NovelToon NovelToon
Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Meindah88

Asmaralda, seorang gadis buta yang penuh harapan menikah dengan seorang dokter. Suaminya berjanji kembali setelah bertemu dengan orang tua, tapi tidak kunjung datang. Penantian panjang membuat Asmaralda menghadapi kesulitan hidup, kekecewaan dan keraguan akan cinta sejati. Akankah Asmaralda menemukan kebahagiaan atau terjebak dalam kesepian ???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.17

Abrisam duduk di tepi jendela, menatap langit yang mendung. Hati dan pikirannya saling tarik-menarik. Sudah beberapa hari ini ia berusaha keras mencari jawaban terbaik. Dengan berat, ia akhirnya memutuskan untuk menerima lamaran Hana, wanita yang telah lama menunggu jawaban darinya. Namun, ia masih belum bisa menentukan kapan ia siap untuk melangkah ke pelaminan. 

"Hana, saya bersedia untuk menikahimu," ucap Abrisam melalui telepon, suaranya terdengar ragu.

Di sisi lain, Hana yang telah lama menanti, merasa lega namun juga bingung karena Abrisam tidak kunjung menetapkan tanggal pernikahan mereka. 

"Kapan kamu siap, mas Abrisam?" tanya Hana, mencoba menyembunyikan kegugupannya. Abrisam menghela napas, "saya... saya masih butuh waktu untuk memikirkannya, Hana. Ini bukan keputusan yang mudah bagiku." 

Hana mengerti, namun di dalam hatinya ia merasa tidak tenang. Wajahnya yang semula berseri-seri perlahan memudar. Ia berusaha untuk tetap sabar, menanti Abrisam yang masih terbelenggu oleh ketidakpastian. 

Di dalam kamarnya, Abrisam terus berpikir, mencoba mengumpulkan keberanian. Ia tahu bahwa Hana adalah wanita yang baik dan tulus, namun ada bagian dalam dirinya yang masih terasa belum siap. Mungkin karena seorang wanita masa lalu dan disia-siakan. Abrisam berdiri, berjalan ke arah cermin dan memandangi refleksi dirinya. 

"Saya akan segera memberikan kepastian untuk kita berdua,"ucapnya di balik telepon, berharap akan segera menemukan kekuatan untuk menetapkan hari bahagia mereka.

Hana menyetujui dan tetap menuntut apa yang dijanjikan Abrisam padanya.

Hana dikenal sebagai wanita yang tegas dan langsung pada poinnya, tak suka berlarut-larut dalam ketidakpastian. Di tengah percakapan telepon dengan Abrisam, dengan suara yang bersemangat namun serius, ia menyatakan keinginannya untuk segera mendapatkan kepastian. 

"Baiklah, Mas. Hana menunggu jawaban itu dalam waktu dekat ini," ucapnya dengan nada yang menunjukkan ia tidak ingin ada lagi penundaan. 

Mengakhiri panggilan tersebut, Abrisam merasa kelelahan mental. Ia berjalan lesu menuju kamar mandi, berusaha menyegarkan kembali tubuh dan pikirannya yang terasa terkuras oleh beratnya situasi dan keputusan yang harus segera ia ambil.

Dalam kesendirian di bawah derasnya air shower, Abrisam sering berbicara kepada Ralda seolah-olah dia masih hidup, mengungkapkan penyesalannya yang tak terhingga. Dia harus menikah dan tidak ingin menggantung hubungan mereka, meskipun hatinya masih terikat pada kenangan bersama Ralda. Kesedihan Abrisam semakin dalam karena dia tahu, pernikahan ini bukanlah apa yang diinginkannya. Setiap tetes air yang mengalir di tubuhnya seakan membawa perasaan bersalah yang lebih dalam. Namun, sebagai anak tunggal, dia merasa bertanggung jawab untuk mematuhi keinginan orang tuanya demi menjaga nama baik keluarga, meski itu berarti mengorbankan kebahagiaannya sendiri. Dalam kesunyian kamar mandi itu, dengan suara air yang bergemuruh, Abrisam menutup matanya, membayangkan wajah Ralda, dan mengucapkan kata-kata yang tak pernah sempat terucap saat Ralda masih hidup, "Ralda, andaikan kamu masih hidup, saya tidak akan melakukan pernikahan ini. Saya sangat menyesali perbuatanku."

***

Setelah percakapan telepon yang kurang meyakinkan dengan Abrisam, Hana memutuskan untuk berbicara dengan kedua orang tuanya. Di hadapan kedua orang tuanya, Hana dengan tegas dan serius menyampaikan keinginannya agar Abrisam dan keluarganya tidak menunda-nunda lagi pernikahan yang telah direncanakan.

"Kali ini kita harus mendesak Abrisam dan keluarganya, Ma, Pa," ucap Hana, mencoba membangun keseriusan situasi yang ia rasakan.

Di matanya terpancar kekhawatiran akan masa depan hubungan mereka, serta ketakutan bahwa Abrisam mungkin memiliki alasan lain di balik sikapnya yang berubah-ubah itu. Meski demikian, Hana belum memiliki bukti konkret untuk mendukung kecurigaannya, namun intuisinya sebagai wanita yang mencintai memberitahunya bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

" Abrisam sudah keterlaluan, kita tidak boleh membiarkan ini berlarut-larut," tegas ayah Hana merasa kesal, lantaran putrinya seolah-olah dipermainkan oleh dokter Abrisam.

" Kita bisa bicara baik-baik dengan Rani dan suaminya, Mas. Kita akan menemukan jalan keluarnya.

"Tidak bisa, Mah. Mereka hanya menggantung putri kita tanpa keputusan yang pasti. Saya akan melakukan sesuatu yang akan membuat dokter sombong itu tidak bisa berkutik," gerutu Ayah Hana.

" Tapi Ayah, kalau mas Abrisam marah dan membatalkan pernikahan kami, bagaimana?" ucap Hana terlihat khawatir.

"Kalau Abrisam sampai membatalkan pernikahan kalian lagi, aku akan pastikan perusahaan ayahnya akan jatuh bangkrut. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan dariku." 

Mendengar itu, ada rasa lega dalam diri wanita cantik itu.

"Akhirnya, Ayah bisa berlaku tegas pada Abrisam, bukan hanya ancaman semata," gumamnya dalam hati. 

Hana merasa cukup beruntung karena Ayah selalu siap mendukung kebahagiaannya dan memberikan perlindungan dari orang-orang yang berniat menyakiti keluarganya. 

Namun, di satu sisi, ia juga khawatir akan dampaknya jika Ayah benar-benar melancarkan aksi balas dendam ini. Apakah perusahaan Ayah Abrisam benar-benar akan jatuh bangkrut? Apakah hubungan antara Ayahku dan Ayah Abrisam akan retak? Ia hanya berharap, semua keputusan yang diambil Ayah merupakan yang terbaik untuk kebahagiaan mereka semua.

***

Di ruang pribadinya, Hana tersenyum lebar, penuh harap dan cita-cita. Rencananya untuk bersanding di pelaminan bersama Abrisam kini semakin nyata di benaknya. Foto yang digenggamnya erat, ia usap dengan lembut, matanya bersinar saat memandangi wajah sang kekasih yang terabadikan di dalamnya. Hatinya berdesir gembira, seolah setiap sentuhan pada gambar itu bisa mendekatkan mereka menuju hari bahagia yang diidam-idamkan.

Hana menggenggam erat foto yang ada di tangannya, seolah ingin menyampaikan perasaannya kepada orang yang ada di dalam foto tersebut. 

"Maafkan Hana, Mas, jika Hana terlalu berambisi ingin memilikimu," lirihnya seraya menahan air matanya yang hendak menetes. Rasa cinta yang tumbuh di hati Hana terhadap pria itu semakin hari semakin besar dan membuatnya merasa seperti akan meledak jika tidak segera diungkapkan. 

"Ah, betapa tidak sabarnya Hana ingin bersamamu, Mas. Harus bagaimana Hana untuk meraih hatimu?" Hana merenung sejenak, berusaha mencari cara yang tepat untuk mendekati sang pujaan hati, namun dia juga tidak ingin terburu-buru. Hana menyadari bahwa kesabaran adalah kunci dalam menaklukkan hati orang lain, tapi bagaimanapun juga, cintanya semakin sulit untuk ditahan.

"Hana hanya ingin kamu, Mas. Hanya kamu yang ada di hati Hana, dan tak ada wanita lain yang boleh mendekatimu," gumamnya dalam hati, seolah seseorang. Rasa cemburu itu menyelimuti hatinya, membuatnya berpikir keras untuk menjaga perasaan dalam hati. "Jika ada wanita yang berani mendekati Mas, Hana tidak akan tinggal diam. Hana tidak akan membiarkan wanita lain merusak hubungan kita.

Tiba-tiba ras cemburu dan rasa takut akan kehilangan Abrisam menjadi satu. Pria yang sudah menjalani hubungan dengannya sejak lama tidak mudah ia lepaskan.

1
Rayta Nya Firman
double up thor
Desi Ragiel Nst
br eps ¹ . uda lgsung nusuk jatung thor..
Meindah88: terimakasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!