LOVE ISN'T LIKE A JOKE
Aku tidak pernah menduga sebelumnya, kalau semua orang bisa menjadi aktor yang hebat. Kukira ungkapan dunia kejam dan tidak adil hanyalah sebuah kiasan yang terkarang dalam bait lagu atau pun puisi sang seniman. Namun, kutarik semua itu ketika aku bertemu denganmu.
Kini aku berlari dengan sisa tenaga yang kupunya. Tak peduli jika betisku telah menjerit kesakitan, atau kaki tanpa alas yang kini berteriak akibat tusukan-tusukan berbagai benda. Aku terus berlari saat nyawaku seakan dipertaruhkan saat ini.
Hingga tubuhku tak lagi kuat, aku telah mencapai batas untuk berlari. Dengan ketakutan yang amat sangat, aku bersembunyi di balik dinding dari sebuah bangunan yang telah nyaris rubuh.
"Ayuni? Lo tahu kalau lo nggak akan bisa kabur dari gue. Gue tahu lo ada di sini. Ayo keluar, gue nggak bakal nyakitin lo kok, Sayang," ucap pria yang tidak pernah kuduga akan menjadi mimpi buruk untukku.
Aku menutup mulut dengan tangan, seakan takut kalau aku bernapas pun ia akan menemukanku sekarang. Berusaha keras untuk menahan tangis dan rasa takut, sebisa mungkin agar tetap berpikir waras dan rasional agar aku dapat pergi dari tempat ini.
"Ayuni? Ayolah keluar, Sayang. Gue janji nggak bakal marah karena udah kabur dari gue," ucap pria tersebut dengan nada lembut, tapi aku tahu dengan jelas kalau ia jauh lebih berbahaya dari dipikirkan.
Gila. Psikopat. Sakit jiwa. Itulah gambaranku terhadapnya setelah tahu sifat asli pria tersebut. Tidak pernah menyangka kalau orang yang kukira penuh perhatian tersebut ternyata luar biasa mengerikan.
Napasku seakan terhenti saat aku mendengar suara langkahnya terdengar begitu dekat. Kucoba kendalikan diriku yang mulai gemetar ketakutan.
Kumohon siapa pun selamatkan aku! batinku berteriak penuh doa.
"Sayang, i find you," suara yang menjadi momok menakutkan untukku ini terdengar di belakangku ketika aku justru waspada dari arahnya datang.
Air mata turun begitu saja ketika rasa takut berhasil menguasaiku. Aku menangis tanpa suara saat pisau melintang di leherku hingga menyentuh kulitku, membuatku ketakutan setengah mati.
"Udah gue bilang, kan. Lo nggak akan bisa lari, Ayuni. Kali ini gue nggak akan biarin lo pergi lagi dari gue dan milih orang yang salah. Lo itu punya gue. Bukannya gue yang selalu ada buat lo, huh. Jadi gadis baik, dan dengerin gue, oke," ucapnya tepat di telingaku.
Tubuhku tak bisa berhenti gemetar, terutama ketika ia bicara begitu dekat hingga bisa kurasakan hembusan napasnya di telinga dan leherku. Bagaimana sebelah tangannya merengkuh pinggangku, menarikku semakin dekat ke tubuhnya bagai rantai besi yang membelenggu.
"Lo sakit. Gue nggak nyangka kalau lo orang yang kayak gini. Salah gue apa sama lo sampai lo perlakuin gue dan orang terdekat gue kayak gini." Kupaksa diriku untuk bicara walau tidak terdengar mengintimidasi karena suaraku yang gemetar.
"Salah lo cuman satu, udah buat gue tertarik," jawabnya. Sinting. Dia benar-benar sinting. "Sekarang ayo kita pulang," sambungnya.
Ia menarikku menuju ke tempat semula. Bangunan di tengah hutan yang aku sendiri tidak tahu dimana. Tempat pria gila ini menyekapku, mengisolasiku dari dunia luar.
"Udah gue bilang, kan. Lo nggak akan bisa lari, Ayuni. Kali ini gue nggak akan biarin lo pergi lagi dari gue dan milih orang yang salah. Lo itu punya gue. Bukannya gue yang selalu ada buat lo, huh. Jadi gadis baik, dan dengerin gue, oke," ucapnya tepat di telingaku.
Tubuhku tak bisa berhenti gemetar, terutama ketika ia bicara begitu dekat hingga bisa kurasakan hembusan napasnya di telinga dan leherku. Bagaimana sebelah tangannya merengkuh pinggangku, menarikku semakin dekat ke tubuhnya bagai rantai besi yang membelenggu.
Tangannya masih terlingkar sempurna di pinggangku, membuatku menempel padanya saat ia menuntun jalan ke depan. Entah bagaimana ia bisa tahu jalan yang harus di ambil di hutan yang bagiku terlihat sama sepanjang mata memandang. Seolah pria itu telah terbiasa dengan tempat ini.
Tuhan, kumohon tolong aku. Selamatkan aku dari pria gila ini! doaku dalam hati, terus memohon untuk sebuah keajaiban agar aku bisa kembali ke rumahku bersama dan bebas dari pria ini. Karena untuk saat ini hanya doa saja yang bisa kulakukan.
Harusnya aku tahu sejak awal, kalau ada yang tidak beres dengannya. Harusnya aku tidak termakan kebaikannya yang kukira tulus. Siapa sangka kalau pria ini adalah aktor terbaik. Bahwa setiap tawanya justru menyembunyikan mimpi buruk untukku. Bahwa ia memberitahuku bahwa candaan bisa berubah menjadi sangat mengerikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments