Yasmin Ningrum, gadis cantik berjilbab 22 tahun harus hidup tanpa kasih dari kedua orang tuanya akibat kecelakaan beberapa tahun lalu yang merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Kini Yasmin tinggal bersama paman dan bibinya yang perhitungan sekali kepadanya.
Bahkan untuk biaya hidupnya Yasmin harus mencari sendiri dengan bekerja sebagai penjaga toko bunga.
Kehidupan Yasmin berubah, saat dirinya di pertemukan dengan sahabat lamanya waktu SMA. namun sayang, sikap sahabat laki-lakinya itu sedikit berbeda dari biasanya.
Namun takdir berkata lain, Yasmin di pertemukan sahabatnya dengan cara yang tidak terduga.
Dirinya digerebek warga saat sedang sama-sama berteduh dari hujan, di sebuah gubuk.
Pada hari itu juga, status Yasmin berubah menjadi istri sahabatnya.
Apakah pernikahan mereka akan bertahan layaknya pasangan yang saling mencintai?
Dan apa penyebab berubahnya sikap sahabatnya itu?
Ikuti kisahnya dalam cerita mereka, ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak, like, komentar dan follow. 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Asri terkejut melihat niken, yang tiba-tiba saja menyiramkan es jeruk ke wajah Yasmin.
Sementara niken tersenyum miring, melihat wajah, jilbab, serta baju Yasmin basah karena ulahnya. tanpa rasa bersalah niken, pun pergi begitu saja dari sana.
"Yas, kamu tidak apa-apa?" tanya asri, panik.
Yasmin menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa, kak asri. Kalau begitu ,Aku ke kamar mandi dulu." jawabnya pelan.
"Biar kakak antar." sahut asri, menatap penuh iba, pada Yasmin yang di perlakukan seenaknya oleh niken.
Yasmin tersenyum. "Tidak usah, kak. Biar aku sendiri saja. Lagi pula sebentar lagi, kita harus lanjut bekerja."
Asri pun menghela nafas, membiarkan Yasmin ke toilet sendirian. berharap jika Yasmin, tidak bertemu lagi dengan niken di sana.
Di koridor kantor, Yasmin yang berjalan terburu-buru pun tiba-tiba saja bertabrakan dengan alvino, yang baru saja keluar dari ruangan lain.
"Awwssh...!" pekik Yasmin, yang terjatuh karena menabrak tubuh alvino sangat keras.
"Kalau jalan lihat-lihat! Enggak lihat, ada orang di sini!" seru alvino ketus.
Yasmin tidak mendengar perkataan alvino, memilih untuk berdiri dan pergi dari sana.
"Tunggu!" ucap alvino tegas.
Yasmin menghentikan langkahnya dan terdiam. berharap alvino tidak menanyakan hal, yang terjadi saat ini kepadanya.
"Lo kenapa?" Alvino mendekat ke arah Yasmin, memicingkan mata menelisik penampilannya.
Alvino melihat jika wajah, baju dan jilbab Yasmin saat ini terlihat basah. alvino semakin mendekatkan dirinya, pada Yasmin.
"Kamu mau ngapain? Maaf, Aku harus ke toilet. Jika tidak segera di cuci, nanti jus jeruk ini akan semakin lengket." Tak ingin berlama-lama dekat dengan alvino, Yasmin pun segera pergi dari sana.
Alvino mendengus kesal, karena Yasmin tiba-tiba saja pergi dari hadapannya. "Gue harus cari tahu, apa yang sebenarnya terjadi padanya." gumamnya pelan.
Alvino pun pergi juga dari sana, untuk menemui kliennya. kebetulan hari ini, alvino untuk pertama kalinya melakukan meeting bersama kliennya, dengan di temani oleh Martin.
***
Setelah selesai membersihkan wajahnya, Yasmin pun kembali bekerja. meskipun dengan baju dan kerudung yang basah, Yasmin tidak mempermasalahkannya.
"Yas, kamu di suruh tuan alvino ke ruangannya." Asri yang kebetulan bertemu dengan Yasmin, pun menyampaikan pesan dari alvino.
"Alvino..." Ma-maksud ku, tuan alvino. Memangnya ada apa, dia menyuruh ku ke sana, kak?" tanya Yasmin, tergagap segera meralat ucapannya.
Asri tersenyum, melihat sikap Yasmin. sebenarnya dia juga tidak tahu, mengapa alvino menyuruh Yasmin ke ruangannya. "Aku juga tidak tahu, Yas? Mungkin tuan alvino, ingin memberikan kamu bonus." jawab asri terkekeh.
Yasmin pun, memutar bola matanya malas, karena tidak mungkin alvino akan memberikan bonus padanya. justru sebaliknya, Yasmin menebak jika alvino sangat ingin menanyakan tentang hal tadi.
***
Di depan pintu ruangan alvino, Yasmin berdiri tanpa mengetuk pintunya. sebenarnya dia ragu untuk masuk ke dalam sana, sebab takut alvino nanti akan berbuat hal yang aneh lagi.
Tok ... Tok ... Tok...
Yasmin akhirnya mengetuk pintu ruangan alvino. tak lama kemudian terdengar seruan dari dalam, untuk menyuruhnya masuk.
Ceklek...
Yasmin membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan alvino. meskipun ragu, Yasmin tetap melangkahkan kakinya menghampiri Alvino. "Maaf tuan. Apa anda memanggil, saya?" Yasmin membungkuk hormat, saat berhadapan dengan alvino.
"Ya, gue memang manggil lo." Alvino menjawab dengan nada datar.
Alvino pun melihat ke arah Martin, memintanya agar pergi dulu dari sana. Martin yang paham pun, pamit pada alvino untuk menunggu di luar.
Yasmin mengernyitkan dahi, saat melihat Martin ke luar. sekarang dia merasa gugup, sebab di dalam ruangan itu hanya ada dia dan alvino.
Setelah memastikan Martin pergi, alvino pun beranjak dari duduknya menghampiri Yasmin. dia pun memberikan sesuatu kepadanya. "Nih buat lo. Sekarang juga, cepat ganti baju lo yang kotor itu. Gue enggak mau, reputasi kantor gue jatuh, hanya karena salah satu pegawai gue berpenampilan jelek."
Yasmin terdiam, dengan tatapan tertuju pada tangan alvino yang terulur memberikan sebuah paper bag. Yasmin tidak langsung mengambilnya, malah beralih menatap alvino. "Itu apa, Al?" tanyanya heran.
Alvino menghela nafas. "Udah ambil saja. Gue hitung sampai lima. Kalau lo enggak ganti baju. Maka gue, akan pecat lo dari kantor ini." jawabnya mengancam.
Mendengar ancaman dari Alvino, membuat Yasmin segera pergi ke kamar mandi yang berada di situ. Yasmin tersenyum tipis, saat melihat pantulan wajahnya di cermin. dia tidak menyangka, jika Alvino akan memberikannya baju ganti yang terlihat bagus. "Aku yakin, jika sebenarnya kamu itu masih sama seperti, Al yang dulu. Aku berharap, kamu dapat bersikap seperti dulu lagi, Al." gumamnya pelan.
Setelah selesai mengganti baju, Yasmin pun keluar dari toilet itu.
Alvino melirik sekilas pada Yasmin yang sudah mengganti pakaiannya. dia tersenyum tipis, saat melihat Yasmin yang terlihat cantik dengan baju yang sengaja dia beli, dari butik langganannya.
"Aku sudah mengganti bajunya, Al. Terima kasih, karena kamu mau repot-repot membelikan aku baju ini." Yasmin, tersenyum menatap Alvino yang berpura-pura acuh.
Alvino, melirik sekilas pada Yasmin. " Tapi semua itu, tidak gratis!" ucapnya angkuh.
Yasmin mengernyitkan dahi, saat mendengar perkataan alvino. "Maksud kamu apa, al?" tanyanya heran.
Alvino tersenyum miring. "Untuk membayar semua ini. Lo cukup, buatkan makan siang buat gue sekarang juga. Tidak ada bantahan!" jawabnya penuh penekanan.
Alvino memang sengaja, merencanakan semua ini. dia yang pada dasarnya gengsi, meminta langsung pada Yasmin untuk membuatkan makan siang. memilih cara ini supaya Yasmin, mau membuatkan makanan untuknya. sebab setelah beberapa kali merasakan masakan Yasmin, alvino seakan ketagihan ingin memakan lagi makanan buatan istrinya itu.
"Baiklah Al, aku akan membuatkan makan siang untuk mu. Kamu, mau di buatkan makan apa siang ini?" tanya Yasmin lembut, menatap alvino yang sama sekali tidak menatapnya.
"Gue mau, makanan seperti kemarin." jawabnya singkat, tanpa melihat ke arah Yasmin.
Yasmin hanya tersenyum tipis melihat alvino yang bersikap acuh. dia yakin jika saat ini alvino memang sedang lapar, hanya saja tingkat gengsi alvino sangat tinggi, sehingga membuatnya bersikap seperti itu. Yasmin pun pergi dari sana, untuk menuju ke pantry. dia sangat sangat senang, karena alvino memintanya untuk di buatkan makan siang.
Yasmin berkutat di pantry sendirian, bahkan terlihat senang karena semua bahan yang dia butuhkan tersedia di sana. asri yang kebetulan melihat Yasmin di pantry pun, segera menghampirinya.
"Kamu sedang apa, Yas?" tanya Asri menghampiri Yasmin, yang sedang mengiris bawang merah.
Yasmin pun, menoleh dan tersenyum. "Aku sedang masak, kak. Tuan alvino meminta ku, untuk membuat makan siang untuknya." jawabnya memberitahu.
Asri pun mengernyitkan dahi, merasa heran dengan perintah alvino yang menyuruh Yasmin untuk memasak. setahu Asri, pemimpin perusahaan sebelumnya tidak pernah menyuruh karyawannya, untuk memasak. "Aneh. Baru kali ini, Aku dengar ada pemimpin perusahaan, minta di masakin. Sudah seperti, seorang suami sama istrinya saja." celetuk Asri heran.
Yasmin yang sedang memasak pun, seketika terdiam. dia dapat melihat kecurigaan asri, pada alvino. namun Yasmin berusaha bersikap seperti biasa, supaya temannya tidak curiga jika dirinya dan alvino adalah pasangan suami istri.