Misca Veronica merupakan seorang pembantu yang harus terjebak di dalam perseteruan anak dan ayah. Hidup yang awalnya tenang, berubah menjadi panas.
"Berapa kali kali Daddy bilang, jangan pernah jodohkan Daddy!" [Devanno Aldebaran]
"Pura-pura nolak, pas ketemu rasanya mau loucing dedek baru. Dasar duda meresahkan!" [Sancia Aldebaran]
Beginilah kucing yang sudah lama tidak bi-rahi, sekalinya menemukan lawan yang tepat pasti tidak mungkin menolak.
Akan tetapi, Misca yang berasal dari kalangan bawah harus menghadapi hujatan yang cukup membuatnya ragu untuk menjadi Nyonya Devano.
Lantas, bagaimana keseruan mereka selanjutnya? Bisakah Cia mempersatukan Misca dan Devano? Saksikan kisahnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mphoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keseriusan Devano
"Permisi, Tuan Devano. Saya ingin memberikan kabar buruk tentang kondisi Nona Cia. Panas yang cukup tinggi membuat kondisinya benar-benar tidak stabil. Kita harus segera memindahkan Nona Cia ke ruangan ICU untuk mendapatkan perawatan lebih lengkap lagi. Saya takut, apabila sedikit saja penanganannya terlambat bisa berakibat fatal bagi nyawa Nona Cia sendiri!"
Bagai tersambar petir yang cukup kencang membuat jantung Devano hampir berhenti berdetak. Tubuhnya terdiam mematung dengan pandangan lurus ke depan disertai bola mata yang memerah menahan rasa sedih yang tidak dapat diungkapkan.
Untuk pertama kali seumur hidup Devano mendengar kabar buruk ini tentang Cia. Anak yang terlihat kuat, ceria, bahkan selalu membuatnya pusing. Namun, kali ini sang anak berhasil meruntuhkan dunianya.
"Ci-cia ...."
Hanya panggilan lirih itulah yang keluar dari bibir Devano. Hatinya bergetar hebat membuat dia merasakan kehancuran yang paling terdalam.
Luka akan kehilangan kembali terbuka. Pikiran langsung kalut menakutkan hidup yang selama ini susah payah dijalani. Belum juga Devano terlepas dari bayangan masa lalunya, kini kondisi Cia semakin memperburuk trauma yang dimiliki.
Sementara sang pembantu menangis meratapi nasib malang Cia. Gadis sekecil itu harus berjuang seorang diri untuk melawan maut yang tiba-tiba saja menghampiri.
Misca pun meneteskan air mata melihat bagaimana rapuhnya Devano. Pria itu terjatuh duduk dalam kondisi lemas dan hancur setelah mendengar tentang kabar putri kesayangannya.
"Ma-maafkan Daddy, Cia. Maafkan, Daddy hiks ...." Devano menangis untuk kedua kali setelah pertengkaran kemarin bersama Cia.
Tak tega melihat kondisi Devano, Misca mulai mendekati dan menatap lekat wajah sang dokter sambil berkata, "Saya mohon, Dok. Tolong lakukan apa pun demi menyembuhkan Non Cia! Tidak perlu memikirkan soal biaya. Saya pastikan Tuan Devano mampu membayar berapapun, asalkan Non Cia kembali tersenyum, bukan menutup mata. Cepat lakukan!"
"Ba-baik, saya akan berjuang untuk kesembuhan Nona Cia. Permisi!"
Dokter san asistennya bergegas kembali memasuki ruang UGD untuk mempersiapkan segala peralatan yang akan Cia butuhkan di situasi menegangkan ini.
Devano merasa tersentuh akan sikap Misca yang memohon kepada dokter hanya untuk kesembuhan Cia, pada dasarnya mereka tidak ada hubungan darah sama sekali. Namun, mengapa caranya bertindak bagaikan seorang ibu kandung.
"Dia bukan siapa-siapa Cia, tetapi caranya memperlakukan Cia seperti anaknya sendiri. Bukankah wanita yang belum menikah tidak akan tahu bagaimana perasaan seorang ibu? Cuma mengapa aku merasa hubungan antara Misca dan Cia itu bahkan, lebih dari hubungan darah?"
"Apa ini yang dinamakan takdir? Apa dialah yang sudah Tuhan kirim untuk menjadi pengganti Manda? Jika memang benar begitu, aku tidak akan pernah melepaskannya. Misca harus menjadi milikku dan Cia! Aku akan pastikan itu!"
Getaran hati Devano semakin kuat terhadap Misca. Sekarang dia sudah yakin kalau memang ini bukan secara kebetulan, melainkan takdir yang Tuhan siapkan untuk menghapus semua luka di masa lalu.
Misca berbalik menunduk melihat Devano yang terus memperhatikan wajahnya tanpa berkedip, "Hapus air matamu, Tuan! Sekarang berdirilah dengan tegak untuk Nona Cia. Seorang ayah tidak boleh lemah apa pun yang terjadi!"
"Saya tahu semua ini pasti berat untuk diterima, tetapi saya yakin Tuan mampu menghadapinya. Angkat tanganmu tinggi-tinggi dan berdoalah! Sejahat apa pun seorang ayah, tetapi doa baiknya akan Tuhan terima. Tidak perlu khawatir, Non Cia anak yang kuat. Dia pasti mampu berjuang untuk bertahan karena masih banyak impian yang belum dicapai!"
Entah kekuatan dari mana yang Misca dapatkan, sampai-sampai semua kalimatnya berhasil mendorong semangat Devano untuk kembali bangkit. Meski rasanya sangat berat berdiri tegak di atas satu kaki yang pincang, tetapi dia harus berani menghadapi badai tanpa menyerah.
Devano berdiri tegak tepat di depan Misca. Tangannya refleks mengapus kasar air mata yang membanjiri pipi, "Kau benar, tidak ada gunanya saya menangis dalam kondisi seperti ini. Terima kasih kamu sudah menyadarkan saya bila menjadi orang tua nggak perlu memiliki anak lebih dulu, tetapi harus memiliki kesiapan mental yang lebih penting!"
"Kau bukan ibunya Cia. Namun, sikapmu membuat Cia merasa nyaman berada di dekatmu. Pantas dia selalu memaksa saya untuk menikahimu, ternyata pilihanya tidak salah. Saya akan menikahimu dalam waktu dekat ini. Saya pastikan itu akan terjadi secepatnya!"
Bola mata Misca terbuka lebar nyaris keluar. Dia tidak menyangka dalam kondisi yang harusnya semua orang panik memikirkan Cia, bisa-bisanya Devano malah melamar tanpa basa-basi.
Duda yang ini memang susah ditebak. Meleng dikit langsung ngajak nikah, sementara kemarin-kemarin menolak keras adanya perjodohan yang Cia berikan. Setelah mengetahui betapa berharganya sosok Misca untuk mereka, barulah hati terfokus memilihnya.
"A-apa Tu-tuan sedang bercanda? Tu-tuan pasti tidak serius ngomong begitu, 'kan? Tu-tuan hanya ingin bermain-main dengan kalimat itu, 'kan? Tuan---"
"Saya serius! Saya akan menikahimu setelah Cia sembuh. Saya tidak suka basa-basi! Jika hati saya sudah memilihmu, maka siapa pun tidak akan mampu merubahnya kecuali, maut!"
Jawaban tegas disertai kepercayaan diri tidak akan tergoyahkan kembali. Mungkin sifat Devano memang menyebalkan, bikin setres, juga naik darah. Namun, sekali dia serius dalamnya lautan pun akan diseberangi dan tingginya langit mampu digapai hanya bermodalkan tekad juga perjuangan.
"Ta-tapi, Tuan. Saya---"
Belum juga Misca menyelesaikan menyampaikan apa yang ingin diutarakan, bangkar Cia keluar dari ruangan UGD bersama dokter dan beberapa suster lainnya.
Terlihat jelas betapa pucatnya wajah gadis kecil tak berdosa itu. Jangankan Misca dan Devano, siapa pun yang melihatnya pun pasti akan sedih.
Anak selincah dan selucu Cia yang sering membawa keceriaan pada semua orang, sekarang harus terbaring lemas tak berdaya di atas bangkar hanya karena penyakit yang belum bisa diprediksi.
Mereka semua berlari mendorong bangkar Cia menuju ruang ICU. Sepanjang jalan Devano selalu memberikan semangat untuk sang anak, walaupun hatinya sendiri rapuh.
Misca sendiri menangis tak kuasa menyaksikan kondisi menyedihkan Cia saat ini. Sesampainya di depan uangan ICU suster menghentikan langkah kaki mereka untuk tidak ikut masuk ke dalam ruangan.
Mereka hanya sampai depan ruangan saja sambil melihat perjuangan dokter dalam menangani kondisi Cia dari kaca besar yang tidak tertutup hordeng.
"Sayang, bertahanlah. Daddy di sini. Daddy janji. Daddy tidak akan meninggalkan Cia lagi. Maafkan keegoisan Daddy, Sayang. Maafkan Daddy!" ucap Devano penuh harapan sambil mendoakan Cia dari lubuk hati terdalam.
"Non Cia, bertahanlah. Maafkan Bibi karena lalai dalam menjaga Non Cia. Bibi mohon kuat ya, Non. Bibi akan selalu doain untuk kesembuhan Non Cia. Semangat, Non! Non, pasti bisa lewati semua ini!" kata sang pembantu yang sedari tadi menangisi kondisi anak majikannya diselimuti rasa takut yang kuat.
"Cantiknya, Mommy. Bertahan ya, Sayang. Mommy di sini buat Cia. Mommy tahu, Cia anak baik, pemberani, pintar juga kuat. Jadi, Mommy mohon Sayang, bertahan, ya. Mommy tahu, pasti sakit banget ya, tapi Cia harus kuat nggak boleh lemah. Tenang, ini sakitnya cuma sebentar kok, setelah itu Cia pasti bahagia. Mommy akan selalu ada buat Cia. Ini 'kan, yang Cia mau? Jadi bangun ya, Sayang. Mommy tunggu di sini, semangat cantinya, Mommy. I love you more, Princes!"
Senyuman Misca yang terlihat begitu tulus disertai tatapan yang indah dipenuhi air mata untuk Cia, telah menggagalkan fokus Devano juga pembantunya.
Mereka berdua serentak menoleh ke arah Misca yang mengelus kaca dengan lembut, seolah-olah mengelus wajah Cia dari jarak dekat.
Misca bukan lancang menyebut dirinya sabagai mommy untuk Cia. Akan tetapi, dia tahu bagaimana caranya memberikan semangat tanpa harus menyalahkan diri sendiri.
"Cia memang tidak salah pilih. Dibalik kesederhanaan penampilannya, Misca memiliki hati yang sangat emas. Dia berbeda dari wanita lainnya. Entah aku harus bahagia atau sedih dalam kondisi ini, yang jelas aku sangat berterima kasih karena kejadian ini telah menyadarkanku. Ternyata masih ada wanita yang pantas menemaniku di masa tua, meskipun itu bukan cinta pertama yang telah pergi!"
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...
" aku membencimu"