Kenzo Abriano sang mafia datang kenegara X untuk bertemu ibunya, ia tidak menyangka hari pertama kedatangan dia dituduh melakukan pembunuh, untuk membersihkan namanya ia harus berkerja sama dengan polisi, bagaimana ia akan menghadapinya saat orang terdekat dan tersayang menjadi terancam karena keterlibatannya mengungkap kematian saudaranya yang tidak memiliki kejelasan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Loka Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab XVI Dia Kembali
Mereka mulai menyantap makanan diatas meja, kasus dilupakan sejenak untuk mengisi perut. Saat Kenzo melihat kearah ujung ruangan yang berdekatan dengan jendela, ia melihat seseorang yang ia kenali, matanya melebar menatap orang diujung sana. Calvin duduk berhadapan dengan Kenzo heran melihat Kenzo melotot, Calvin segera berbalik badan dan hampir menyemburkan makanan dimulutnya.
" Itu Khayra?" tanyanya, Khayra sedang duduk berhadapan dengan seorang laki-laki sebaya dengannya, terlihat mereka akrab dan bercanda, Kenzo bahkan bisa melihat pipi Khayra memerah malu melihat laki-laki dihadapannya itu.
Kenzo terlihat galak, ia langsung berdiri menuju meja Khayra ,Adriana, Han, Louis dan Calvin menatap Kenzo. Khayra belum menyadari Kenzo ada di sana.
" CK ck ck pria itu akan patah tangan atau kakinya? seratus patah kaki." kata Louis bermain tebak-tebakan.
" Seratus, patah tangan." kata Calvin, ia mulai bertarung, Han dan Adriana menatap kedua orang itu, mengapa mereka tiba-tiba menjadi akrab menonton adik Kenzo, bukankah wajar jika Khayra memiliki pacar, dia bukan anak kecil lagi, fikir Adriana.
" Seratus, patah tangan dan kaki." Kata Adriana yakin setelah melihat ekspresi garang Kenzo.
" Seratus, menendang tulang kering dan memukul kepala." kata Han santai sambil menyantap, mereka berempat menggebu menunggu hasil dari taruhan mereka.
Kenzo menarik kursi disebelah Khayra, Khayra terkejut melihat Kenzo yang baru datang, ia tidak menyadari kedatangan Kenzo, Pria yang duduk dihadapan Khayra menatap Kenzo yang tiba-tiba datang dan duduk disana.
" Siapa namamu?" kata Kenzo tanpa basa-basi.
" Hah?"
" NAMAMU." kata Kenzo menekan setiap kata-katanya, pria itu terlihat bingung tetapi segera ia mengerti ekpresi Khayra yang khawatir, cemas, takut dan merasa bersalah.
" Zavino Pamortaringga." jawab pria itu sopan.
" Apa pekerjaanmu?"
" Kak..." Khayra mencoba menghentikan Kenzo yang sedang mengintimidasi.
" Damkar." Khayra melotot pada Zavino, mengapa ia harus repot-repot menjawab pertanyaan kakaknya.
" Sejak kapan kalian berpacaran?"
" Kak, kami cuma teman." kata Khayra, wajahnya merah karena malu.
" Hah?" Kenzo menatap adiknya, Khayra merasa tersinggung atas pertanyaan yang diajukan Kenzo, dia langsung membuang muka ngambek pada kakaknya.
" Aku Kenzo, kakak Khayra." kata Kenzo akhirnya, ia sudah salah paham pada pria itu dan membuat adiknya merasa malu pada temannya. Zavino tersenyum lalu ia berdiri.
" Kak Kenzo, Aku menyukai Khayra..." Katanya yakin, ia berdiri tegak dengan jantan untuk menyatakan perasaannya, sepertinya pria ini tidak takut pada apapun.
" Ooooo." Adriana, Calvin, Louis dan Han berseru serempak mendengarnya, mereka mengagumi keberanian Zavino, walau cukup jauh tapi pernyataan cinta itu terlalu jelas terdengar diruangan ini.
Kenzo terdiam, Khayra menutup mulutnya tidak percaya mendengar apa yang dikatakan Zavino, kedua saudara itu terlalu terkejut, dihadapan banyak orang ditempat ini yang ditonton membuat Kenzo ingin sekali menghajar pria ini.
" Aku sudah lama menyukainya, kami berteman sejak SMA, aku suka padanya sejak pandangan pertama tetapi dia hanya menganggapku teman, aku tidak ingin menghancurkan pertemanan kami jadi aku hanya bisa memendamnya, hari ini aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, aku siap jika ditolak..."
" Aku terima." kata Khayra tersenyum bahagia, Kenzo menatap adiknya yang pipinya merah merona, terlalu jelas dia menyukai pria dihadapannya ini. Zavino ingin tersenyum tetapi ditahannya ia tidak berani menampakkan kebahagiaan yang berlebihan didepan Kenzo.
" Akh... Mereka terlalu sweet huuhuhu." kata Adriana, ia terbawa perasaan melihat adegan didepannya, itu adalah keberanian pria yang ia inginkan, Adriana tidak bisa menahan diri untuk tidak bertepuk tangan melihat kebahagiaan disana.
" Apa aku harus menyatakan cinta seperti itu juga?" tanya Louis pada Han, Han menatap aneh pada Louis.
" Aku pria normal." kata Han Sinis.
" Kau memikirkan apa?" kata Louis memukul kepala Han.
" Lalu kenapa kau menatapku seperti itu?" kata Han kesal. Adriana dan Calvin menatap heran mereka berdua yang bertengkar.
Mereka mengabaikan perkelahian Han dan Louis melihat kembali pada Kenzo, mereka penasaran apa yang akan dikatakan Kenzo karena ini berhubungan dengan taruhan mereka.
" Katakan sekali lagi." kata Kenzo menahan marah.
" Aku menyuka..." belum selesai Zavino bicara, Kenzo berdiri.
" Kemari." Zavino berdiri menurut lalu berdiri didepan Kenzo. Dia siap menerima konsekuensinya jika harus dipukuli. Kenzo langsung menendang tulang keringnya hingga pria itu meringis lalu diiringi memukul kepala Zavino.
" Jika aku melihatnya menangis karenamu, aku akan membakarmu hidup-hidup." kata Kenzo. Zavino tersenyum, ia tau walau kata-kata Kenzo kasar tetapi dia tau bahwa dia sudah mendapat persetujuan.
" Aku tidak bisa berjanji untuk selalu menjaganya karena pekerjaanku beresiko, tetapi aku bisa berjanji bahwa aku akan selalu berusaha membahagiakannya." jawabnya tegas, Kenzo menghela nafas lelah, ia menepuk pundak Zavino pelan.
" Aku ingatkan, kau bisa mati kapan saja." kata Kenzo menakuti Zavino.
" Aku tau." Jawab Zavino tersenyum, mereka sama-sama pria tentu saja Zavino mengerti bahwa ada rasa khawatir terhadap orang asing yang mencoba mendekati saudaranya.
Calvin, Andriana dan Louis menatap Han yang berwajah datar, melihat ekpresi menyedihkan semua orang Han tersenyum. Han mengadahkan tangan, satu persatu mereka mengeluarkan selembar 100 dengan enggan menyerahkannya pada Han.
" Bagaimana kau bisa menebaknya? Kau peramal?" tanya Calvin.
" Aku punya kakak perempuan satu-satunya, tentu saja sebagai pria harus bersikap tegas pada pria yang menyukai saudara perempuan." Jawab Han tersenyum.
" Sulit dipercaya." kata Louis, tidak menyangka bahwa pria yang terlihat lemah ini begitu tegas pada orang lain.
Kenzo sudah berjalan kembali kemeja mereka meninggalkan Khayra dan Zavino, ia sebenarnya hanya berniat untuk menggertak pria itu, tetapi ia tidak menyangka akan berujung pada pernyataan cinta, sungguh tidak diduga, adiknya yang ia sayang kini sudah memiliki seseorang yang menjaganya.
Mereka kembali mengobrol membahas tentang kasus Rylee, Han sudah menjelaskan bahwa keluarga menolak untuk autopsi karena tidak ingin mengundang kegundahan seperti 5 tahun yang lalu, orang takut untuk mengungkitnya dan menerima kematian dengan lapang dada, apalagi saat dijelaskan pada mereka bahwa kasus ini ada keterkaitannya dengan peristiwa 5 tahun lalu, Mereka semakin menolak untuk cerita itu. sekelas keluarga Rylee yang berpengaruh tidak ingin mengungkitnya, lihat seberapa menakutkan peristiwa itu.
Setelah selesai makan dan berdiskusi mereka hendak bubar ketika tiba-tiba Han menghentikan mereka.
" Tunggu." kata Han, mereka semua menoleh pada Han yang tiba-tiba menghentikan mereka.
" Apa?" tanya Adriana yang pertama bereaksi.
" Cerita Web merilis cerita baru." kata Han memperlihatkan notif ponsel yang baru saja masuk, mereka kembali duduk dibangku mereka mengeluarkan ponsel karena penasaran cerita apa kali ini.
Han membuka ponselnya, ia langsung membuka cerita Web yang baru beberapa menit dirilis, mereka fokus pada ponsel, Adriana yang pertama membuka suara.
" Dini hari, tempat ditengah kota, gedung tinggi menjulang empat sisi, barisan kota penjaja dan kota barista, rumah penyelamat ada dikanan, rumah kehormatan ada didepan, tetapi masih bisa menjadi tempat kejahatan, kota indah yang strategis tetapi tidak ada yang menyadari apa yang terjadi, pria dibungkus, darah diperas dan siap dijadikan hujan, kota indah sebentar lagi akan kembali menjadi kota berdarah." kata Adriana, dia mulai mencerna setiap kata dari cerita.
Kenzo menyadari sesuatu ia langsung keluar, melihat susunan gedung, setiap kata yang dibaca Andriana adalah tempat kunci kejahatan. Han, Adriana, Calvin, dan Louis ikut keluar melihat apa yang difikirkan Kenzo.
Kenzo melihat kanan adalah rumah sakit yang diartikan rumah penyelamat sedangkan didepan adalah kantor Polisi kecil untuk melapor kejahatan, cafe ini memang strategis seperti yang diceritakan
" Cafe ini." Kata Kenzo, tepat setelah kata-kata itu diucapkan seseorang wanita didalam berteriak, mereka segera berlari masuk kembali dan bak hujan turun deras tetapi bukan air hujan melainkan darah. semua orang yang berada dicafe terkejut dan ketakutan, begitu juga yang berada diluar cafe yaitu orang yang berlalu lalang. cafe itu hanya tempat kecil tetapi nyaman, rumah satu lantai dan tempat tunggal yang diapit gedung tinggi yang memanjakan mata.
Suara Riuh rendah suara dalam cafe, ada yang berteriak histeris, ada yang mencari bantuan menelpon polisi, ada yang sudah pingsan yang segera ditangani Louis, Adriana , Calvin dan Han mencoba menenangkan semua orang, tempat ini sudah kacau oleh keadaan, kejahatan terlalu terang-terangan, tiba-tiba seorang anak kecil memakai pakaian kotor, bajunya tidak layak lagi, wajah dan tubuhnya penuh debu dan kotor tetapi tidak ada yang menyadari anak itu masuk.
Tempat ini terlalu kacau, Kenzo mengingat adiknya masih disana, ia ingin menghampirinya karena khawatir, baru ia akan melangkah anak kecil yang berpakaian kumuh itu memegang tangannya, Kenzo menatap anak itu, lalu anak itu menyerahkan sebuah kertas kecil ditangannya, Lalu mencoba berlari pergi, Kenzo menangkap anak itu sebelum berlari. Anak kecil itu menggunakan bahasa isyarat bahwa ia bisu Kenzo melepaskannya. ia membuka kertas kecil itu.
" Bagiamana dengan pesta penyambutan yang aku siapkan? selamat datang dineraka." tertulis dalam surat itu dan lambang bintang dalam lingkaran tercetak disana, Kenzo meremas surat itu lalu memperhatikan sekitar, ia menduga bahwa pelaku masih ada disini untuk menonton, dan mulai mencurigai semua orang.