"Berhenti deket-deket gue! Tinggalin gue sendiri, kehadiran lo cuma buat gue lebih repot!" ~ Lengkara
"Aku gak akan berhenti buat janji yang aku miliki, sekuat apapun kamu ngehindar dan ngusir aku, aku tau kalo itu cara kamu buat lindungi aku!"
###
Alexandria Shada Jazlyn ditarik kerumah Brawijaya dan bertemu dengan sosok pmuda introvert bernama Lengkara Kafka Brawijaya.
Kehadiran Alexandria yang memiliki sikap riang pada akhirnya membuat hidup Lengkara dipenuhi warna.
Kendati Lengkara kerap menampik kehadiran Alexandria, namun pada kenyataanya Lengkara membutuhkan sosok Alexandria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon story_Mawarmerah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Ulah Shada
“Ada apa ini?” Tanya seorang pria menengahi.
“Gue jatuh ditubruk tuh anak!” tunjuknya pada Shada yang masih berada di belakang tubuh Lengkara. Sontak semua menatap sang pria, ia adalah Elangga ketua Bem di kampus ini dan begitu di segani semua anak-anak.
“Ditubruk atau_”
“Ketubruk itu ka!” Sela Shada berteriak.
“Tapi masalahnya lo gak punya tatakrama, paling enggak say to sorry karena lo hampir celakain orang malah nyelonong pergi gitu aja! Mana kayak nyengajain, bilang aja lo sengaja kan?”
“Wooh, Wohh… jangan fitnah dong! Kepedean juga mau gue tubruk, gue bukan banteng!”
“Tuh kan nih anak malah ngeyel bukannya minta maaf!”
Seketika keadaan kembali tak terkondisikan, sang gadis semakin berapi-api karena setiap jawaban Shada, ia seakan menantang dan tidak ada takut-takutnya sama sekali.
“Apa?”
“Apa juga?”
“Udah, udah!” pria bernama Elangga itu menarik Shada yang begitu gemas hendak dipukul sang gadis, lebih tepatnya Elangga dan Lengkara berada di dekat Shada sementara para panitia lainnya mencegat sang gadis yang semakin tantrum.
“Kasih gak tuh cewek sama gue, Elang!”
Pria bernama Elangga itu malah maju ke depan tubuh Shada, jelas jika ia melindungi Shada, Lengkara yang melihat itu sontak maju juga. Ia maju tapi bukan menyeimbangkan tubuhnya dengan Elangga, melainkan berdiri lebih depan.
“Maaf ka..” Sergah Lengkara menatap sang gadis “saya minta maaf sekali buat kegaduhan yang udah terjadi!”
Sang gadis diam juga setelah ucapan itu, ia menatap Lengkara dan Elangga yang berada di pihak Shada seolah melindungi Shada. Setelahnya Lengkara menoleh pada Shada. Gadis itu masih berdiri dibelakang tubuh Elangga.
Bahkan Shada menunduk ketika Lengkara menatapnya dengan tatapan peringatan. Lengkara berbalik untuk kemudian menarik tangan Shada dengan sempat-sempatnya beradu iris bersama Elangga.
“Permisi!”
Kata Lengkara benar-benar melerai serta meredam kegaduhan, membuat semua orang saling menatap berakhir dengan memperhatikan Lengkara yang masih menarik tangan Shada entah hendak kemana.
“Anchika lo ikut gue!”
Suara itu keluar juga dari Elangga, membuat beberapa panitia melerai dirinya karena ultimatum Elangga juga sebagai orang yang punya kendali.
“Kenapa malah gue yang kena?” Gadis bernama Anchika itu tentu tak terima “yang salah tuh si cewek it__”
“Ikut Gue!” Elangga menekan kata, hingga Anchika diam dan menunduk setelahnya, ia tentu kenal bagaimana perwatakan pria bernama Elangga yang dikenal cukup keras dalam kata kedisiplinan.
Kendati demikian, jangan tanyakan bagaimana kesal dan amarah yang Anchika miliki pada gadis yang sudah menaruh ribut dengannya.
Shada, nama itu jangan harap akan lolos begitu saja!
********
Sementara Lengkara masih menarik tangan Shada, melewati orang-orang disekitar koridor yang seketika menaruh atensi pada kehadiran Lengkara. Beberapa tatapan mata sontak tertuju pada Lengkara bukan hanya karena ia adalah Lengkara Brawijaya saja, melainkan posisinya yang kini menarik tangan Shada.
Shada yang tau jika dirinya diperhatikan malah tersenyum tak kentara, ia mendongak tak ayal mengangkat tangannya guna melambai pada orang-orang yang ia lalui, Sepercaya diri itu memang Shada.
Maka, ketika suara gaduh menyoraki dirinya Lengkara sontak menoleh kebelakang. Benar jika gadis itu berlaga bak seorang artis yang melewati keramaian. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Lengkara, sampai Shada berbalik dan segera melepaskan tangannya.
“Lo bener-bener yah!”
Di detik itu Lengkara kembali menarik tangan Shada bersamanya.
“Lengka kita mau kemana?” Akhirnya Shada bertanya juga, tapi seperti biasa tidak ada jawaban apapun dari Lengkara, apalagi pemuda itu cukup menunjukan sebuah kemarahan pada Shada.
“Lengka kalo kamu mau nunjukin aku ke semua orang mending jangan gini!”
“Apaan sih Shad?” Lengkara menoleh lagi, dan Shada tersenyum.
“Yah terus kamu sampe narik-narik tangan aku kelilingin kampus, gak lihat apa semua orang lagi natap kita?”
Lengkara melerai tangannya seketika, ia menatap ke sekitar benar jika ada beberapa orang yang memperhatikan dirinya.
“Lengka ke kantin yuk!”
“Lo masih mau ke kantin?” Tekan Lengkara dengan gelengan kepalanya.
Shada menunduk “tapi aku laper!”
“Nanti lagi makannya! Lo ikutin gue jangan protes” Lengkara melihat lagi ke sekeliling “Jangan aneh-aneh juga!”
Shada mendesis dan mengerucutkan bibirnya ”iya-iya!”
Keduanya pun kembali berjalan menyusuri kampus, lebih tepatnya Lengkara mencari tempat sepi untuk mereka berdua.
Pada akhirnya langkah Lengkara berhenti di sekitar Rooftop, memang sedari tadi ia berjalan mencari tempat kosong dan sesuai dugaan dirinya jika Rooftop adalah tempat yang cukup strategis.
“Lengka kita mau apa disini?”
Mendengar itu Lengkara sontak berbalik pada Shada “Lo masih tanya mau apa?”
Shada mundur ketika melihat wajah Lengkara memang cukup menunjukan kemarahan.
“Woah… galaknya, santai Lengka santai… Rileks tarik nafas kamu dan keluarin!”
“Alexandria gue gak lagi bercanda!” Tekan Lengkara lagi, “Apa yang lo fikirin sampai-sampai ngajak ribut senior di hari pertama masuk kampus?”
Shada menunduk juga mendengar ultimatum ini, melihat ekspresi dan bagaimana suara Lengkara menekan dalam setiap nada bicaranya cukup menunjukan jika Lengkara benar-benar marah padanya.
Kendati Shada sering bersikap absurd untuk membuat Lengkara bereaksi, tapi bukan berati Shada menganggap Lengkara enteng, dan apa yang terjadi sekarang cukup menunjukan bagaimana sisi ketakutan Shada pada Lengkara.
”Sekarang gue tanya! Lo beneran nubruk atau gak sengaja nubruk senior tadi?”
“Iya..” Shada mengangguk dalam tundukannya, ia memainkan jari-jemarinya terlihat prihatin.
“Terus kenapa gak langsung minta maaf malah ngechildes kayak tadi? Lo gak ngerasa salah?”
“Maaf!”
“Jangan minta maaf sama gue Shad! gue gak butuh justru lo, lo yang harusnya lebih selektif di tempat baru! Gimana kalo mereka sampai aneh-aneh sama lo, lo bisa tanggung semuanya sendiri nanti?”
Shada seketika mendongak, ada yang janggal dikata sendiri saat dulu Lengkara dan dirinnya selalu menegaskan semua hal dengan kata kita dan bersama. Tapi kini Lengkara tidak lagi mengatakan kita melainkan menangung sendiri-sendiri.
Ada apa, semua berubah?
“Lengka…”
Lengkara memejam mendengar panggilan lirih Shada padanya, ia enggan menatap Shada dan ekspresi gadis itu.
“Shad,,, kita gak bakal tau kedepan gimana, jadi bisa kan mulai dari sekarang lo perduliin diri lo dan pastiin kalo lo dalam koridor aman kedepannya? Buat kehidupan lo kedepan juga tentunya!”
“Iya… maaf”
Hening untuk beberapa saat…
Shada masih menunduk dan Lengkara juga sekan masih mengatur diri dan emosinya.
Krriiiiuuuukkkk….
“Oh… shit!” lirih Shada saat suara perutnya menagih untuk di isi makanan.
Lengkara pun berjalan untuk keluar dari Rooftop. Melihat Shada masih diam pemuda itu mengeleng “Lo masih mau diem disini?”
“Oh.. enggak,, tungguin aku!”
Shada pun bergegas menyusul Lengkara, seperti biasa gadis itu mengikuti langkah kaki Lengkara di belakang pemuda itu.
“Kita sekarang mau kemana?”
Diam, tidak ada kata apapun yang di lontarkan Lengkara, pemuda itu terus berjalan hingga langkah kakinya menuju papan bertuliskan area kantin. Shada berjingkrak seketika, kendati pemuda itu terlihat kasar dan kadang berprilaku seingin dirinya, tapi tak menampik jika Lengkara kerap menunjukan keperdulian dirinya dalam diam.
Ia tau jika Shada lapar sehingga memilih kantin sebagai tempat terakhirnya!
Siapa mengira juga jika di kantin Anchika dan teman-temannya sudah duduk menguasai meja.
“Itu si anak baru!” kata satu gadis mengkode Anchika.
Melihat raut wajah Anchika yang berubah semuanya tau jika Anchika menaruh kesal padanya.
“Lo baik-baik aja sama Elang?”
“Dari wajah gue, emang gue bisa baik-baik aja setelah dipermaluin tuh cewek? Si Elang juga bukannya bela gue malah tuh bela anak rese!”
“Seriusan?”
“Ya.. lo semua kalo jadi gue kesel, kan?” Semuanya mengangguk dalam bisik-bisik dengan Anchika, lalu gadis itu menambahkan
“Tapi tenang aja, karena gue udah punya banyak rencana buat tuh anak! Sampe kapan pun gue gak bakal lepasin dia sebelum dia berlutut bila perlu out dari tempat ini!”
“Woah… keras! Seriusan? Lo gak tau dia siapa?”
“Iya An,, orang Brawijaya yang gawanginnya!”
“Perduli apa sama Brawijaya! Gue tetep bakalan kasih dia pelajaran meski harus berurusan sama Lengkara sekalipun!”