"Devina, tolong goda suami Saya."
Kalimat permintaan yang keluar dari mulut istri bosnya membuat Devina speechless. Pada umumnya, para istri akan membasmi pelakor. Namun berbeda dengan istri bosnya. Dia bahkan rela membayar Devina untuk menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
Apakah Devina menerima permintaan tersebut?
Jika iya, berhasilkah dia jadi pelakor?
Yuk simak kisah Devina dalam novel, Diminta Jadi Pelakor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Perasaan Sandra
Sandra berdiri di jendela. Pandangannya lurus kedepan, melihat Gilang yang sudah siap dengan outfit kerjanya. "Sepagi ini?" gumam Sandra.
Dia tahu Gilang itu gila kerja, bukan karena dia pemimpin Cakrawala Company. Tapi sudah sejak dulu, saat pria itu masih magang di salah satu stasiun televisi swasta. Di sanalah mereka pertama kali bertemu. Pemuda tampan yang memiliki kharisma. Tidak banyak bicara, namun pekerjaannya selalu memuaskan hasilnya.
Sandra sangat penasaran dengan sosok Gilang yang tidak pernah tersenyum pada kaum hawa. Pandangannya juga tidak liar seperti pria pada umumnya, bila melihat gadis yang berparas cantik. Kecuali pada satu orang, asisten rekan kerjanya sebagai presenter pembawa acara hiburan saat itu
"Kenapa aku bisa lupa?" ujar Sandra.
Andai saja dia mengingat sejak awal, jika Gilang sudah sejak dulu tertarik dengan dengan Devina, dia tidak akan menuruti permintaan Wina , meminta Devina menjadi pelakor bayaran. Sekarang Sandra menyesali kebodohannya sendiri. Mempersulit diri sendiri. Kenapa tidak sejak awal saja dia mengaku pada Gilang, kalau dia menyukai pria itu.
Sandra tahu, banyak gosip tentang kedekatannya dengan Dita, adalah hubungan suka dengan sesama jenis. Mereka salah, dia dan Dita tidak seperti itu. Sandra meminta pertimbangan Dita saat menerima permintaan Wina karena Dita tahu, Sandra sudah lelah untuk bisa menarik perhatian Gilang.
Tidak ada yang tahu tentang perasaannya terhadap Gilang, kecuali Dita. Untuk apa Sandra sampai menjebak Gilang menjadi suaminya, jika bukan karena dia memang menginginkan itu. Namun sayang, dia hanya bisa bertahan selama enam bulan saja dengan sikap dingin Gilang.
"Harusnya aku bertahan saja. Saat dia mulai jatuh cinta padaku, kami bisa menikah ulang agar sah. Bodoh memang." Sandra merutuki dirinya sendiri.
"Sarapannya sudah siap Non." Suara bu Asih menyadarkan Sandra dari pikirannya sendiri.
"Gilang sudah turun dari kamarnya?" tanya Sandra, pura-pura tidak tahu kalau pria itu sudah pergi pagi-pagi sekali.
"Den Gilang sudah pergi. Katanya mau sarapan di rumah non Devina," jawab Bu Asih.
"Sudah sejauh itu ternyata," gumam Sandra setelah mendengar jawaban bu Asih.
Bu Asih yang masih berdiri disana tersenyum mendengar gumaman Sandra. Dia sengaja memberitahu wanita itu. Bu Asih ingin Sandra tidak lagi menganggu kehidupan Gilang.
Gilang sampai di kediaman Devina. Disaat yang bersamaan si kembar Langit dan Bumi sedang pamit ke sekolah pada ayah Dewa dan bunda Helen. Gilang cemburu pada Langit dan Bumi yang memiliki kedua orang tua yang menyayangi mereka dengan sepenuh hati. Dia sudah sangat lama tidak lagi merasakan hal seperti itu. Hanya bu Asih yang selalu ada untuknya, dan pak Bambang yang selalu siap mengantarkan dia pergi kemanapun.
"Mas, kami ke sekolah dulu," pamit Langit dan Bumi sambil mencium punggung tangan Gilang.
Ada perasaan hangat yang pimpinan Cakrawala Company itu rasakan. Gilang merasa ada ikatan yang lebih dalam dengan kedua anak itu. Bahkan sejak pertama mereka bertemu.
Tak berselang lama selepas kepergian langit dan Bumi, kendaraan milik Elang terparkir di depan pagar orang tua Devina. Pria itu tidak sendiri, dia datang bersama Wina. Bukan hanya Gilang yang tidak suka dengan kedatangan Wina. Bunda Helen pun sama.
Bukan karena Wina bertunangan dengan Elang, membuat bunda Helen tidak suka pada gadis itu. Dia membenci Wina, karena tunangan Elang itulah yang berkoar-koar memprovokasi media bahwa Devina adalah seorang pelakor.
Hanya ayah Dewa saja yang menerima Elang dan Wina dengan tersenyum. "Baru pulang syuting atau baru mau berangkat syuting?" tanya ayah Dewa.
"Hari ini kebetulan libur Yah," jawab Elang. "Karena itu Elang sempatkan mengajak Wina untuk mengunjungi ayah dan bunda. Wina datang untuk meminta maaf pada ayah, bunda dan Nana," ucap Elang lagi.
"Devi sedang tidak bisa menerima tamu," sahut bunda Helen.
"Bunda," tegur ayah Dewa atas sikap istrinya.
"Devi masih sakit Yah. Jangan diganggu dulu. Biarkan dia istirahat. Dia bukan hanya sakit fisik, tapi juga sakit hati." Bunda Helen masuk kedalam rumah setelah bicara seperti itu.
Elang terdiam. Devina itu gadis yang kuat, tidak pernah mengeluh dan hampir tidak pernah sakit. "Nana sakit apa Yah?" tanya Elang khawatir.
Pria itu sudah akan melangkah masuk menyusul bunda Helen, namun ditahan oleh Wina. "Kita pulang saja," ucap Wina.
"Lain kali saja Saya datang lagi menemui Devina. Mungkin waktunya belum tepat untuk minta maaf sekarang," ucap Wina lagi sambil menarik Elang untuk meninggalkan tempat itu.
"Bawa tunangan kamu pulang saja Lang. Devi hanya sakit biasa, tapi dia butuh istirahat," ucap ayah Dewa.
Gilang tersenyum tipis mendengar jawaban ayah Dewa. Tuan Aksa sudah berpesan, apa yang terjadi pada Devina kemarin jangan menjadi konsumsi publik. Bukan karena takut nama Cakrawala Company rusak akibat accident tersebut. Masalahnya ada yang coba main-main dengan perusahaan.
Elang mengalah. "Elang pulang dulu Yah," ucap Elang yang akhirnya pamit.
"Saya ingin bertemu Devina,"' ucap Gilang setelah hanya berdua dengan ayah Dewa.
***
Dua hari Devina istirahat di rumah. Padahal dia tidak membutuhkan itu. Dia bisa kembali bekerja seperti biasa, tapi Gilang yang tidak mengizinkan.
Jadilah Devina sibuk mengscrool media sosialnya. Hal yang sangat jarang bahkan hampir tidak pernah dia lakukan. Devina terkejut, ada banyak penambahan pengikutnya di beberapa media sosial yang dia miliki.
Ada banyak hashtag yang masuk. Ada yang pro padanya, ada juga yang kontra. Dan seperti biasa, Devina tidak terlalu peduli. Yang tahu kebenarannya bukan mereka, jadi untuk apa Devina a memikirkan penilaian mereka yang tidak tahu apa-apa.
Baru saja Devina akan menutup layar smartphone miliknya. Sebuah notifikasi masuk ke aplikasi hijau. Dari nomor tidak dikenal.
Nomor itu mengirimkan pesan, 'Pernikahan Gilang dan Sandra tidak sah. Jadi kamu jangan takut dibilang pelakor. Karena kamu bukan pelakor. Saya mendukung kamu bisa bersama Gilang. Dia suka kamu sudah lama, jauh sebelum kamu bekerja di Cakrawala Company.'
Devina yakin pemilik nomor tersebut pasti tahu banyak tentang Gilang. Tapi siapa? Sayangnya, nomor itu sudah tidak aktif. Membuat Devina penasaran. Dimana dia pernah bertemu Gilang sebelumnya?
"Devi bersiaplah, malam ini kita akan bertemu dengan tuan Aksa," ucap ayah Dewa.
"Apa hasilnya sudah keluar Yah? Bagaimana jika tuan Aksa bukan ayah Langit dan Bumi?" Tanya Devina.
"Mereka selamanya adik kamu dan anak-anak Ayah. Kita melakukan ini, hanya untuk mencari kebenaran dan keadilan untuk Langit dan Bumi. Mereka harus tahu keluarga mereka sebenarnya. Bukan berarti mereka pergi dari hidup kita."
"Devi mengerti Yah."
Maka disinilah Devina dan keluarganya berada. Di sebuah restoran bintang lima yang dipesan oleh tuan Aksa. Devina tidak melihat keberadaan Gilang. Tuan Aksa hanya ditemani istrinya. Sepertinya pemimpin Cakrawala Company tersebut tidak ikut dalam pertemuan malam ini.
"Ini hasil tes DNA kami. Belum Saya buka, biar kita mengetahuinya bersama-sama," ucap tuan Aksa. "Silakan Pak Dewa saja yang membukanya," ucap tuan Aksa lagi.
Entah mengapa Devina merasa ada sesuatu yang tuan Aksa sembunyikan. Pria paruh baya itu tidak terlalu senang saat tahu Langit dan Bumi kemungkinan putranya. Bukankah pria itu sebelumnya mengakui. Bahwa dia kehilangan istri dan kedua anaknya yang mengalami kecelakaan.
Ayah Dewa mengambil hasil tes tersebut lalu membukanya. Dia tidak begitu paham cara membacanya dan meminta Devina untuk ikut melihat hasilnya.
"Jadi apa hasilnya? Saya bukan ayah mereka, bukan?"
Devina terkejut mendengar ucapan tuan Aksa yang begitu yakin dengan hasilnya. Apa dia tidak berpikir akan menyakiti Langit dan Bumi dengan pernyataannya tersebut?
"Langit dan Bumi sembilan puluh persen putra dari Bapak Dewa Arga," ucap Devina.
"Apa maksud kakak?" Tanya Langit dan Bumi.
"Kalian adik-adik Kakak dan anak-anak Ayah. Ayo kita pulang!" ucap Devina.
Devina segera berdiri diikuti ayah Dewa, bunda Helen dan kedua adik kembarnya. Tidak lupa Devina membawa hasil tes tersebut. Dia tidak akan membiarkan tuan kaya raya itu melihat hasilnya.
Dibalik kemarahan Devina, tante Meri tersenyum senang. Rencananya berhasil. Dia tidak akan membiarkan ahli waris Cakrawala Company yang sebenarnya mengambil alih perusahaan.