Jingga yang sedang patah hati karena di selingkuhi kekasihnya, menerima tantangan dari Mela sahabatnya. Mela memintanya untuk menikahi kakak sepupunya, yang seorang jomblo akut. Padahal sepupu Mela itu memiliki tampang yang lumayan ganteng, mirip dengan aktor top tanah air.
Bara Aditya memang cakep, tapi sayangnya terlalu dingin pada lawan jenis. Bukan tanpa sebab dia berkelakuan demikian, tapi demi menutupi hubungan yang tak biasa dengan sepupunya Mela.
Bara dan Mela adalah sepasang kekasih, tetapi hubungan mereka di tentang oleh keluarganya. Mereka sepakat mencari wanita, yang bersedia menjadi tameng keduanya. Pilihan jatuh pada Jingga, sahabat Mela sendiri.
Pada awalnya Bara menolak keras usulan kekasihnya, tetapi begitu bertemu dengan Jingga akhirnya dia setuju.
Yuk, ikuti terus keseruan kisah Jingga dan Bara dalam membina rumah tangga. Apakah rencana Mela berhasil, untuk melakukan affair dengan sepupunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 : Malam pertama yang gagal
Lumayan kaki rasanya pegal, padahal resepsi hanya berlangsung setengah hari. Tamu-tamu sudah meninggalkan villa, yang tersisa tinggal saudara yang tinggal di Jakarta saja. Orang tua Bara sudah kembali ke Singapura, begitu pesta usai satu jam yang lalu. Dengan alasan sedang mengurusi bisnis mereka yang bermasalah, karena ada orang kepercayaannya yang melakukan penggelapan dana. Bagi Jingga itu merupakan satu keuntungan, ia tidak perlu bertingkah seperti seorang istri yang sesungguhnya.
Jingga memasuki kamar pengantin, yang telah di hias sedemikian rupa. Ada mawar merah berbentuk hati, di tengah-tengah tempat tidur berukuran king size. Sementara Bara, entah menghilang kemana? Mungkin, sedang menghibur Mela? Atau sedang bercengkrama dengan para sepupunya yang masih berkumpul di ruang keluarga.
Di dudukannya bokongnya di kursi rias, dan mulai membersihkan wajahnya. Membuka hiasan di kepalanya, lalu mengganti kebaya dengan baju tidurnya. Tak perlu mandi, tokh tidak akan ada malam pertama. Jingga membiarkan saja, kelopak-kelopak mawar bertebaran di kasurnya. Yang dibutuhkannya saat ini, adalah tidur.
Entah berapa lama Jingga tertidur, ketika ia merasakan sebuah pergerakan di dalam kamarnya. Di susul dengan sebuah benturan keras, dan umpatan seseorang. Matanya segera terbuka dan menemukan Bara yang sedang terduduk di sofa, dengan penampilan yang jauh dari kata rapih.
"Maaf, saya mengganggu tidur kamu" ucapnya, begitu melihat perempuan yang jadi istrinya telah terjaga dari tidurnya dan kini sedang melihatnya dalam diam.
Jingga turun dari tempat tidur, dan menghampiri Bara. Hilang sudah rasa kantuknya, berganti dengan rasa penasaran.
"Ada apa dengan bapak? Sepertinya pernikahan gak membawa kebahagiaan, bagi bapak" ucap Jingga.
"Tolong ubah panggilan bapak, sepertinya saya begitu tua di mata kamu" protes Bara, sembari memijat-mijat pelipisnya. "Panggil saya Mas atau hubby."
"Kita gak seakrab itu sebelumnya, mana berani saya memanggil seperti itu?"
"Kamu lupa, kita suami istri sekarang."
"Diatas kertas kita memang suami-istri, tapi pada kenyataannya kita hanyalah sepasang manusia yang sama-sama terjebak dalam pernikahan" sangkal Jingga pelan.
"Mungkin iya, tapi kamu setuju dengan ikatan ini" balas Bara menohok. "Apakah kamu menyesal?"
"Ada sedikit rasa kecewa, tapi sudah terlanjur terjadi" ungkap Jingga menaikkan kedua bahunya.
"Kamu tadi bertanya, apa saya bahagia? Tentu saja saya bahagia, ketika mommy menghadiahi mu perhiasan kesayangannya."
"Berarti bapak gak bahagia, tapi berpura-pura bahagia."
"Saya sangat menyayangi mommy, beliau wanita yang paling saya hormati. Pantang bagi saya melihatnya bersedih, melihat kelakuan saya yang gak patut."
"Oo...jadi demi beliau, bapak mengorbankan diri."
"Pengorbanan saya gak seberapa, di banding apa yang beliau lakukan. Jadi, jangan pernah meragukan pernikahan ini. Dan satu lagi panggil saya hubby, terdengar manis bukan?"
"Ish...norak banget!" ucap Jingga sembari membuang muka.
Bara bangkit dari kursinya, berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi. Tetapi sebelum membuka kamar mandi, ia tersungkur di depan pintu.
"Ah...!" pekiknya tertahan.
"Hubby, kamu mabuk!" tuduh Jingga, berlari menghampiri sang suami lalu membantunya berdiri.
"Hanya sedikit" sahutnya.
"Kenapa sih, laki-laki suka membenamkan diri dalam minuman keras? Kalau ada masalah, lebih baik di selesaikan tanpa harus mabuk-mabukan" gerutu Jingga kesal.
"Maaf, saya ikut merayakan kebahagiaan bersama para sepupu yang jarang-jarang ketemu. Mereka mengekspresikan rasa senangnya, karena saya akhirnya menikah. Dan kamu tampaknya seperti seorang istri yang marah karena suaminya kedapatan mabuk" seringai Bara tanpa malu. "Saya bahagia, sungguh!" lanjutnya dengan mata berbinar.
Tanpa sadar kedua mata mereka saling memandang, lalu secara perlahan bibir mereka hampir beradu. Tetapi tiba-tiba, Bara bangkit dengan terhuyung dan membuka pintu kamar mandi. Begitu sampai di dalam, ia memuntahkan isi perutnya. "Hoek...hoek...!"
Jingga menutup hidungnya, mencium bau menyengat dari muntahan Bara. Buru-buru ia keluar, dan meraba jantungnya yang berdegup tak beraturan.
'Bodoh... bodoh!' Jingga merutuki kelakuannya, kenapa ia sampai terbawa suasana akrab dengan Bara?
Bara keluar dari kamar mandi, tampaknya ia sudah membersihkan diri. Handuk putih melingkari pinggang rampingnya, dengan tetesan-tetesan air mengalir di atas perutnya yang kotak-kotak. Bara tengah mengusap-usap kepalanya dengan handuk kecil, terlihat otot-otot bisepnya menonjol. Sungguh, pemandangan sempurna dari seorang pria maskulin.
Jingga memalingkan wajahnya, malu kepergok tengah mengagumi keindahan tubuh suaminya. Sedangkan Bara terlihat tersenyum jahil, mendapati istrinya terpesona padanya.
"Kenapa berpaling?" tanya Bara menggoda. "Terpesona, eh!?"
"Ih, pake baju hubby! Apa gak dingin?" tanya Jingga sembari memejamkan mata.
"Untuk lelaki yang sedang bergairah, gak akan merasakan kedinginan" balas Bara, membukanya handuknya lantas berjalan menghampiri Jingga yang duduk di tepi pembaringan.
"Stop hubby!" pekik Jingga keras.
"Kenapa? Bukankah malam ini adalah malam pertama kita sebagai pengantin?" tanya Bara didepan wajah Jingga yang sudah memerah karena malu.
"Bisa kah di undur? Pernikahan kita, hanyalah diatas kertas...?"
"Siapa bilang?" tanya Bara memotong ucapan Jingga. "Kita menikah secara agama juga negara, maka ikatan pernikahan ini suci adanya."
"Tapi saya belum siap, hubby."
"Siap gak siap, kamu harus siap!?" tekan Bara dengan wajah mesum. Ia merangkak naik, dan mengungkung tubuh milik sang istri.
"OMG, mati aku!" pekik Jingga keras, matanya terpejam rapat dan tangannya menghalangi kedua payudaranya.
Bara benar-benar melaksanakan keinginannya, ia menyingkirkan lengan yang menutupi dadanya. Mencium bibir Jingga sekilas, lalu turun menyusuri tulang selangka.
Jingga benar-benar di buat panas dingin, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Bara telah mengambil first kiss-nya, dan akan menjadi lelaki pertama yang menidurinya.
"Tenang sayang, saya gak akan kasar" ucap Bara dengan suara lirih. Bibirnya dengan ahli, menyentuh titik-titik sensitif di tubuh Jingga.
"Ah...!" lenguhan pertama keluar dari bibir manis istrinya, membuatnya makin bernafsu. Lengan kokoh Bara berhasil menurunkan tali kecil, di pundak mulus Jingga. Maka terpampang lah sepasang bukit kembar yang masih tertutup bra warna hitam, cukup besar untuk ukuran tubuh Jingga yang kurus. Mata Bara seakan enggan berkedip, terpesona pada pemandangan di depannya. Terlihat putih bersih menantang kejantanannya, Jakun Bara naik turun, seiring dengan degup jantungnya yang berdetak liar.
Perlahan kepala berambut hitam itu turun, mensejajarkan bibirnya dengan dua bukit menonjol yang sedari tadi ingin ia manjakan.
"Eugh...!" Jingga menggigit bibirnya kuat-kuat, menjambak rambut Bara untuk mengalihkan rasa geli. "Please, don't stop it!" tanpa sadar, ia meminta dengan terengah.
Bara tersenyum cerah, tanpa diminta pun ia akan melaksanakan keinginan wanitanya. Tangannya menjalar ke sana-kemari, menjangkau apa yang dapat di raihnya. Geraman juga desahan saling bersahutan di dalam kamar, sebelum kemudian terhenti karena ketukan keras di pintu yang terdengar memaksa.
"Tok...tok...tok!"
"Bara buka pintu!" teriakan nyaring memaksa mereka, segera melepaskan diri.
Dengan cepat Bara bangkit dari atas tubuh istrinya, lalu melesat ke arah pintu yang tertutup. Setelah melihat tubuh Jingga hilang di balik pintu kamar mandi, barulah Bara membuka pintu.
"Ada apa?" tanyanya geram.
"Mela mabuk...!"
"Oh...shit!"
... ****...
Lanjut Ka Author jangan patah semangat..
Lanjut ka n ttp semangat 💪
kasian Jingga dah di hianati pacar sekarang suami'y
Lanjut Ka Author ttp semangat 💪
I like❤👍
menurut aku nie novel sangat bagus... aku suka tokoh Jingga yg tegas tak banyak drama kumenangis membayangkan...🤣ini mah berbeda tak sperti kbanyakan novel" lain yang hobi mainkan air mata..
Semangat Ka author moga success🏆💪
Sama Laki'y jga kaya punya rencana tidak baik..
Lanjut ka....
Lanjut ka Author ttp semangat