Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Malam itu sekitar pukul 00:45 hujan datang begitu kencang. Jeslin tak suka dengan suara gemuruh hujan. Setiap datang hujan Jeslin tak berani untuk tidur. Wanita itu sangat phobia mendengar suara hujan kencang. Sehingga wanita itu tidak bisa menutup mata, sehingga Jeslin berusaha begadang, sampai hujan reda.
"Hih hujan ... gimana ini aku paling tak suka dengan suara rintih hujan? Apalagi hujannya begitu deras," gumam Jeslin ketakutan.
Dante yang telah memicingkan mata saat itu. Mendengar ada suara seseorang sedang scrolling video di sosial media. Dante membuka matanya secara berlahan-lahan, melihat istrinya belum tertidur saat itu.
"Jes ... Kamu belum tidur ...?" tanya Dante kepadanya.
"Be-belum, Dan. Aku belum bisa tertidur," jawab wanita itu sambil memainkan handphone.
"Kamu lagi hamil loh Jeslin sekarang. Lihat! Jam sudah menunjukan pukul 00:45. Masa sampai selarut malam ini, kamu belum tidur juga." Dante mengomel kepada wanita itu, karena begadang dapat menganggu kesehatannya.
"Hih, kamu bawel banget sih, Dante. Aku itu belum bisa tidur. Lihat, sekarang masih hujan deras ...."
"Terus masalahnya dengan hujan deras apa?" tanya pria itu semakin penasaran.
Jeslin diam sudah keceplosan, memberitahu hal yang sangat dibenci olehnya. Dante merasa heran, mengapa wanita itu setiap hujan datang seperti ketakutan. Bahkan, rela begadang sampai menunggu hujan berhenti.
"Gak ada apa-apa. Vibesnya lebih enak tidur, disaat hujan telah berhenti loh," jawab wanita itu saat itu.
"Hah, bohong kamu. Pasti ada sesuatu dibalik hujan ini. Sehingga kamu sangat tidak menyukai hujan. Tolong beritahu kepada saya, apa yang membuat kamu sangat benci dengan hujan?" tanya Dante kepada istrinya.
"Bohong bagaimana, aku sedang tidak berbohong kepada kamu? Aku jujur mengatakan tidak ada sesuatu dibalik hujan ini. Jadi jangan curiga berlebihan kepada aku ini," cetus Jeslin sedikit berbicara dengan nada terbata-bata.
"Gak percaya saya kepada kamu. Sesulit itukah kamu berbicara?" tanya Dante saat itu.
"Sudahlah. Jangan paksa saya. Pokoknya saya mau tidur. Ketika hujan telah berhenti."
Dante langsung memeluk tubuh mungil istrinya. Untuk menenangkan istri untuk sementara waktu. Demi mendapatkan rahasia dibalik turunnya hujan. Dante ingin mengetahui rasa trauma apa wanita itu kepada hujan. Sehingga pelukan itu semakin menghangatkan Jeslin saat itu.
"Kalau kamu takut untuk cerita. Coba kita berpelukan dulu. Nanti, setelah hati kamu lebih tenang. Mari kita saling berbicara, sebenci apa kamu dengan hujan." Dante tahu caranya untuk menghibur wanita itu.
Jeslin tiba-tiba semakin dibuat nyaman oleh sikap pria itu. Berapa hari ini Dante selalu menunjukan sisi kelembutannya. Jeslin semakin kaget dengan gelagat lembut pria itu. Namun, wanita itu juga perlu waspada. Untuk menghindari adanya udang dibalik bakwan. Wanita ini tidak ingin jatuh cinta kepada sang mafia. Kekejaman mafia itu membuatnya, ingin menghancurkan seluruh kehidupan mafia itu.
"Hmm aku tidak apa-apa, Dante. Hanya saja aku takut dengan hujan. Setiap kali aku mendengar suara gemuruh hujan, pasti membuat hati aku tidak tenang. Sehingga aku selalu membiasakan diri, untuk menunggu hujan sampai berhenti," jawab wanita itu, semakin lebih tenang lagi.
"Hah, setakut itukah kamu dengan hujan?" tanya Dante lebih dalam, sambil mengelus punggung bagian belakang wanita itu.
"I-Iya. Aku sangat takut hujan."
Setiap gemuruh hujan begitu deras. Jeslin selalu tidak bisa tenang. Bahkan selalu merasakan, bahwa dirinya kangen Orang tuanya. Jeslin juga mengenang didalam ingatan, bahwa ayahnya paling benci dengan hujan. Sehingga membuat temurun anaknya ikut juga.
"Tenang saja ada aku disini. Tidurlah, tidak akan ada orang jahat menganggu kamu. Ingat! Ini rumah mafia, tidak ada seorang pun yang berani masuk ke rumah ini," cetus Dante, meminta wanita itu untuk santai saja.
"Baik. Aku akan bersikap tenang."
Dante menarik sedikit gorden jendela kaca. Melihat hujan sudah berhenti, hanya ada tetesan hujan saja saat itu. Sehingga ia menarik kembali menutup gorden jendela itu.
"Jeslin lihatlah hujan sudah berhenti. Sekarang kamu bisa tenang, untuk tidur lagi," imbuh pria itu saat itu.
"Masa sih sudah berhenti. Masih ada suara gemuruh hujannya loh."
"Kalau tidak percaya, sini lihat hujannya sudah berhenti." Dante memanggil wanita itu, untuk melihat hujannya sudah berhenti.
Akhirnya Jeslin berdiri dan menatap kearah jendela kaca. Bisa melihat pemandangan dari jendela kaca saat itu. Jeslin melihat serius hujan sudah reda, wanita itu mengangkat kedua tangannya. Akhirnya bisa tidur dengan nyenyak, setelah hujan berhenti pada saat itu.
"Akhirnya hujan pun berhenti," ucap wanita itu, sambil memandang kearah suaminya.
"Iya. Sekarang tidurlah dengan sepuasnya. Karena ini yang kamu inginkan, hujan berhenti," sahut pria itu memapah istri ke tempat tidur.
Akhirnya Dante dan Jeslin tidur saat itu. Dante mengecup kening istrinya, untuk mengucapkan selamat tidur pada istrinya. Dante begitu sweet romantis saat itu, sehingga membuat Jeslin semakin mabuk kepalang. Akan perhatian yang diberikan oleh pria itu.
"Selamat tidur sayang ...." Dante mengecup kening istrinya saat itu.
"Selamat tidur juga suamiku," jawab Dante saat itu.
Akhirnya keduanya pun tertidur malam itu, belum satu jam Jeslin tertidur pulas. Tiba-tiba wanita itu bermimpi, Orang tuanya datang ke mimpi Jeslin. Keduanya ingin Jeslin mengunjungi makam kedua Orang tuanya. Sehingga Jeslin terbangun dan berteriak saat itu. Wanita itu merasakan sesak pada dadanya.
Saat wanita itu berdiri, helaian nafasnya begitu berat. Membuat Dante terbangun karena suara teriakan wanita itu. Untuk pertama kalinya, sejak Orang tuanya meninggal. Kedua Orang tuanya masuk kedalam mimpinya.
"Huhuhu ...." Helaian nafas wanita itu semakin merasakan sesak pada dadanya.
Dante menyandarkan kepalanya pada sandaran tempat tidur. Melihat wajah wanita itu pucat. Dante langsung sigap mengambil minyak angin di meja. Pria itu lalu mengolesi minyak angin di leher Jeslin saat itu.
"Kamu kenapa, Jes? Sepertinya kamu tadi mimpi buruk?" tanya Dante, sambil mengolesi wanita itu minyak angin.
"Iya. Aku sedang mimpi buruk."
"Apa yang sedang kamu mimpikan, sehingga membuat kamu kaget seperti ini?" tanya Dante saat itu.
"Aku mimpi kedua Orang tua aku. Mereka meminta aku, untuk pergi ke pemakaman mereka. Aku mohon besok tolong tunjukan tempat istrahat Orang tua aku." Jeslin memegang tangan Dante.
"Iya. Besok saya akan menunjukan tempat istrahat Orang tua kamu."
Dante menjadi kasihan kepada wanita itu. Muncul perasaan bersalah didalam hatinya saat itu. Andai saja dirinya tidak melakukan kesalahan seperti itu. Mungkin musuhnya masih hidup saat ini. Dante saat itu tidak bisa mengontrol emosinya. Sehingga emosinya saat itu, semakin meledak-ledak.
"Ternyata setelah aku berbuat seperti ini. Aku menjadi bersalah," gumam pria itu didalam hati.