NovelToon NovelToon
Takdir Di Ujung Cinta

Takdir Di Ujung Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Irh Djuanda

Judul: Takdir di Ujung Cinta

Soraya adalah seorang gadis sederhana yang tinggal di sebuah desa kecil bersama ayah dan ibunya. Setelah ayahnya meninggal dunia akibat penyakit, keluarga mereka jatuh miskin. Utang-utang menumpuk, dan ibunya yang lemah tidak mampu bekerja keras. Soraya, yang baru berusia 22 tahun, harus menjadi tulang punggung keluarga.

Masalah mulai muncul ketika seorang pria kaya bernama Arman datang ke rumah mereka. Arman adalah seorang pengusaha muda yang tampan tetapi terkenal dingin dan arogan. Ia menawarkan untuk melunasi semua utang keluarga Soraya dengan satu syarat: Soraya harus menikah dengannya. Tanpa pilihan lain, demi menyelamatkan ibunya dari hutang yang semakin menjerat, Soraya menerima lamaran itu meskipun hatinya hancur.

Hari pernikahan berlangsung dengan dingin. Soraya merasa seperti burung dalam sangkar emas, terperangkap dalam kehidupan yang bukan pilihannya. Sementara itu, Arman memandang pernikahan ini sebagai kontrak bisnis, tanpa rasa cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengorbanan Sheila

Di dalam kamar Sheila datang dengan sebuah kotak berwarna merah marun di tangannya. Soraya yang baru saja naik ke ranjangnya, menatap heran dengan kehadiran ibunya dengan melihat kotak yang tak asing dimatanya.

Sheila mendekati ranjang Soraya dengan langkah pelan, wajahnya penuh keraguan. Kotak merah marun itu terlihat usang, seolah telah lama tersimpan di tempat yang jarang dijamah.

"Ada apa, Bu?" tanya Soraya, memiringkan kepala dengan penasaran.

Soraya jarang melihat ibunya membawa sesuatu dengan ekspresi seperti ini—campuran antara kesedihan dan harapan.

Sheila duduk di tepi ranjang, menatap kotak itu sejenak sebelum akhirnya berbicara,

"Kotak ini... sudah lama sekali Ibu simpan. Isinya adalah kenangan yang mungkin perlu kamu tahu."

Soraya mengernyitkan dahi. Ia tidak begitu mengerti maksud ibunya, tapi ia duduk tegak, mencoba mendengarkan dengan serius.

"Ibu dulu tidak ingin kamu tahu, karena terlalu menyakitkan. Tapi sekarang Ibu sadar, kamu berhak untuk mengerti semuanya," lanjut Sheila sambil membuka kotak itu perlahan.

Aroma kertas tua langsung tercium. Di dalamnya terdapat foto-foto, surat-surat, dan sebuah gelang kecil berwarna emas.Soraya mengambil sebuah foto udang dari dalam kotak itu. Matanya membelalak melihat sosok yang tak asing baginya. Sony, seorang pria yang paling dibencinya dan seorang wanita yang ada di sampingnya yang ia ketahui adalah ibu biologisnya.

Namun Sheila belum menyadari jika putrinya sudah mengetahui hal itu.

"Soraya"

Ucap Sheila lembut penuh kehati-hatian. Sheila menggenggam erat kedua tangan putrinya.

"Ini ingin memberitahu mu sesuatu" ucap Sheila.

Namun belum sempat Sheila berbicara, Soraya langsung memeluk erat tubuh Sheila dan terisak dipundak Sheila. Tentu saja Sheila merasa kebingungan hingga Sheila memaksa Soraya melepas pelukannya.

"Ada apa, Nak? Kenapa kau tiba-tiba menangis? " tanya nya cemas.

Soraya hanya menggeleng, Lalu kembali Soraya memeluk Sheila kali ini Soraya menyatakan semua yang ia ketahui.

"Soraya sudah tahu bu, Soraya tahu jika... Soraya bukan putri kandung ibu!" ucap Soraya

Sambil tak berhenti menangis. Sontak saja Sheila terperanjat Sheila terdiam. Kata-kata Soraya menghujam tepat di hatinya, membuatnya merasa tak mampu berkata-kata.

Tubuhnya gemetar, dan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia tak pernah menyangka bahwa kenyataan pahit ini telah lebih dulu diketahui oleh putri yang selama ini ia sayangi seperti darah dagingnya sendiri.

"Soraya..."

Sheila berbisik dengan suara serak, berusaha mengatur napasnya. Ia menatap mata Soraya yang memerah karena tangis.

"Sejak kapan kamu tahu?"

Soraya melepas pelukan itu perlahan, mengusap air matanya yang tak kunjung berhenti.

"Sudah lama, Bu. Soraya menemukannya secara tidak sengaja... foto ini... dan surat-surat itu. Tapi Soraya takut untuk bertanya. Soraya takut kalau Ibu akan menjauh... atau bahkan meninggalkan Soraya."

Air mata Sheila akhirnya jatuh. Ia menggenggam erat tangan putrinya, seakan tak ingin melepaskannya.

"Nak, Ibu tidak pernah, tidak akan pernah meninggalkanmu. Kamu tetap anak Ibu, apapun yang terjadi. Ibu yang membesarkan mu, yang melihatmu tumbuh... Kamu adalah bagian dari hati Ibu, Soraya. Tidak ada yang bisa mengubahnya."

Soraya menangis tersedu,

"Bu, jangan pernah membahas hal ini. Soraya tak ingin melihat mu menderita dengan mengingat masa lalu mu, Bu."

Ungkap Soraya, tentu saja Sheila terisak mendengar ucapan putrinya barusan. Sheila tak menyangka putrinya begitu mencintainya walau dia tahu jika dirinya bukan darah daging Sheila.

"Seharusnya aku tak berada di hadapan mu, Bu. Kenapa Ibu membiarkan ku hidup? Soraya tahu, setiap melihat ku, rasa sakit di hati ini akan terus ada. Soraya hanya mengingatkan Ibu pada hal-hal yang menyakitkan. Mengapa Ibu tidak menyerah saja, tidak meninggalkan Soraya dari awal?”

Kata-kata Soraya penuh rasa bersalah, membuat Sheila semakin terguncang. Dengan penuh kasih, Sheila memeluk putrinya lagi, kali ini lebih erat, seolah ingin memberikan semua kekuatan dan cinta yang ia miliki.

“Jangan pernah berkata seperti itu lagi, Soraya,” suara Sheila bergetar, namun penuh ketegasan.

“Kamu tidak tahu betapa berharganya kamu bagi Ibu. Kamu adalah cahaya dalam hidup Ibu, alasan Ibu bertahan saat dunia terasa begitu kejam. Ibu tidak pernah menyesal membesarkan mu. Tidak pernah.”

Soraya semakin terisak, merasa begitu kecil di tengah kasih sayang yang Sheila berikan.

“Tapi, Bu, kenapa? Kenapa Ibu mau menanggung semua ini? Bukankah lebih mudah bagi Ibu untuk melupakan semuanya, untuk hidup tanpa beban seperti aku?”

Sheila mengusap rambut Soraya dengan lembut, menatap wajah anak itu dengan mata yang penuh cinta.

“Karena cinta, Nak. Cinta yang Ibu rasakan sejak pertama kali menggendong mu. Ibu tahu kamu bukan darah daging Ibu, tapi kamu adalah anak Ibu dalam setiap cara yang penting. Ibu memilihmu, Soraya. Dan itu adalah keputusan terbaik dalam hidup Ibu.”

Soraya akhirnya membiarkan tubuhnya tenggelam dalam pelukan Sheila. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa dirinya benar-benar diterima, dicintai tanpa syarat. Dan meskipun rasa sakit dari kebenaran itu masih ada, ia tahu bahwa ia tidak sendiri.

Sheila mencium kening Soraya dengan lembut, berbisik,

“Kita akan melewati ini bersama. Masa lalu tidak akan mengubah siapa kita sekarang. Kamu adalah putriku, Soraya, dan Ibu adalah ibumu. Itu yang terpenting.”

Malam itu, di kamar yang kecil namun penuh dengan cinta, mereka berdua memutuskan untuk membangun kembali hubungan mereka, lebih kuat dari sebelumnya. Bukan berdasarkan darah, tetapi berdasarkan cinta dan pengorbanan yang sejati.

***

Soraya bangun lebih pagi, hari ini hari dimana Soraya cuti setelah beberpa bulan ia bekerja di perusahaan Arman. Soraya sengaja menyiapkan sarapan pagi untuk ibunya. Namun setelah selesai berkutat di dapur Soraya belum juga melihat ibunya keluar dari kamar.

"Ya ampun, tak biasanya ibu bangun telat"

Soraya mengelap tangannya yang masih basah oleh uap panci, lalu berjalan menuju kamar ibunya. Ia mengetuk pintu dengan lembut.

"Ibu? Sudah pagi, sarapan sudah siap,"

Panggil Soraya sambil mencoba mendengar suara dari dalam. Namun, tidak ada jawaban.

Rasa khawatir mulai merambat di hatinya. Sheila tidak pernah bangun terlambat, apalagi tidak menyahut. Soraya membuka pintu dengan hati-hati, sedikit mengintip ke dalam.

"Ibu?"

Soraya menemukan Sheila masih terbaring di ranjangnya. Wajah ibunya terlihat pucat, nafasnya terdengar pelan dan lemah. Panik, Soraya segera mendekat, menggoyangkan pelan bahu ibunya.

"Ibu! Ada apa, Bu? Bangun, Bu!" Soraya berseru cemas, matanya mulai berkaca-kaca.

Sheila perlahan membuka matanya, senyumnya samar tetapi penuh lelah.

"Ibu hanya merasa sedikit lemas, Nak... mungkin karena kurang tidur."

"Tidak, Ibu harus diperiksa! Ini tidak biasa," desak Soraya dengan suara gemetar. Ia bergegas mengambil ponselnya dan memanggil ambulans, meskipun Sheila mencoba menenangkannya.

Tak lama kemudian, ambulans tiba. Soraya mendampingi ibunya yang dipindahkan ke dalam kendaraan dengan penuh perhatian. Di perjalanan menuju rumah sakit, Sheila menggenggam tangan Soraya.

"Ibu tidak apa-apa, jangan terlalu khawatir, Nak. Ibu hanya butuh istirahat," ucap Sheila dengan suara lemah.

Namun Soraya tidak bisa menahan rasa takutnya.

"Ibu jangan bilang begitu. Ibu harus sehat, Soraya tidak bisa kehilangan Ibu."

Sesampainya di rumah sakit, dokter segera memeriksa Sheila. Soraya menunggu di luar ruang periksa, duduk di kursi dengan gelisah. Tangannya meremas-remas ujung jaketnya, pikirannya dipenuhi bayangan terburuk. Ia tidak pernah siap untuk menghadapi kemungkinan kehilangan Sheila.

Setelah beberapa waktu yang terasa seperti berjam-jam, seorang dokter keluar dan menghampirinya.

"Dok, bagaimana kondisi ibu saya?" tanya Soraya dengan gugup.

Dokter menghela napas sebelum menjawab, "Ibumu kelelahan berat. Stres dan kurang istirahat memperburuk kondisinya. Kami juga menemukan adanya tekanan darah rendah, jadi dia perlu menjalani pemantauan dan istirahat total untuk sementara."

Soraya mengangguk, merasa lega tetapi tetap cemas. Ia bertekad untuk menjaga ibunya lebih baik lagi. Saat ia masuk ke kamar tempat Sheila dirawat, ia melihat ibunya tersenyum lemah padanya.

"Maafkan Ibu, Nak," ujar Sheila.

Soraya menggenggam tangan ibunya erat. "Tidak ada yang perlu Ibu minta maaf. Mulai sekarang, biarkan Soraya yang menjaga Ibu. Jangan terlalu memikirkan hal-hal berat lagi, Bu."

Sheila tersenyum tipis, air mata menggenang di matanya. "Ibu beruntung memiliki kamu, Soraya."

Soraya menggeleng sambil menahan tangis. "Tidak, Bu. Soraya yang beruntung karena punya ibu sebaik Ibu."

Hari itu, hubungan mereka semakin erat. Soraya berjanji pada dirinya sendiri, apa pun yang terjadi, ia akan memastikan ibunya selalu bahagia dan sehat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!