anak seorang tukang becak
Nisa adalah seorang anak sangat baik, namun sayangnya dia memiliki kehidupan keluarga yang sangat miskin, sehingga keluarga dari ibunya pun tak mau mengakui mereka karena merasa malu jika memiliki keluarga miskin seperti Nisa hingga dia harus di paksa dewasa oleh keadaan di kala usianya menginjak angka sebelas tahun Di usia yang terbilang masih sangat muda itu dia harus di paksa dewasa oleh keadaan di kala usianya menginjak angka sebelas tahun harus mengurus kedua adiknya yang masih kecil, dan merelakan masalah kecilnya yang tak seindah teman-teman yang lain, bapaknya hanyalah seorang pria tua yng bekerja sebagai tukang becak Namun kehidupan Nisa berubah setalah bertemu dengan seorang pria kaya raya tempat Nisa mengikuti sebuah kompetisi, akan kah hubungan mereka mendapat restu dari keluarga sang pria ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Tahun ini adikku yang paling besar akan masuk sekolah dasar, beruntung rumah kami sangat dekat dengan sekolah jadi kami hanya berjalan kaki saja, dan pastinya gratis biaya sekolah
Sedangkan aku masuk ke sekolah menengah pertama. Banyak orang orang di sana mengatakan kalau aku memiliki wajah yang sangat cantik, dan otak yang cemerlang.. dan yah, aku akui itu karna di antara semua yang ada di sana aku lah yang paling menonjol, dan aku memang memiliki nilai di atas rata rata
Dengan berjalan kaki sekitar dua kilo yang menguras sedikit tenaga dan waktu aku melalui nya saat pergi dan pulang sekolah, Jam pulang sekolah menjadi semakin lama aku selalu memikirkan Aulia adik bungsuku, Apalagi dia hanya sendiri di rumah, kadang bapak juga membawanya menarik becak
Menitipkan adikku di tetangga pun rasanya tak enak setiap hari, meski mereka tak keberatan namun tetap saja bapakku tak enak hati. Akhirnya bapak akan menarik becak setelah adikku arya pulang sekolah
Setiap hari aku ke sekolah, dan sepulang sekolah langsung mengurus adikku aku lanjut membersihkan rumah, mencuci pakaian dan memasak jika memang ada yang bisa di masak, tak ada waktu untuk bermain seperti anak-anak yang lain
Setelah bapak pulang menarik becak maka kami akan makan bersama, meskipun kadang dengan lauk telur rebus di bagi menjadi empat bagian, kadang juga cuma sambel terasi tapi kami tak pernah mengeluh, bapak bilang yang penting kita masih bisa makan saja sudah cukup
Dan yang terpenting kebersamaa itu yang utama, Karna bapak tak suka makan sendiri, dia selalu mengharuskan makan bersama. Pernah bapak tak makan hingga kelaparan hanya karena menunggu mbak dewi pulang sekolah
Sebenarnya kami punya seorang bibi.. nama nya bibi siska, kakak dari mendiang ibu kami. Namun kami tak terlalu dekat karna keluarga termasuk orang berada ,makanya dia agak sombong dan tak pernah menganggap kami kecuali mbak dewi
Ibuku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara.. kakak nya bernama bibi siska dan Bibi Ayu.. bibi ayu tinggal jauh di pulau Sumatra, Namun kami sebagai keluarga nya tak pernah tau dan tak pernah bertemu dengan keluarga bi ayu, Bukan karna tak mau, bibi siska Selalu saja mencari alasan jika bibi ayu datang ke pulau kami dan ingin bertemu kami
Bibi siska sangat egois, dia tak akan pernah mau memperkenalkan kami pada bibi ayu yang merupakan keluarga kaya raya di kota Sumatra... Begitu pun dengan kedua anak bi siska, terlihat sombong dan enggan bergabung bersama kami
Aku pernah dengar jika bibi siska tak pernah memberikan hasil uang bibi ayu yang di titipkan untuk kami. Tak apalah cuma tuhan yang tau. Namun aku juga merasa sangat kecewa pada bibi siska ,ketika kami bertamu ke rumahnya saat lebaran, kami menggunakan becak bapak, tapi bibi siska tak peduli pada kami begitupun anaknya karin dan Aura menutup hidung nya ketika adikku berusah mendekat dan mengusir adikku secara kasar meski dengan suara yang kecil tapi aku tetap bisa mendengarnya
Berbanding terbalik 1000% dengan keluarga bapak... Bapak merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara. Adiknya bernama bibi Sukma. Mereka tinggal di sebuah desa yang cukup jauh dari kampung kami. setiap tiga tahun sekali kami akan ke sana sekedar silaturahmi. Jika kami di sana, kami akan di layani bagaikan ratu, tak boleh mengerjakan apapun. Namun bapak Selalu berpesan agar kami harus membantu tuan rumah, kerjakan apapun baik itu menyapu, mengepel atau pun membantu untuk mencuci piring
Anak anak Tante Sukma pun begitu, mereka sangat baik, selalu mengajak kami jalan jalan, bermain dan tak lupa berbagi dengan kami. Bi Sukma dan suaminya memilliki sebuah kebun cengkeh dan tembakau. Setiap kali kami kesana, aku selalu membantunya untuk memetik cengkeh dan memotong daun tembakau secara halus kemudian menjemurnya
Bi Sukma tidak pernah membedakan antara anaknya dan kami ponakannya. Setiap kami ke sana pasti bi sukma selalu memberikan kami baju dan sepatu baru serta uang jajan yang tak sedikit. Memberi kami makanan yang enak
Pernah suatu waktu ketika kami pamit untuk pulang kembali ke kampung. Aku melihat bapak menitikkan airmata dan memeluk adik serta iparnya itu. Mungkin karna bapak sangat sedih, bagaimana tidak seorang kakak yang seharusnya membantu malah tak bisa apa-apa
Setelah kami pamit bi Sukma memberi kami oleh oleh serta bekal yang sangat banyak, hingga bekalnya bisa kami makan hingga sampai di rumah, anak nya juga memberi adikku mainan. Aku sangat bersyukur punya bibi dan keluarga seperti bibi Sukma
******
Tak terasa empat tahun setelah kepergian mbak Dewi, Kini kedua adik ku telah duduk di bangku sekolah dasar. Sementara aku masih duduk di bangku sekolah menengah atas
Kehidupan kami masih tetap seperti biasa, mengandalkan uang dari hasil menarik becak bapak, dan tetangga pun kadang masih memberi kami makanan.. namun untuk biaya sekolah untung nya aku mendapat beasiswa Jadi bapak tak terlalu memikirkan biaya sekolahku
Suatu malam ketika kami baru saja selesai melaksanakan sholat dan makan malam, kami duduk di ruang tengah sambil tertawa mendengar cerita adik bungsuku, terdengar suara ketukan pintu dan mengejutkan kami semua, Aku pun berlalu dan membuka pintu yang di ekori oleh bapak dan kedua adikku, Betapa senangnya kami melihat orang yang datang dan berdiri di hadapan kami
" Mbak Dewi".. aku langsung memeluknya dan kedua adikku pun ikut memeluk serta menangis karna sudah lama tak bertemu mbak dewi. Begitupun bapak yang tak bisa rasa bahagianya karna perasaan rindu yang sangat dalam pada anaknya
" Mbak Dewi apa kabar? Kenapa gak pernah ada kabar? Kita semu disini mengkhawatirkan mbak" tanyaku masih memeluk kakak yang sangat aku rindukan
" Maaf nisa, mbak gak bisa tinggal disini lagi, mbak cuma datang memberitahu kalau sekarang mbak udah jadi istri orang, Besok mbak juga harus kembali lagi ke sana, mbak udah seminggu di sini soalnya" jawabnya melepaskan pelukan kami
" Mbak dewi sudah seminggu di sini? tapi kenapa mbak gak pernah pulang ke rumah mbak? Apa mbak tau kalo bapak jatuh sakit karna memikirkan mbak yang gak ada kabar?"
" Itu karna bapak emang udah tua, makanya sakit-sakitan" Jawab mbak Wina enteng
" Udah ini mbak ada uang buat kalian" sambil melemparkan uang yang berada di dalam amplop ke lantai
" Tunggu nak, tapi suami kamu dimana? Kenapa dia tidak datang ke sini? Kami juga ingin mengenal suami kamu nak" Tanya bapak
"Ada di mobil, dia gak mau masuk, Dia jijik melihat rumah bapak yang reot ini, apalagi melihat anak-anak bapak yang dekil bisa mimpi buruk suami ku pak" ucapnya dan sedikit agak jijik melihat kami adik-adiknya
"DEWI...!!!! Jaga ucapanmu, mereka itu adik adik kamu tidak semetinya kamu berkata seperti itu pada mereka, Nisa... kembalikan uang pemberian mbak mu yang sombong itu"
" Tapi pak ...." Jawabku
" Udahlah pak ambil aja, kapan lagi bapak dapat uang sebanyak itu, dalam mimpi pun bapak juga gak akan sanggup" jawab mbak dewi
" Sayang, cepetan dong, banyak banget nyamuk di sini, jorok, bisa jamuran aku di sini" Ucap suami mbak dewi yang bernama Ardi yang muncul tiba tiba di arah pintu, tanpa menghormati dan menghargai bapak yang sedang duduk di depan nya
" Sabar dong sayang, ini juga aku udah mau pulang, kamu pikir aku juga betah apa lama- lama di rumah kumuh ini " jawab mbak Dewi
" Jadi ini bapak dan adik-adik kamu sayang? " Tanya mas Ardi
" Pak, Nisa ini suamiku namanya mas Ardi"
" Udahlah sayang ayo kita pergi " desak mas Ardi
" Oya Nisa, kamu mau gak ikut mbak? Nanti di sana kamu bisa kerja dengan mbak, kamu juga akan dapat duit banyak kayak mbak"
" Tapi mbak, aku gak tega ninggalin bapak dan adik-adik "
"Alaahhh... Peduli amat sama mereka, kamu tuh harusnya peduli sama diri sendiri aja, biar kamu tuh bisa kayak mbak, punya uang banyak, bisa perawatan, bisa jalan jalan kemana aja dan yang terpenting kamu bisa cari suami yang kaya seperti mbak. Gimana mau gak?" Nisa menatap bergantian kepada bapak dan kedua adiknya
"Maaf mbak aku gak bisa ninggalin bapak mbak"
" Yakin kamu gak akan nyesal Nisa? Tawaran mbak cuma berlaku sekali aja loh Nisa"
" Insyaallah nisa gak akan nyesal mbak, mungkin saja Nisa yang akan menyesal jika meninggalkan bapak dan kedua adik kita mbak"
" Dasar bodoh kamu nisa, ngapain kamu habisin masa muda kamu hanya untuk merawat bapak yang sudah tua dan adik-adik yang udik itu, kalau mbak mah ogah banget Nisa, kamu tuh cantik pasti akan dapat suami yang lebih kaya dari suami mbak"
"Astagfirullah mbak, mbak gak bol-"
"Sudah...!!!! Mbak gak mau dengar ceramah kamu Nisa, dasar udik.. bapak Sama anak sama aja bisa nya cuma ceramah" Tanpa pamit mbak dewi pun berlalu dan meninggalkan kami dan masuk ke dalam mobil sangat bagus itu
Jujur saja melihat bapak menangis hatiku sakit sekali, hingga aku pun menangis dan kedua adikku pun ikut menangis tanpa mereka tahu permasalahan nya