NovelToon NovelToon
The Constellation : Legenda Zodiak

The Constellation : Legenda Zodiak

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Preman / Penyelamat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Banu Sahaja

Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Balapan di Jalan Terlarang

Galang berdiri di tengah dojo, memperhatikan motornya dengan seksama. Honda CBR 1000RR Fireblade itu adalah karya seni sekaligus senjata, kendaraan yang telah menemaninya melewati banyak pertarungan di jalanan. Ia tahu pertarungan berikutnya akan berbeda. Draxa tidak akan datang hanya dengan tangan kosong; kali ini, permainan akan dimainkan di jalanan, di medan yang sudah lama ia tinggalkan.

Tama masuk dengan raut wajah penuh kecemasan. “Mereka menantangmu untuk balapan, Galang. Aku dengar Draxa sendiri yang akan memimpin.”

Galang menatap sahabatnya dengan tatapan tenang. “Balapan ini bukan sekadar lomba kecepatan, Tama. Ini tentang siapa yang benar-benar menguasai jalanan. Kalau aku menang, mereka tidak akan punya alasan lagi untuk mengganggu kita.”

“Tapi kalau kau kalah...” Tama berhenti, tak sanggup melanjutkan.

Galang menepuk bahu Tama. “Aku tidak akan kalah.”

Lintasan Terlarang

Balapan di Sektor 5 bukanlah sembarang balapan. Jalan-jalan sempit yang dipenuhi tikungan tajam, aspal yang sudah retak, dan penerangan minim membuat lintasan ini menjadi medan yang hanya bisa ditaklukkan oleh mereka yang benar-benar menguasai kendaraannya. Malam itu, suasana mencekam. Warga setempat hanya berani menonton dari kejauhan, sementara para anggota geng berkumpul di sepanjang lintasan, menciptakan suasana seperti gladiator yang siap memasuki arena.

Draxa berdiri di samping motornya, sebuah Ducati Panigale V4 yang telah dimodifikasi dengan tambahan turbocharger dan suspensi khusus. Di sisi lain, Galang memeriksa Fireblade-nya untuk terakhir kali. Ia tahu, secara teknis, motornya kalah cepat dibandingkan Ducati milik Draxa. Tapi ia juga tahu bahwa balapan ini tidak hanya tentang kekuatan mesin. Ini soal ketenangan, pengalaman, dan strategi.

“Siap untuk kalah, Galang?” Draxa menyeringai.

“Kita lihat siapa yang benar-benar menguasai jalanan,” jawab Galang tenang.

Seorang anggota geng mengangkat bendera kain sebagai tanda start. “Atur posisi kalian! Jangan ada curang, kalau tidak, aku yang akan membereskan kalian!” katanya, meski semua tahu bahwa aturan tak berarti banyak dalam balapan seperti ini.

Mesin-mesin motor mulai meraung, getarannya terasa sampai ke dada. Galang menggenggam stang dengan erat, fokusnya hanya pada lintasan di depan.

“Siap!” seru sang starter.

Bendera dijatuhkan, dan motor-motor itu melesat seperti peluru.

Balapan yang Menegangkan

Lintasan pertama adalah jalan lurus yang panjang, tempat Draxa langsung menunjukkan kekuatan Ducati-nya. Motornya melaju jauh lebih cepat, meninggalkan Galang beberapa meter di belakang. Namun, Galang tidak panik. Ia tahu, kecepatan tinggi di awal hanya akan menghabiskan tenaga pada lintasan berikutnya.

Ketika mereka memasuki tikungan pertama, keahlian Galang mulai terlihat. Ia memiringkan motornya dengan sempurna, ban belakangnya hampir menyentuh aspal, menghasilkan percikan kecil saat ia meluncur mulus melewati tikungan. Sementara itu, Draxa sedikit kehilangan keseimbangan, membuat jarak antara mereka semakin dekat.

“Dia masih punya trik,” gumam Draxa, mencoba meningkatkan kecepatannya.

Jalan berikutnya adalah jalur yang lebih berbahaya. Batu-batu kecil berserakan di atas aspal, dan cahaya lampu jalan tidak cukup untuk memperlihatkan jalan yang benar. Galang memanfaatkan pengalamannya, mengandalkan insting dan hafalannya terhadap lintasan ini. Ia mulai mengejar, perlahan menyusul Draxa.

Di salah satu tikungan, Draxa mencoba manuver licik. Ia memperlambat motornya secara tiba-tiba, memaksa Galang untuk mengerem mendadak. Namun, Galang sudah menduga trik ini. Ia menggeser motornya ke samping, memanfaatkan momentum untuk melewati Draxa di bagian dalam tikungan.

“Tidak mungkin!” Draxa berteriak, melihat Galang mendahuluinya.

Namun, ini belum selesai. Bagian terakhir lintasan adalah terowongan sempit yang hampir tidak cukup untuk dua motor. Di sinilah Draxa memanfaatkan kekuatan mesinnya. Ia menekan gas habis-habisan, mendekati Galang dengan kecepatan luar biasa. Motor mereka hampir bersisian, menghasilkan suara gemuruh yang menggema di dalam terowongan.

Saat mereka keluar dari terowongan, garis akhir sudah terlihat di kejauhan. Draxa mencoba menyalip, tetapi Galang menggunakan trik terakhirnya. Ia memanfaatkan slipstream, menempatkan motornya di belakang Draxa untuk mengurangi hambatan angin, lalu meluncur keluar pada detik terakhir. Dalam sepersekian detik, Fireblade melesat melewati garis akhir lebih dulu.

Kemenangan dan Kekalahan

Sorak-sorai meledak dari penonton. Beberapa anggota geng Draxa tampak tidak percaya, sementara yang lain hanya bisa diam. Galang menepikan motornya, menarik napas panjang sebelum turun. Draxa datang dengan wajah marah, tetapi ada kekalahan yang jelas terpancar di matanya.

“Ini belum selesai, Galang,” katanya dengan nada rendah.

“Kau kalah, Draxa,” jawab Galang tanpa emosi. “Kami tidak ingin masalah lagi. Kalau kau mencoba sesuatu, aku akan kembali, dan aku pastikan itu tidak akan berakhir sebaik ini untukmu.”

Draxa hanya menatapnya dengan penuh dendam sebelum berbalik, meninggalkan arena dengan anggota gengnya.

Pertarungan Bela Diri di Bengkel

Beberapa hari kemudian, Draxa membalas dendam dengan cara licik. Ia mengirim beberapa anak buahnya untuk menyerang bengkel Tama. Saat itu, Galang dan Tama sedang bekerja memperbaiki motor. Suara langkah kaki terdengar di luar, diikuti dengan pintu yang didobrak.

“Keluar kalian!” teriak salah satu dari mereka.

Galang berdiri di depan Tama, menghadapi lima pria yang masuk dengan sikap mengancam. Ia melihat sekeliling, mencari alat yang bisa digunakan jika keadaan memanas.

“Kalau kalian mau masalah, aku akan memberikannya,” kata Galang dingin.

Salah satu dari mereka menyerang lebih dulu, melemparkan pukulan ke arah kepala Galang. Namun, Galang mengelak dengan mudah, memanfaatkan momentum untuk melancarkan serangan balik. Ia menjatuhkan pria itu dengan pukulan ke ulu hati, diikuti dengan tendangan samping yang membuat lawannya terlempar ke dinding.

Dua orang menyerang bersamaan, tetapi Galang menggunakan gerakan cepat untuk menghindar. Ia menangkap salah satu tangan lawannya, memutarnya hingga terdengar suara retakan, lalu melumpuhkannya dengan pukulan siku ke leher. Yang lainnya mencoba menyerang dari belakang, tetapi Galang berputar dengan tendangan berputar, langsung menjatuhkannya ke lantai.

Tama, yang menyaksikan dari belakang, merasa kagum sekaligus khawatir. “Kau baik-baik saja?” tanyanya.

“Masih belum selesai,” jawab Galang sambil menghadapi dua orang yang tersisa. Mereka ragu sejenak, tetapi akhirnya menyerang. Galang menggunakan teknik yang diajarkan Pak Dharma, mengalirkan gerakan seperti air. Ia memanfaatkan serangan mereka untuk melancarkan pukulan balik yang tepat, melumpuhkan keduanya dalam hitungan detik.

Ketika semua sudah selesai, Galang berdiri dengan napas teratur, menatap Tama. “Kita harus bersiap. Draxa tidak akan berhenti.”

Menuju Perubahan

Malam itu, Pak Dharma berbicara dengan Galang. “Kau tidak bisa melawan mereka sendirian selamanya. Kalau kau ingin mengubah keadaan, kau harus membuat orang-orang di sini bersatu.”

Galang memikirkan kata-kata itu. Sektor 5 terlalu lama dikuasai oleh geng-geng seperti Blooded Scorpio. Mungkin sudah waktunya untuk melawan, bukan hanya dengan kekuatan, tetapi juga dengan kebersamaan.

1
penadau
keren banget, di tunggu updatenya!
Banu Sahaja: terima kasih 😘💕
total 1 replies
Semangat bang cerita nya bagus
Banu Sahaja: terima kasih banyak, tunggu updatean selanjutnya yaa...cerita ini adalah salah satu cara saya untuk pulih
total 1 replies
Sara la pulga
Sumpah keren banget, saya udah nungguin update tiap harinya!
Banu Sahaja: makasih banyak yaa, aku nangis baca komen ini
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!