memangnya ada keperluan apa kamu kesana?? Tanya Gibran dengan penasaran, tidak biasanya anaknya ini kerumah sepupunya jika tidak ada perlu.
"Aku hanya menengok nya ayah karena biar bagaimanapun dia sepupu ku, dia sudah tidak ada orangtua, terus siapa lagi yang mau memperhatikan nya jika bukan kita". Ucapnya berbohong.
Padahal dirinya kesana ingin menggoda dan mencari perhatian Ammar agar tertarik padanya.
"Yang kamu lakukan benar nak, tapi aku tidak yakin jika Safa mengusirmu jika kamu tidak mencari gara-gara". Ucap Gibran membela Safa.
Dia mengenal betul watak keponakannya dan anaknya ini, keduanya memang sering tidak akur karena anaknya selalu menginginkan apa yang dimiliki Safa.
"Ayah ini bagaimana sih, aku ini anak ayah, sejak dulu ayah selalu membela Safa daripada aku, padahal dia itu hanya keponakan dan aku anak kandung ayah". Ucap Salwa dengan ana dan tinggi menatap tajam sang ayah.
"Ada apa ini??, kenapa kalian bertengkar seperti itu, suara kalian terdengar sampai kedalam". Tegur Rina menghampiri suami dan anaknya itu karena mendengar keributan dirumah tengah.
Gibran menghela nafas berat, " Ini Salwa pulang-pulang marah-marah karena diusir dari rumah Safa katanya, aku menasehatinya malah dia meneriaki aku seperti itu". Ucap Gibran dengan tatapan tajam.
"Apa yang kau lakukan pada ayahmu Salwa, iru tidak sopan, Ibu tidak pernah mengajar mu sperti itu pada orangtua, lagian tidak mungkin ada orang yang mau mengusir sepupunya jika orang itu tidak bertindak aneh-aneh".
"Ibu juga membela Safa daripada aku seperti ayah?? ". Ucapnya dengan kesal.
"Ibu tidak membela Safa nak, Ibu hanya berkata secara global, tidak ada orang yang tidak senang dikunjungi keluarganya, hanya saja kadang sikap kitalah yang membuat mereka enggan dan marah bahkan mengusir kita, semua itu tergantung sikap kita". Ucap Rina dengan lembut berusaha menasehati anaknya ini.
"Ibu dan ayah sama saya, sejak dulu, kalian selalu membela dan mendahulukan Safa dibandingkan aku padahal aku ini anak kandung kalian, tapi aku serasa anak orang lain jika itu berhubungan dengan Safa termasuk tentang kak Ammar". Teriaknya dengan pinangan air mata.
"Itu bukan hak ibu dan ayah nak, kak Shofiyah sendiri yang menginginkan Safa menjadi menantinya bukan kamu, terus kamu pikir ibu dan ayah akan memaksanya??, itu tidak mungkin, kamu itu perempuan harus punya harga diri". Tegur Rina dengan lembut.
"Tapi aku menyukai kak Ammar, ibu, kenapa tidak kalian lihat itu". Teriaknya dengan Frustasi.
Dia begitu menginginkan Ammar menjadi pendamping hidupnya tapi malah Safa yang mendapatkannya.
"Jangan bicara sembarangan Salwa, mereka sudah menikah, carilah lelaki lain yang bisa kau jadikan imam, kamu seperti perempuan tidak punya harga diri mengejar laki-laki yang sudah menikah dan itu suami sepupumu sendiri". Hardik Gibran dengan keras.
"Tapi aku mencintainya Ayah". Tangis Salwa dengan kesakitan.
Gibran membuang mukanya dengan kesal, dulu Shifa anak tertuanya juga bodoh karena cinta dan sekarang anak bungsunya juga sama. Dia kadang bingung, apa salah dirinya sampai anak-anak nya seperti ini