Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Keterlaluan sekali dia itu, masak ayah dibilang tidak pernah kasih uang. Dia bilang dia cari uang sendiri. Kamu gak pernah kasih dia uang kah de?" tanya Hana sambil mengomel.
"Biasa kalau aku gajian aku kasih uang ke ayah kak, supaya ayah yang kasih ke Mami. Aku juga selalu belanja untuk keperluan disana setiap bulan kak." jawabnya.
"Memang aku gak pernah kasih Mami uang secara langsung tapi aku selalu belikan gula pasir, kopi, teh, minyak goreng, tepung, sunlight, molto, pasta gigi, dan kepeluan lainnya yang kiranya ayah butuhkan." imbuhnya.
"Abaikan saja Kak, toh dia juga sudah jadi Mami kita." ujar Hasna santai. Dia tidak mau ambil pusing, mau ngomel bagaimana pun Mami akan dia abaikan.
"Tadi itu hanya masalah nasi yang habis, aku cuma bertanya pada ayah malah dia nyolot." ucap Hana kesal, dari nadanya kentara dia bahkan sangat kesal.
"Aku tanya ayah, siapa yang belum makan? Nasinya habis nih." ujar Hana saat di rumah Mami. Ayah hanya menjawab.
"Sudah semua mungkin nak, tadi Yusuf juga pulang. Dia jarang sarapan, tapi kalau makan siang langsung banyak." jawab ayah.
"Oh ya sudah biar Hana masakkan lagi." jawab Hana kemudian, dia mencuci panci untuk memasak nasi. Tiba-tiba terdengar suara.
"Yusuf memang jarang makan, dia loh makan hanya sekali-kali. Dia juga pulang makan karena dia KERJA!" sahut Mami sambil ngomel-ngomel gak jelas.
"Kalau nasi habis kan bisa masak! Begitu saja kok pada cerita belakang. Masak kan tinggal masak, beras juga ada! Yusuf dia pergi jarang pulang karena bantu-bantu cari uang. Untung ada pencucian mobil sepupunya. Disana dia KERJA." imbuhnya.
Mami memotong sayur belonceng untuk di masak, padahal Hana sudah menumis timun telur dan masih ada di meja makan. Hana hanya diam mendengarkan, usai panci Hana memasak nasi lalu dia tinggalkan.
Hana ke kamar lalu mengajak anak dan suaminya ke rumah orang tua mereka. "Ayo kita pulang." ajak Hana kepada Hasyim.
"Pulang kemana? Kita kan baru datang." jawab Hasyim, dia menatap isterinya heran. "Ada apa itu? Kenapa dia cemberut begitu?" batin Hasyim yang sedang menamani Halim bermain.
"Pulang ke rumah ayah." jawab Hana membereskan barang yang sempat dikeluarkan dari koper. Hasyim ikut saja apa kata sang isteri, dia menyiapkan pakaian anaknya lalu dipakaikannya.
Setalah siap, Hana dan Hasyim pamit kepada ayah dan mami. "Loh mau kemana Halim?" tanya Mami Titik seolah tidak terjadi apa pun.
"Mau ke rumah Eyang." jawab Hana menirukan suara Halim. "Yah, kami pamit ya!" ujar Hana pelan. Ayah mengangguk setuju, usai pamit langsung ke kampung M.
"Bagitu ceritanya de." ujar Hana masih kesal setelah bercerita hal tersebut. "Nyesel aku izinkan ayah menikah kalau punya Mami tiri begitu. Kami ini sudah besar semua, tidak akan bisa ditindas." omelnya lagi.
"Sudah lah kak, gak usah bahas itu lagi." jawab Hasna meredakan amarah sang kakak. "Tempo hari sudah sempat baik ke aku kak, tapi gak tahu kenapa begitu lagi. Mungkin ya salah minum obat kali." ucap Hasna enteng.
Mereka menyudahi kekesalan mereka dengan melakukan aktivitasnya. Mandi, memasak dan makan di sore hari. "Halim makan nasi di sore hari ya?" tanya aunty Hasna.
"Iya aunty." jawab Hana. "Kata ayah kamu mengajar de?" tanya Hana menatap adiknya yang sedang membuat donat untuk cemilan.
"Iya kak, Alhamdulillah bisa mengajar di MTs al-Falah kak tempat kakak mengajar dulu." jawab Hasna. "Tapi kepala Madrasahnya sekarang pak Yanto. Dulu siapa kak?" tanya Hasna sambil menggoreng donat.
"Kakak juga lupa de." jawab Hana tanpa berpikir dulu, dia sibuk menyuapi Halim yang sedang aktif-aktifnya.
"Sudah matang donat aunty." ujar Hasna senang, Halim pun ikut heboh. Usai sholat maghrib mereka makan-makan. Ayah Ahmad tetap bermalam di rumah Mami Titik. Malamnya mereka beristirahat di kamar masing-masing.
"Asyik, Halim mau donat?" tanya Hana, dia menyiapkan di piring. Halim bersorak senang mendapat satu donat dari Ibu Hana.
"Pintar kemenakan aunty makan donat." ujar Hasna duduk di depan Halim. Mereka menikmati donat bersama-sama.
Usai makan-makan mereka mengobrol. "De, mau gak kalau aku kenalkan dengan dosen? Namanya pak Syamsu Dhuha. Dia dulu Kaprodi Manajemen, sekarang gak tahu sih apa jabatannya." Ucap Hana.
"Boleh saja kak, sebenarnya aku juga pengen nikah kak. Tapi aku gak mau kalau sama orang disini, orang tahu seluk beluknya kak." Jujur Hasna.
"Baiklah de, nanti aku coba tanya-tanya pak Syam ya!" Ucap Hana lagi, Hasna mengangguk setuju. "Kenapa kamu gak kenalan dulu sama Rahmat itu de?" Tanya Hana kepo.
"Gak kak, dia masih kerabat Mami. Aku gak mau." Jujur Hasna. "Ini saja di kantor aku disuruh menikah sama anak pak Desa. Om Hari yang usulkan." Imbuhnya.
Hasna diam sejenak. "Tapi aku diamkan saja! Tempo hari saja anak pak Desa minta nomor cewek ke aku, masak sekarang aku yang mau dijodohkan dengannya. Ya gak mau lah aku." Jawab Hasna kesal.
"Anak pak Desa?" Tanya Hana mengingat-ingat. "Zam teman kelas kamu dulu?" Tanyanya lagi.
"Iya anak pak Desa yang pertama kak. Kalau Zam kan anak keduanya. Yang itu loh kak, kak Zulfikar." Jawab Hasna malas.
"Oh, saya kira sudah nikah itu de?" Tanyanya penasaran. Halim sudah tidur ditinggal bercerita, capek bermain akhirnya tidur sendiri.
"Sudah memang kak, kan duda sekarang! Makanya banyak cewek incarannya. Tapi kayak aku ini bukanlah tipenya." Jelas Hasna sambil melanjutkan makan donat yang diolesi keju.
"Waduh, duda dong dik. Jangan ya! Kalau ada yang cowok single mending itu meski dewasa." Saran Hana serius.
"Iya kak. Aku juga maunya gitu!" Jawabnya jujur. Malam pun semakin larut, tidak lupa melaksanakan kewajiban sebelum tidur.
Pagi pun menjelang, hari ini Hasna ada rapat di kecamatan. "Kakak mau ikut ke Kecamatan? Aku mau rapat sih!" Tanya Hasna setelah mandi.
"Hhhmm boleh sih, nanti aku tunggu di tempat wisata ya de. Aku tanya kak Hasyim dulu deh." Ujar Hana, setelah tanya pada Hasyim yang setuju saja, karena memang niatnya kesana liburan.
"Jam berapa berangkat de?" Tanya Hana. Hasna sedang bersiap untuk berangkat ke kantor desa dahulu.
"Aku ke kantor desa dulu sebentar kak, ada berkas mau diambil. Nanti aku singgah kesini, tapi kakak siap-siap saja." Jawab Hasna siap berangkat.
"Okey." Jawab Hana singkat. Hasna berangkat buru-buru, beberapa menit tiba di kantor. "Untung pak Sek-des masih ada, huh." Gumamnya pelan.
Hasna mendatangi ruangan pak Sek-des untuk minta berkas yang akan digunakan saat rapat. "Jadi ke kota MI pak?" Tanya Hasna membereskan berkas yang akan dibawa.
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/