Kelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia 7 tahun. Mendengar kabar itu, pemerintah INTI langsung turun tangan dan mengirimkan Pasukan 13 untuk membawanya ke Negeri Nitmedden. Namun Raja Charles menitahkan untuk tidak membawa Gara dan menjamin akan keselamatan bangsa Supernatural. Gara mengasingkan diri ke Akademi Negeri Danveurn di wilayah Astbourne untuk memulai pencarian jati dirinya.
Akankah Gara mendapatkan jati dirinya? Bagaimana kehidupan asramanya di Akademi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cutdiann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER O9: A PROMISE BETWEEN TWO BOYS.
Setelah melakukan pemanasan, mereka mulai sibuk dengan kegiatan sendiri. Bersantai kata Mr. Chairoz, karena ini hari pertama untuk kami, tapi kenapa rasanya aku ingin menjelajahi tanah lembah Astbourne lebih dalam?
Aku bangkit dari duduk, berniat menghampiri guru yang juga sibuk dengan menguliti batang pohon untuk dijadikan sebuah kayu. Tapi seseorang menghentikan langkahku, itu Chlea.
"Mau kemana?" Tanyanya.
"Meminta izin Mr. Chairoz, aku ingin berkeliling di sekitar sini."
"Untuk apa melelahkan diri? Lihat kakimu yang seperti agar-agar itu masih bergetar karna lari tadi. Lebih baik kita istirahat saja" sarannya sambil melihat-lihat kakiku.
"Aku tidak begitu lelah."
"Yasudah-"
"Tidak ingin ada yang menemanimu?" Selena muncul dari balik Chlea, ikut bersuara. Sebenarnya aku tidak perlu ditemani. Aku hanya berkeliling di sekitar sini, tidak jauh. Dan aku hanya menggeleng sambil tersenyum pada mereka.
"Pergilah, kami akan ada di lapangan tanding" kata Ardan. Aku mengangguk, dan pergi begitu saja meninggalkan mereka. Saat aku tiba di depan Mr. Chairoz, ada banyak kayu yang sudah dikuliti dan siap untuk dipotong di sampingku. Kerja guru benar-benar cepat. Tidak heran kenapa orang dewasa bisa mendapatkan uang dengan mudah.
"Mr. Chairoz, aku ingin meminta izin" kataku disela-sela kegiatannya. Dia menegakkan tubuhnya, mengusap beberapa keringat yang ada di keningnya ketika melihatku hadir.
"Untuk apa?"
"Aku ingin berkeliling sekitar sini" jujurku.
"Kau yakin hanya di sekitar Akademi?"
"Iya."
"Hm, kau boleh berkeliling. Namun jangan sampai terlarut dalam hutannya. Aku sudah memberi tanda batas di sana, jangan sesekali melewati tanda batas itu."
Aku bertanya, "Apa yang akan terjadi jika aku melewati batas tanda itu?"
"Khusus untukmu, mungkin pasukan INTI akan tau kau ada di sini. Daerah tanda batas itu berdekatan dengan tebing sungai. Lagipula kita tidak akan tau sifat Hybridmu kapan munculnya. Tidak lama tadi ayahmu mengirimkanku pesan lewat Pack Link, INTI menjadi gila karna tau kau menghilang dari Alberta. Jadi jangan melewati tanda batas itu kecuali saat sedang bersamaku" Mr. Chairoz menjelaskan.
"Ayah baik-baik saja?"
"Iya, lagipula raja Northcliff melindungi Damian dari ayahnya sendiri. Kau tau 'kan raja Andromeda tidak menyukai ayahmu?"
Aku hanya mengangguk, lagipula ia benar. Kakek Andromeda tidak pernah menyukai ayah lagi karna paman Roberto. Memang aku tidak tau masa lalu seperti apa yang ayah alami.
"Terimakasih guru, aku tidak akan lama."
Aku pergi dari hadapan guru, dan berjalan pelan menuju jalan setapak untuk lebih memasuki hutan. Lalu, aku melalui sebuah jembatan dan berhenti untuk melihat belahan yang sama seperti di bagian depan Akademi. Retakan ini begitu mengertikan.
Kemudian, ketika aku hendak mengeluarkan degger pemberian kakak unyuk menemaniku, tiba-tiba suara Edward ku dengar tepat di belakangku.
"Apa yang akan kau lakukan dengan benda itu?" Tanyanya.
"Bukan urusanmu."
"Kau membuatku kesal. Katakan atau akan aku bilang pada Mr. Chairoz bahwa kau punya senjata tajam" ancamnya.
"Kau bilangpun ia tidak akan menegurku" aku menatapnya serius.
"Oh ya aku lupa, pangeran" ledeknya sambil tertawa.
"Sudah selesai?"
Perlahan Edward berhenti tertawa sambil menatapku balik. "Kau punya masalah denganku?"
"Justru aku yang seharusnya bertanya. Apa masalahmu denganku?"
"Kau begitu angkuh, caramu berjalan dan menatapi rakyatmu. Itu masalahku."
"Kau bahkan belum melihat caraku melempar pisau ini, bagaimana kau bisa simpulkan seperti itu?" Tanyaku.
Edward mendekatiku, "Ayo kita buktikan. Akan aku ajak kau berkeliling hutan."
Saat dia hendak merangkul ku, aku langsung menepis tangannya dan berbalik badan, kembali melanjutkan perjalanan.
Kami berjalan kearah yang berbeda dari hutan terbuka. Ada banyak tapak jalan, kurasa hutan ini memang sudah dikuasai murid-murid terdahulu.
Edward menuntunku masuk semakin dalam ke hutannya. Sampai aku tidak bisa melihat jembatan yang menyeberangi kami tadi.
Edward berhenti mendadak, dan berbalik. Membuat aku refleks menghentikan langkahku. Kenapa dia melihatku dengan tatapan tidak suka seperti itu?
Lalu dia mendorongku sampai aku nyaris terjatuh, "Kenapa kau datang ke tempat ini? Harusnya Mr. Chairoz dan guru-guru lain tau soal kau!"
"Apa maksudmu?"
"Jangan berpura-pura tidak tau" dengan langkah cepat Edward menghampiriku, lalu memukul wajahku tepat didekat mataku hingga aku benar-benar terjatuh. Tentu, rasanya sakit. Tulang pipiku yang dipukulnya seperti terbakar. Edward bahkan berdiri di atasku, duduk di atas perutku, dengan tangannya yang menggenggam kerah bajuku.
"Kenapa kau memukulku?" Tanyaku.
Edward yang terlihat sangat marah langsung membanting-banting kepala belakangku ke tanah, hingga beberapa kali. Setelah dia puas, dia mengangkatku lagi, "Karna kau pantas mendapatkannya!"
"Katakan dengan jelas" ucapku seraya menahan sakit di kepala bagian belakang.
Dengan nada yang berbisik, aku mendengar dia berkata, "Kau anak Hybrid itu 'kan?"
Tepat saat itu, aku pun terdiam. Edward tau soal diriku. Bagaimana dia bisa mengetahuinya?
"Bagaimana kau bisa tau soal aku?"
"Hah, seluruh rakyatmu di Angkara pack sudah tau soal itu sejak lama! Saat kali pertama kau mengunjungi Angkara pack! Beritanya sudah tersebar. Dan kudengar, seluruh pack yang ada dibawah kekuasaan raja Andromeda, sudah tau soal kau!"
Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?
"Yang lain tau?" Tanyaku. Dengan maksud tertuju pada murid-murid lain di clanku
"Mereka tidak tau, karna mereka dari pack yang berbeda dan jangkauannya juga jauh. Berita itu mungkin belum sampai di telinga orang-orang sana. Tapi cepat atau lambat, mereka tau! Lalu setelahnya apa yang akan kau lakukan?! Ikut tumbuh di sekitar kami sebagai pangeran kerajaan?! Ikut tumbuh disekitar rakyatmu sebagai calon penerus tahta?! Apa kau tidak bisa berpikir, apa yang sedang kau lakukan sekarang?!" Edward sangat emosional, sampai ujung matanya mengeluarkan titik-titik air. Kenapa dia harus menangis, di sini seharusnya aku lah yang berada diposisi itu. Menyesal, dan menyalahkan diri.
Oh, dia bergetar ketakutan.
"Aku tidak benar-benar seorang Hybrid, kau juga tau itu, kau bisa merasakan kalau jiwaku masih murni seperti manusia. Aku perlu mencari jati diriku. Berikan aku waktu, sampai umurku empat belas tahun. Dan aku tidak akan pernah memunculkan diriku di depanmu juga di depan orang-orang yang kukenal" ucapku mengingat kata-kata pemimpin pasukan INTI.
"Kau bercanda?!" Edward membantingku ke tanah lagi, sampai aku benar-benar bisa melihat wajahnya di atas wajahku. Jaraknya jauh, sampai cahaya langit di sekeliling wajahnya tampak begitu indah. Lihatlah, serigala di depanku begitu khawatir.
"Aku tidak punya tempat lain. Akademi ini adalah satu-satunya tempat untuk aku mengasingkan diri dari INTI. Berikan aku waktu" ucapku sambil menatap manik mata Edward.
"Jawabannya ada di hasil kita berkelahi. Lawan aku sekarang."
Tidak perlu untuk mendengar Edward menyelesaikan kalimat, aku langsung menggunakan tanganku untuk mendorongnya. Aku berdiri, dan menjatuhkan degger ku ke tanah.
"Siapa jatuh terlebih dahulu, itu yang menang, dan perkataannya harus di kabulkan."
Saat itu Edward menyerangku. Tentu, aku tidak akan berbohong soal kekuatannya. Dia memang memiliki tangan yang kuat. Caranya mengayun-ayunkan kepalan tangannya, menggambarkan bagaimana dia sangat membenci kehadiranku ditempat ini.
Aku juga harus egois soal diriku sendiri. Aku tidak ingin pergi, sampai aku benar-benar sudah menyiapkan diri untuk merusak INTI.
Biarkan aku tinggal untuk sementara waktu. Dan biarkan aku pergi jika waktunya telah tiba. Aku tidak ingin ada yang menghentikanku disaat-saat seperti itu.
Edward jatuh ke tanah, karna aku memukul dadanya dan menendang perutnya. Aku tau, sebenarnya itu akan membuatnya kehilangan nyawa. Tapi tentu kekuatanku tidak seperti kekuatan orang dewasa. Dia mungkin hanya akan memuntahkan sisa-sisa makanan yang ada di perutnya.
Aku berdiri di atas tubuh Edward, lalu duduk di atas perutnya juga. Aku memukul pipi kirinya sampai memiliki bekas merah di sana. Aku juga membanting kepala bagian belakangnya sekali. Seperti yang ia lakukan padaku.
Melihatnya, aku jadi bertanya-tanya, dimana Edward yang aku kenal?
"Sesuai perkataanku, apa yang kau inginkan?"
"Berikan aku waktu sampai umurku empat belas tahun. Jangan katakan soal aku pada yang lain. Dan, jadilah temanku."
"Jadi temanmu, kau bercanda?" Edward tertawa, meledekku. "Bunuh satu rusa, dan aku akan jadi temanmu."
Aku tersenyum, dalam arti juga meledeknya, "Jadi benar, harga rusa di pasar sangat mahal?" Aku bangkit dan membantu Edward berdiri.
"Ingin ku pukul?" Tanya Edward.
"Ingin ku bunuh?"
"Kau tidak akan bisa melakukannya."
"Tunggu sampai aku mau berbuat dosa" kataku sambil mengambil deggerku.
Kami berjalan semakin memasuki hutan, tentu saja mencari rusa untuk Edward.
"Aku penasaran soal sifat Hybrid itu. Kau pernah merasakan sesuatu?" Tanya Edward.
"Tidak, sama sekali. Aku tidak pernah merasakan hancurnya tulang-tulangku, aku juga tidak merasakan panas di tenggorokanku. Hanya saja, sesuatu selalu membakar kulit telapak tanganku" aku menunjukkan tangan kananku pada Edward. Anehnya, ada sesuatu di sana.
"Garis melengkung itu sempurna. Warnanya juga seperti kulit sehabis dibakar. Aku tidak pernah tau soal itu. Mungkin itu tanda-tanda kebangkitan sifat Hybridmu" Edward memperhatikan telapak tanganku dengan seksama. "Atau ini adalah simbol Hybrid?"
"Ku dengar simbol Hybrid terdahulu berada di punggungnya."
"Mungkin dunia Supernatural clan sekarang punya Hybrid dengan simbol di telapak tangan kanannya" Edward tertawa, juga membuat aku tersenyum. Lelucon seperti apa itu.
"Jangan sampai kau membuat clanmu sendiri sebagai mangsamu, bahkan, janganlah kau memangsa siapapun di dunia Supernatural clan. Janji padaku" Edward menatapku sangat serius. Aku tau, pembicaraan kali ini memang serius. Langkah kaki bahkan tidak membuat kontak mata kami teralihkan.
Itu yang diminta Edward dan semua orang saat ini. Aku juga menginginkan hal yang sama.
"Ini janji antar laki-laki" ucapku tegas.
"Sekali kau melanggar, aku tidak akan segan membunuhmu."
"Aku tidak takut mati."
Tiba-tiba, seekor rusa dewasa berjalan di depan kami. Rusa itu besar, seekor rusa jantan.
Edward bersiul, "Aku akan menonton aksimu."
"Hm, aku juga tidak butuh bantuanmu. Datanglah saat aku memanggil" aku mengambil ancang-ancang untuk melempar degger ku. Sangat tidak mungkin makhluk itu akan mati begitu saja. Mungkin aku harus menyayat perutnya, atau melukai lehernya. Ilmu berburuku buruk sekali.
Lalu, aku melempar degger ku dengan tenaga penuh. Berharap pisau itu mengenai tubuhnya.
Benar, pisau itu berhasil mengenai perut sang rusa. Tapi lihatlah, rusa itu tidak bereaksi banyak. Dugaanku benar, rusa dewasa itu berlari ke arah lain dari kami. Dia tidak akan mati begitu mudah.
Aku segera meninggalkan Edward, mengejar rusa dewasa itu yang larinya sangat cepat daripada aku.
Seberapa lama aku harus mengejarnya yang semakin jauh dariku. Tidak mungkin bisa aku meraihnya. Dia terlalu cepat. Bercak-bercak darahnya yang berserakan di tanah membuatku berhenti mengejarnya.
Aku lelah. Tapi dengan jejak darah ini, aku akan menemukannya.
Mataku memberat, tidak tau kenapa. Lagi-lagi suara itu terdengar di telingaku. Aku menggelengkan kepala, mencoba mengusir suara itu dari pikiranku. Namun, suara itu semakin lama semakin jelas. Seperti sangat dekat denganku. Suara aneh yang membisikkan sesuatu, namun aku tak mengerti apa yang ia bisiki.
Dan aku tersadar dengan tenggorokanku yang tiba-tiba mengering. Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Bercak-bercak darah di tanah membuatku semakin ingin melihatnya lebih dekat. Aku hanya bisa terduduk dan menyentuhnya dengan jari-jariku. Warnanya merah segar. Aroma itu juga semakin kuat dipenciumanku.
Aku langsung kembali berdiri, berjalan pelan mengikuti bercak darah di tanah. Tubuhku menjadi sangat aneh. Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tubuhku seperti memanas. Aku jadi ingin merusak sesuatu begitu intens. Penglihatanku berubah seketika. Rasanya waktu menjadi begitu lamban, binatang-binatang yang ada disekitarku bergerak begitu lambat.
Apa yang sedang terjadi? Aku harus kembali ke Mr. Chairoz, dan mengatakan tentang hal ini. Mungkin aku sedang sakit.
Aku berjalan terus sampai menemukan rusa dewasa itu tengah berhenti menjilati perutnya yang mengeluarkan banyak darah. Degger ku pun masih tertancap di perutnya yang besar. Rasanya aku ingin mengoyak perut itu, sampai semua isinya keluar, sampai darah yang sedang kuperhatikan ada di tanganku.
Ada apa dengan pikiranku saat ini?
Ketika aku berjalan mendekat, rusa itu menyadari kehadiranku. Dia berlari, dengan gerakan yang lambat. Hal itu memudahkan aku untuk menangkapnya. Setelahnya, aku berlari dan menerkamnya. Perut lemah itu yang menjadi incaranku. Tidak tau kenapa, aku hanya menggigit perutnya dengan gigiku. Sengaja atau tidak, darahnya masuk ke mulut.
Rasanya dingin. Mulutku tidak terasa panas lagi. Seperti sedang meminum air jernih. Namun rasanya benar-benar berbeda. Rasa ini belum pernah ada di lidahku sebelumnya.
Aku berhenti, lalu mencabut pisauku diperutnya. Aku menancapkannya tepat dikaki, beberapa kali terus menusuk kaki itu, sampai dia terjatuh. Entah kenapa, aku benar-benar ingin mengoyak habis-habisan perut rusa ini. Dan aku pun melakukannya.
Rusa itu mangsamu.
Bisikan terdengar dipikiranku. Aku terus menusuk-nusuk degger ku diperutnya. Dan dengan mudah, mengoyak seluruh perutnya hanya dengan sekali gerakan. Rusa itu benar-benar mati sudah. Aku telah membunuhnya. Dan akupun tau, Edward berada di depanku saat ini. Dengan wajahnya yang kaku melihat aksiku. Lihatlah, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah ini.
"Bagaimana aksiku, kau suka? Atau kau ingin melihat lebih dari ini?" Aku mencabut degger dan membuka belahan perut rusa ini yang sudah aku koyak. Seperti sungai, darahnya keluar begitu saja.
Tanpa alasan, aku membuat tangan kananku yang sedang memegang degger dibaluti oleh darah rusanya, lalu aku menjilati jari-jariku beserta degger ku yang penuh dengan darahnya. Dan begitu saja, aku membuat Edward melihatku seperti itu.
Edward berdiri, memasang wajah terkejutnya. Kenapa dia begitu terkejut? Bukan kah ini yang ia ingin lihat? Atau dia ingin merasakan darah rusa yang sedang ku minum?
Aku juga tidak peduli, dari awal niatku memang pada darahnya. Tenggorokanku kembali seperti semula, berkat darahnya. Aku hanya terus membasahi tanganku dengan darahnya, lalu menjilatinya. Seperti itu beberapa kali sampai Edward berjalan mendekatiku.
Dia menghentikan tanganku. Wajahnya juga masih sama. Apa yang sedang ia lakukan.
"Apa yang sedang kau lakukan, Gara."
Saat itu sadar, apa yang sedang aku lakukan? Kenapa aku menjilati tanganku sendiri yang penuh dengan darah?
Aku tidak mengingat apa-apa.
"Apa yang sedang aku lakukan?"
"Kau tidak ingat?" Edward berjongkok di depanku, matanya mengisyaratkanku pada rusa dewasa yang sudah mati di depanku. Perutnya yang hancur itu menjadi sorotan mataku.
"Aku tidak ingat" jujurku.
"Aku pikir... sifat Hybridmu mulai keluar?"
"Aku baru saja tiba disini hari ini, tidak mungkin" bantahku, masih bingung dengan apa yang telah terjadi.
"Mr. Chairoz pasti tau kenapa sifatmu muncul saat ini. Dia pasti tau. Ayo kita kembali secepatnya, sebelum aku yang kau mangsa" ucap Edward membantuku berdiri. Pakaianku tidak sepenuhnya terkena darah rusa, hal itu tidak akan membuat kecurigaan pada yang lain.
"Tapi, mereka tak boleh melihatmu. Tunggu di sini saja, aku akan memanggil Mr. Chairoz!" Edward berlari meninggalkanku.
Aku bahkan tidak sadar, aku selemas ini. Aku mengambil duduk di bawah pohon dekat dengan rusa dewasa itu. Bersandar pada batangnya dan melihat degger ku sendiri.
Kenapa aku tidak mengingat apapun?