Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Alana saja tidak tahu ntah sejak kapan Silas menurunkan celana dalamnya. Perlahan tubuh Alana naik dengan dibantu oleh Silas, perlahan tapi pasti salah satu jari Silas masuk kedalam liang Alana. Melakukan pergerakan yang membuat tubuh Alana merinding sepenuhnya, tatapan mata Alana tertuju pada Bella yang berdiri di samping mobil mereka.
Bella tidak akan melihat apa yang terjadi didalam mobil tempat tubuhnya bersandar. Wanita itu tidak tahu jika suaminya tengah menyentuh tubuh wanita lain. Wanita yang telah Silas cari selama lima tahun, penyebab ia menjadi tidak terkendali adalah Alana.
"Ohhh.. Hentikan, Silas!" Alana tidak mampu menahan tubuhnya lagi, spontan ia berpegangan pada pundak Silas.
"Ahhhhh..." Alana mendapatkan pelepasannya, ia ngos-ngosan sambil menatap Silas yang tersenyum sinis. Dibawah sana tangan Silas membuka resleting celananya, Siap-siap mengeluarkan juniornya yang sudah menegang.
"Ternyata sangat menyenangkan bermain disamping Bella bukan? Kau merasa tertantang tidak?" Tanya Silas sembari menggerakkan juniornya diliang Alana, mencipta rasa geli yang luar biasa.
"Kau gila, Silas! Kau suami tidak tahu malu yang pernah ada, aku benci padamu!" Ucap Alana, ia menahan suaranya disaat Silas mulai memasukkan juniornya. Tepat Alana duduk sempurna dipangkuan Silas terasa penuh sekali, sampai kepalanya mendongak.
Tapi hanya sebentar karena Silas kembali mengambil alih dagu Alana, ia suka menggempur wanita itu sembari mengecup bibir Alana yang sangat manis. Silas bergerak dari bawah secara perlahan berjaga-jaga agar Bella diluar sana tidak curiga mengapa mobil tersebut bergoyang.
"Ahhhh..." Alana menahan suaranya, ia takut kalau Bella mendengar suaranya. "Sialan kau, Silas!" Alana memaki Silas disaat pria itu meremas erat dua bongkahan miliknya.
Dimaki Alana tidak membuat Silas kesal melainkan semakin bersemangat. Bergerak pelan tapi penuh hentakan hingga membuat Alana terpejam sepenuhnya. Alana memang awalnya menolak dan takut tapi lama-lama ia mulai menerima semuanya. Bahkan secara tidak sengaja tubuh Alana ikut bergerak berlawanan dengan gerakan Silas.
"Ohhh.. shi*!" Silas mendesis, miliknya dijepit kuat didalam sana oleh Alana.
Tangan Alana memegang pundak Silas, bergerak semakin cepat sembari menahan kenikmatannya. Jika semua segera selesai maka Bella tidak akan lama menunggu, itulah yang Alana pikirkan.
"Terus, Alana.. Teruskan, aku mau sampai!" Silas memegang bokong Alana menambah kecepatannya dibawah sana hingga... booom!
Silas maupun Alana mendapatkan pelepasan bersama, pelepasan yang sangat dahsyat. Sampai Alana lemas, ia ngos-ngosan menikmati semburan didalam liang miliknya. Kembali Silas memindahkan Alana di bangku samping, memakaikan kembali celana dalam wanita yang sangat ia cintai itu.
"Aku suka dengan perlakuan malam ini, Alana. Awalnya menolak tapi lama-lama tubuhmu mengkhianati, itu yang aku suka." Ucap Silas, ia tersenyum sinis kepada Alana yang menatapnya tidak suka.
Disaat Silas ingin mengecup bibirnya langsung Alana menghindar, ia menyuruh Silas untuk segera pergi menemui Bella.
"Temui istrimu, cepat!" Alana enggan menatap Silas lagi, permainan singkat membuat tubuhnya lelah juga.
Silas merapikan penampilannya yang berantakan, sebelum pergi menyempatkan memberikan Alana cokelat yang terus ia selalu saja ada di dashboard mobilnya. "Tunggu aku disini, aku tidak akan lama. Jangan coba-coba kabur, Alana. Aku tidak akan mengampuni dirimu nanti!"
Segala peringatan Silas yang penuh ancaman itu mendapatkan anggukkan kepala saja dari Alana. Toh pun memang Alana tidak akan kabur, mengingat Silas semakin gila saja sekarang.
Bella sudah masuk kedalam Rumah sakit mungkin lama menunggu Silas yang tidak kunjung datang. Silas turun dari mobil, ia terus melihat Alana yang menatapnya juga.
"Berjanjilah jika kau akan menungguku disini, Alana.." Pinta Silas seolah tidak akan tenang jika tidak mendapatkan janji itu dari Alana.
"Aku janji.." Asal saja Alana mengatakan itu agar Silas segera pergi, Alana malas melihat atau berbicara lagi dengan Silas.
Barulah Silas menutup pintu mobil secara perlahan, ia mulai berjalan memasuki Rumah Sakit. Sebenarnya hal apa yang membuat Bella sangat panik, apa yang terjadi dengan putrinya?
~
Dari kejauhan Silas melihat Bella yang tengah duduk didepan ruangan dimana Kiara ditangani. Sebenarnya Kiara sangat sering masuk ke Rumah sakit karena mengalami ketidaksempurnaan kesehatan. Yaitu sakit jantung parah, terkadang jika keasikan bermain bisa membuatnya terkapar di Rumah sakit seperti yang sempat terjadi.
"Bella.." Panggilan Silas membuat kekuatan Bella seolah kembali, langsung Bella berlari menuju Silas. Memeluk Silas sangat erat seolah suka karena Silas datang, ia menjadi sangat lega. "Apa yang terjadi dengan Kiara?" Tanya Silas disaat melera pelukan erat Bella.
"Dia kelelahan, dan terus mencarimu. Kau kemana saja tidak kembali kemarin, aku mengkhawatirkan dirimu, Silas." Ucap Bella, ia menuntut jawaban dari Silas.
"Ada urusan penting tentang Kantor, aku tidak bisa mengabaikan semua urusan itu." Tentu saja Silas berbohong, ia mengalihkan pandangannya ke arah ruangan dimana Kiara ditangani.
Bella merasa sedih sebenarnya, jarak masih ada diantara mereka. Padahal wanita yang sangat Silas cari tidak kunjung ketemu meskipun sudah lima tahun. Tapi, Bella belum berhasil mendapatkan cinta dari Silas.
"Apa kau tidak pulang karena tersinggung dengan ulahku kemarin?"
"Ulah apa?" Silas malah bertanya semakin membuat Bella bingung, jelas-jelas dua hari yang lalu Bella menggoda Silas dengan memakai lingerie. Tapi, pria itu tidak tergoda sama sekali malah menatapnya datar.
"Aku hanya ingin mendapatkan jatah batin darimu, Silas. Aku mohon, berikan nafkah itu padaku.."
"Tidak akan, Bella. Menikahimu saja sudah sangat mengkhianati cintaku pada Ana, apa lagi jika aku sampai menyentuh tubuhmu.. apa yang akan aku katakan kepada Ana nanti?"
Selama lima tahun menjalani pernikahan Alasan Silas tidak mau menyentuh tubuhnya adalah karna wanita yang bernama Ana.
"Aku minta maaf soal ulahku, aku janji tidak akan memaksamu untuk memberikan aku nafkah batin." Bella merayu, ia menyakinkan Silas untuk pulang ke Mansion.
"Kiara kesepian jika tidak ada dirimu, dia terus mengkhawatirkan Papanya. Apa kau tega terus membuat Kiara menunggu?" Bella tahu jika Silas sangat menyayangi Kiara meskipun bukan darah dagingnya.
Menurut Bella satu-satunya cara membuat Silas tetap berada di sisinya adalah Kiara. Meskipun Bella merasa benci kepada darah dagingnya sendiri karena hasil pemerkosaan, tetap saja Bella menggunakan peran Kiara sangat baik.
"Baiklah, aku akan sering pulang agar Kiara tidak sedih. Tapi, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, Bella."
"Apa?"
"Aku memiliki sekretaris yang sangat bersedia untuk menjaga Kiara, setidaknya selama kau bekerja ada Sekretarisku itu menemani Kiara...."
"Jika itu terbaik untuk Kiara, aku setuju, Mas.." Sela Bella, padahal Silas belum selesai bicara.
Silas tersenyum mendengar apa yang Bella katakan. "Bukan demi kebaikan Kiara, melainkan demi kebaikan aku." Gumam Silas didalam hati.
~~
Sungguh biadap kau Silas! Ehem, maaf ya agak hot, karena novel yang aku tulis memang seperti itu ya kawan. Hot, kalau tidak suka mohon jangan merusak retensi dengan menumpuk bab😉