Lelaki yang sangat ingin kuhindari justru menjadi suamiku?
•••
Kematian Devano dan pernikahan kedua sang Papa, membuat kehidupan Diandra Gautama Putri berubah. Penderitaannya bertambah ketika tiba-tiba menikah dengan laki-laki yang membencinya. Kaiser Blue Maverick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiatricky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 4
Diandra selesai mengenakan seragam ganti. Namun saat dia membuka pintu toilet, pintu itu terkunci dari luar. "Tolong! Siapapun tolong aku!."
Brak brak brak
Perut gadis itu keroncongan. Dia terjatuh dengan tenaga yang benar-benar habis tidak tersisa. "To tolong..."
•••
"Bos, ada yang nantangin kita gelut nih. Yang menang dapet apartemen gratis. " Alaska berujar dengan menoleh pada Kaiser.
Kaiser yang asyik bermesraan dengan Vanesa menoleh. "Oke. Kapan mulainya?."
"Tiga hari lagi. " Alaska menyahut.
"Kudu persiapan yang mateng nih. " Elang menyatukan kedua kepalan tangan dengan senyum bersemangat.
"CK!." Kenzie berdecak kesal.
"Lo ikut juga, Zie. "Rival berujar sambil bermain catur.
Kenzie menggelengkan kepalanya. "Tired. " Menyahut dengan malas. Tangannya bergerak memainkan pion.
"Cih, bilang aja Lo takut kalah. Iya kan?." Chika menudingnya dengan terkekeh geli.
Kenzie menggelengkan kepalanya. "Nggak. "
"Terus kenapa setiap kali kita ajak Lo balapan atau gelut, Lo selalu nolak?." Alaska menaikkan sebelah alisnya.
Kenzie mengedikan bahu. Tangannya bergerak memainkan pion. Lalu dia tersenyum puas. "Uang?."
Rival menyugar rambutnya. Dia mengeluarkan uang berwarna biru kepada Kenzie. "Giliran uang, mau-mau aja Lo. Ish, tinggal dikit nih. "
"Kai, aku butuh uang lagi. " Vanesa berujar dengan tatapan teduh.
Seketika Kaiser luluh dengan tatapan gadis itu. Tanpa ragu-ragu, dia mengangguk kepala dengan tersenyum manis. "Butuh berapa hm?."
Vanesa menatap kearah lapangan dalam. Dia berdehem cukup lama. "Sepuluh juta. "
Kenzie yang mendengarnya, terdiam. Tangan yang tengah memegang pion, berhenti di udara. Mencurigakan.
"Kasih aja bos. Paling-paling buat skincare biar Lo makin sayang. " Elang berujar ketika melihat Kaiser tampak terdiam sejenak.
"Sepuluh juta bagi Kai mah, kecil. " Alaska menimpali.
"Kecuali bagi Lo, Alas!." Chika tersenyum miring.
"Gue lagi kerja keras biar kaya nih. Duit halal cuy! Gak kaya Lo yang minta ke Rival terus. " Alaska mencibir karena tidak terima.
Vanesa menunggu jawaban dari Kaiser dengan tidak sabaran. Lalu dia mengerucutkan bibirnya. "Kamu nggak sayang lagi sama aku? Lagi pula itu buat make-up aku biar aku tetap cantik. "
Kaiser menghela nafas berat dan mengangguk kepala. Dia tersenyum dengan tulus. "Sayang banget sama kamu malah. "
Vanesa langsung berhamburan ke pelukan Kaiser kekasihnya. "Makasih banyak ya, sayang. Kamu memang kesayangannya aku. "
"Nes, dipanggil guru."
•••
"Apa-apaan ini?." Rena mendapati pakaiannya robek.
Prok prok prok
Wanita itu menoleh kearah belakang. Dia mengepalkan tangannya. "Kamu yang melakukannya?."
"Benar, nyonya Rena terhormat. " Alsan tersenyum. "Nyonya pikir Anda bisa tenang setelah menikmati kekayaan keluarga saya? Tidak. Kebahagiaan Anda hanya sementara saja. "
Rena melemparkan pakaiannya dengan kasar. Dia menatap tajam laki-laki itu. "Kamu ini benar-benar berbeda dengan anak sialan itu. "
Plak
Tamparan keras tersebut melayang di pipi Rena. Wanita itu memegangi pipinya yang terasa nyeri dan panas. "Bera—."
Ucapannya terhenti begitu mendengar sebuah rekaman suara.
"Kenapa nyonya Rena terhormat? Kenapa tidak Anda lanjutkan saja?. Anda takut rekaman suara ini tersebar luas?." Alsan terkekeh geli melihat wajah pucat pasi Rena.
"Si siapa bilang saya takut sama kamu?." Wajahnya memerah karena menahan amarah yang kapan saja meledak-ledak.
"Nggak takut kok gugup. Ckckck. " Alsan menggelengkan kepalanya.
Rena melipat kedua tangannya di atas dada. Dia tersenyum miring. "Kamu pikir kamu bisa menyebarkan nya dengan mudah? Saya pastikan hidup kamu akan menderita. "
Alsan menutup mulutnya dengan bola matanya membesar. Dia terkesima dengan wanita itu. "Wow, amazing madam! A bitch and a girl of a bitch are the same. "
"Kamu jangan pernah berani menyebut saya seperti itu. " Rena mengepalkan tangannya tidak terima.
Alsan menggelengkan kepalanya. "Sayang sekali, nyonya Rena terhormat. Saya dan keluarga saya pernah merasakan penderitaan sebelum ini. Bukan hal yang mengejutkan lagi bagi kami semua. "
"Ngapain Lo masuk ke kamar ini?." Kesya yang melihat langsung menatap tajam Alsan.
"Weh, bisa kasar juga Lo ngomong sama gue. Keren."
Kesya menggelengkan kepalanya. "Ah, maksud ku bukan seperti itu." Tergagap. Sialan. Gara-gara kepikiran itu terus, gue jadi emosi sama Abang tiri gue.
"Hmm oke lah. " Alsan tersenyum miring. Dia pun menodongkan wajahnya pada gadis itu. "Sampai gue mati sekalipun, Lo tetep orang asing di rumah ini. "
Brak
"Bajingan! Susah sekali saya menaklukkan hati laki-laki itu. Tidak. Saya harus melakukan sesuatu padanya. " Rena menghentakkan kakinya berpikir.
"Ma, kita harus gimana lagi agar kak Alsan mau menganggap ku sebagai adiknya? Masa cuma pria itu saja yang berhasil. " Kesya teramat kesal sekarang.
"Sekali lagi kita harus membayar orang itu agar mau melakukannya lagi. Dengan begitu, harta keluarga ini akan menjadi milik kita. " Rena tersenyum sedangkan Kesya tampak masam.
"Kamu kenapa sayang?."
"Bagaimana jika itu terlepas dari tubuh Andre? Pria itu bisa saja pergi ke suatu tempat yang mana itunya terlepas. Aku juga punya masalah besar dengan salah satu orang. " Kesya berujar.
"Siapa?."
"Citra. Dia mulai curiga sama aku. " Kesya terlihat lesu.
Rena menghela nafas berat. "Kamu itu jika bertindak berhati-hati. Jangan sampai kamu masuk penjara. Untung saja Mama punya cukup uang untuk membungkam mulut mereka. "
Kesya mendengus dingin. "Intinya aku nggak bisa biarin Citra selidiki kasus keluarganya. Bisa habis kita. Dan aku nggak mau masuk penjara. Juga jatuh miskin. "
Rena mengangguk kepala. "Makan dulu biar bisa berpikir dengan jernih. "
Kesya dengan lesu keluar dari kamar Rena menuju kearah kamarnya. Gue harus lakuin sesuatu sama Citra sebelum itu. Sialan itu bukan sembarang cewek yang bisa gue ditaklukkan.
•••
Diandra terbangun dari pingsannya. Dia masih berada di dalam toilet. "Tolong..aku.."
Tidak ada jawaban di luar sana.
Gadis itu tidak menyerah, dia mendobrak pintu dengan keras. "Tolong aku! Tolong! Pintunya buka dong! Ada orang nih!."
"Eh, Lo denger teriakan cewek nggak?." Tanya seorang siswa yang kebetulan toilet cewek tidak jauh dari toilet cowok.
"Enggak denger tuh. " Sahut temannya.
Laki-laki yang lain seketika menuju kearah toilet cewek. Dia mendengar dengan jelas suara gedoran pintu. "Lo ada di dalem? Sebentar ya. "
Lantas dia mencari kunci pintu toilet. Namun hasilnya tidak. Kemana sih kuncinya? Gue dobrak aja deh.
"Lo minggir agak jauh. Gue dobrak. "
"Iya. " Sahut di dalam sana.
Brak brak brakk
Tiga dobrakan berhasil pada akhirnya. Laki-laki itu terkejut melihat Diandra. "Udah lama Lo di sini?."
Diandra mengangguk kepala. Dia keluar dari toilet dengan tangan meremas satu sama lain. Aku harus segera kembali sebelum—
Kringg
Suara bel panjang menandakan pelajaran berakhir. Gadis itu seketika melemas. Berapa lama aku pingsan? Ah, kenapa sih! Aku nggak mengikuti pelajaran apapun. Nanti gimana dong?
Grap
"Hei!." Laki-laki yang tadi mencegatnya. Dia merapikan rambut Diandra. "Bareng gue yuk!."
Diandra tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Menolak. "Maaf, aku—."
Plak
"Dari tadi saya tungguin kamu ternyata di sini. Mau jadi apa kamu kedepannya hah? Kamu ini benar-benar memalukan sekali Diandra. " Sentak wanita itu garang.
"Brengsek!." Laki-laki itu seketika mengepalkan tangannya. "Anda tidak punya otak hah? Atau hati? Anda tidak pantas menjadi guru dengan sikap Anda seperti ini. "
Wanita itu terkekeh geli. "Kenzie, kamu nggak tahu tentang saya. Saya ini lebih tua dari usianya dari pada kamu. Kamu jangan sok menasehati saya."
"Anda hanya memiliki sebutan orang tua tapi otak Anda ada di pantat. Bagaimana bisa Anda asal menampar orang tanpa menunggu penjelasan dulu? Anda bahkan lebih menjijikan dari sampah. "
"Kamu..." Wanita itu melotot mendengarnya.
Bersambung...