zahra seorang wanita cantik yang sederhana menikah dengan alif. mereka menikah bukan dari hasil perjodohan namun mereka menikah karena mereka saling mencintai.
zahra pikir suami nya ialah suami yang setia, padahal ia menyembunyikan sesuatu dari nya.
bagaimana kelanjutan rumah tangga zahra dan alif, apakah zahra masih mau mempertahankan rumah tangganya demi anak nya atau lebih memilih pergi?
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isy_yuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
zahra dan sisil baru sampai di halaman kampung Zahra. zahra menarik nafas dengan pelan. ia berjalan ke rumah orang tuanya yang tidak terlalu besar.
"ma kok cepi ya? " tanya sisil mendongakkan kepala nya melihat sang mama
"mungkin kakek nenek ada di dalam. ini kan sudah sore pasti mereka baru pulang dari ladang. yaudah yuk " ucap zahra menggandeng tangan sang anak.
tok tok tok
Tak lama itu ada suara langkah dari dalam.
ceklek
"zahra "
"ibu.. " ucap zahra langsung memeluk sang ibu kandung. yah yang buka pintu ia lah ibu wati. yang tak lain ibu kandung zahra.
bu wati yang baru melihat anak nya membawa koper, ia berpikir pasti anak nya ada masalah. ia mengurangi pelukan sang anak. lalu menatap sang cucu.
"hay cucu nenek yang cantik. sini sisil gak kangen apa sama nenek hem? " tanya bu wati menundukkan badannya dan merentangkan tangannya lebar lebar , sisil langsung memeluk sang nenek.
Selepas melepas rindu. bu wati membawa cucu nya ke gedongan, lalu ia menatap sang anak.
"ayo nak kita masuk dulu" ajak bu wati. zahra menganggukkan kepalanya ia geret koper nya untuk masuk ke dalam.
mereka duduk di ruang tamu, sisil masih berada di pangkuan Sang nenek. zahra masih diam dan hanya melihat interaksi anak nya beserta ibu nya. sisil jika bersama ibu kandungnya sangat manja, beda dengan bu Marni ia sangat takut dengan beliau padahal ia juga nenek dari sang ayah
"bapak mana bu? " tanya zahra celingak celinguk melihat sisi ruangan
"bapak mu masih ada di dalam kamar mandi. kan kita baru dari ladang nduk" jawab bu wati sambil bermain dengan cucu nya. zahra menganggukan kepalanya.
Zahra melihat seisi rumah nya ternyata semua nya tidak berubah waktu ia meninggalkan rumahnya karena ikut suami nya. dan sekarang ia sudah kembali dengan luka di hati nya.
zahra memang kangen dengan suasana kampung halamannya. karena ia sudah 2 tahun tidak pulang. bagaimana mau pulang jika keuangan nya pas pas, jika pulang kan bisanya harus membawa oleh oleh, walaupun ibu dan bapak nya pernah bilang gak usah repot repot. tapi kan juga malu.
tak lama kemudian pak eko keluar dari kamar. pak eko kaget melihat anak dan cucu nya datang. ia menghampiri mereka, pak eko menengok ke arah kanan dan kiri. ia mencari di mana menantunya, tapi yang ia dapat ia melihat satu koper di dekat ujung.
lalu pak eko mendudukkan bongkongnya di dekat istrinya. sisil langsung mencium tangan kakek nya.
"sudah besar ya cucu kakek ini, cantik lagi" puji pak eko sambil menoel hidung sang cucu. sisil langsung tersipu malu.
"iya dong kek. cicil kan memang cantik cepelti mama" kata sisil
"iya iya. memang kamu kembaran mama mu. Oh iya sisil kekamar mama dulu ya. disana ada mainan buat sisil. coba lihat" kata pak eko. pak eko dan bu wati memang membelikan mainan buat sang cucu, mereka taruk mainan di kamar sang anak. karena jika mengirim ke alamat kontrakan zahra, sayang uang nya.
"wah yang benel kek. acik makaci kakek" sorak sisil dengan semangat ia langsung turun dari pangkuan sang nenek dan berlari menuju ke kamar mama nya yang masih single dulu.
selepas kepergian sisil. suasana di ruang tamu menjadi hening. bu wati menghampiri sang anak. ia genggam tangan sang anak dengan lembut.
pak eko terlebih dahulu menghela nafas dengan pelan. ia tatap dengan lembut sang anak.
"kamu ada masalah nduk? " tanya pak eko. ia menunggu jawaban sang anak. zahra masih diam sambil memainkan jari jari nya.
Bu wati melihat sang anak yang takut untuk berbicara. menggengam erat tangan putrinya.
"ceritalah nduk, ibu tau kamu tidak akan menceritakan aib keluarga mu jika itu masih bisa kamu tanganin. dengan kedatangan kamu dengan keadaan seperti ini. ibu tahu bahwa masalah itu berat" kata ibu wati dengan suara yang sangat lembut
Zahra yang mendengar penuturan sang ibu langsung menangis sejadi jadinya. bu wati kaget dengan tangissan anak nya yang memilukan. bu wati langsung menarik tubuh zahra masuk ke dalam pelukannya.
"hiks hikss hikss sakit bu. mas alif jahat bu hiksss hiksss.. sa.. sakit hiks" isak tangis zahra di pelukan sang ibu.
Bu wati dan pak eko saling padang, mereka sudah duga pasti masalahnya sangat besar. walaupun bu wati tidak mengetahui akar masalahnya ia juga ikut meneteskan air mata nya melihat kerapuhan sang anak.
.
di kampung lain ada pasangan suami istri yang lagi duduk santai di depan televisi.
"abang gak mau pulang hem? kasian loh di rumah abang. pasti di sana lagi repot nya" kata wanita tersebut
"sudahlah sayang biarin saja. aku males mendengar cerewetnya marni. pasti di sana mencak mencak " gerutu pria tersebut yang tak lain pak yusuf sambil mengelus perut buncit sang istri.
ya. pak yusuf menikah diam diam dengan janda di kampung sebelah. mereka bertemu waktu di kedai bakso. pak eko jatuh hati dengan elis karena kelembutan nya tidak seperti istri pertama nya.
"ini anak kita kayak nya lagi aktif aktif nya dari tadi bergerak terus" ucap pak yusuf dengan lembut.
"iya bang. padahal biasanya gak terlalu aktif. mungkin si dedek nya tau kalau ada bapak nya di sini" ucap elis dengan lembut.
"ohh jadi nya anak bapak ini lagi kangen sama bapak hem " kata pak yusuf sambil mencium perut buncit sang istri.
pak yusuf menegakkan badan nya lalu ia ambil uang yang berada di saku jaket nya.
"ini sayang, abang dapat bonus dari menjual tanah. " ujar pak yusuf meberikan uang sebanyak 10jt
"bang, uang ini apa gak bagi dua sama teh Marni. kayak nya abang harus bagi dua deh, biar adil." kata elis menatap sang suami di samping nya.
"gak usah sayang. itu buat kamu dan keperluan dedek bayi nya. marni kan sudah ada uang pensiunan dan uang dari alif. kalau soal kuliah maya , abang dan marni sudah menyisihkan jauh jauh hari" kata pak yusuf menjelaskan ke istri mudanya.
Jika bu marni sampai tahu dengan uang hasil bonus dengan menjadi makelar. pasti marni akan menghabiskan dengan secepat kilat. apalagi jika dia tahu kalau pak yusuf mempunyai istri muda yang sedang hamil pasti ia akan mengamuk.
hah tapi mau gimana lagi pak yusuf sudah jatuh hati dengan janda kampung sebelah apalagi elis bertutur kata dengan lembut beda dengan marni yang suka marah marah.