SAFFIYA RAY & RAYAN ADITNYA. Kisah gadis cantik yang mengejar cinta pria duda tampan, yang merupakan dosennya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
*******
Beberapa menit kemudian, Saffiya keluar untuk dipindahkan keruang rawat. setelah proses transkusi darah selesai, ia bersama beberapa suster yang mendorong tempat tidurnya.
Meyra dan Rayan mengikuti para suster itu menuju ruang rawat.
Setelah dikamar rawat, Meyra dengan setia menemani Saffiya dan berharap sahabatnya itu cepat sadarkan diri.
Azan subuh berkumandang, Rayan keluar sebentar menuju musolah rumah sakit untuk menunaikan sholat subuh.
Sementara Saffiya belum juga sadarkan diri, Meyra sudah tertidur menunduk ditepi ranjang rawat gadis itu.
Pukul 6 pagi ponsel Meyra berbunyi, terlihat nama ayah Saffiya mucul dilayar ponselnya.
Sejak tadi ia mencoba menelpon putrinya itu, namun ponselnya tak juga aktif. sehingga membuatnya menelpon keponsel Meyra pagi-pagi sekali.
" Halo om. " jawab Meyra.
" Halo Mey, maaf om pagi-pagi ganggu. apa Saffiya sudah bangun? " tanya ayahnya.
" Maaf om, Meyra nggak dirumah sekarang tapi dirumah sakit. " jawab Meyra.
" Rumah sakit! memangnya siapa yang sakit? " tanya ayah Saffiya kaget.
" Saffiya om. " jawab Meyra.
" APA!! " kata ayahnya kaget.
" Semalam Saffiya masuk rumah sakit. " jawab Meyra.
Ayahnya pun langsung mematikan panggilanya dan segera memanggil istrinya pergi kerumah sakit.
Meyra merasa sangat kecewa dengan kedua orang tua gadis itu, bagaimana tidak putrinya hampir saja kehilangan nyawanya semalam, mereka malah tidak mengetahui akan hal itu.
Rayan masuk sambil membawa beberapa makanan untuk Meyra sarapan.
" Ini saya belikan beberapa sarapan. " ucap Rayan yang meletakanya diatas meja.
" Makasih pak, maaf merepotkan. jika bapak ada pekerjaan silahkan pulang saja, biar saya yang menjaga Saffiya disini. " jawab Meyra yang merasa tidak enak dengan Rayan.
" Baiklah, saya permisi dulu. " jawab Rayan yang memang harus menghadiri pertemuan dengan sahabatnya yang ikut membantu bisnisnya.
Sejam kemudian orang tua Saffiya datang, mereka langsung masuk kedalam ruang rawat putrinya itu untuk menemuinya.
"Saffiya! kamu kenapa nak? " tanya maminya memasang wajah sedih.
Sementara ayahnya hanya diam mematung sambil menatap sang putri yang terbaring lemah tidak sadarkan diri.
" Kenapa dengan Saffiya Mey? kenapa jadi seperti ini? " tanya maminya penasaran.
" Saffiya mencoba bunuh diri tante. " jawab Meyra.
Keduanya kaget mendengar penyampaian dari sahabat putrinya itu.
" Bunuh diri? " ucap maminya shok, kemudian ia langsung menatap suaminya dengan tajam.
" Semua ini salah ayah. " ucapnya menyalahkan suaminya.
" Loh kok salah ayah, mami juga setuju kan. " bantah suaminya yang tidak ingin di salahkan.
" Iya lah, kan ayah yang mengusulkan semua ini. kalau tidak putri kita tidak akan seperti ini. " balasnya dengan wajah sedih sekaligus marah.
" Mami jangan egois gitu dong, ini bukan sepenuhnya salah ayah. " jawab suaminya yang tetap tidak terimah.
" OM! TANTE! tolong jangan ribut disini, Saffiya belum juga sadarkan diri. kita harus berdoa untuk keselamatanya sekarang, kalian malah ribut. " ucap Meyra yang mulai kesal dengan sikap kedua orang tua Saffiya itu.
Keduanya terdiam mendengar omelan Meyra.
" Mending om dan tante pulang aja deh, biar Meyra yang jaga Saffiya disini. " lanjut Meyra kesal.
" Tapi Mey, Saffiya kan anak tante masa tante harus pulang. " balas maminya.
" Terus kenapa kalian malah ribut jika tau Saffiya anak kalian? maaf tante om, bukanya Meyra kurang ajar. tapi tolong, lihat situasi saat ini. Saffiya sedang terluka bahkan tidak sadarkan diri, kita harus mendoakannya bukanya malah ribut. " jawab Meyra kesal.
" Om dan tante selesaikan masalahnya dulu, biar Meyra yang menjaga Saffiya di sini. " lanjut Meyra.
Keduanya pun menurut, Mereka pulang untuk membahas acara pertemuan yang akan diadakan sebentar malam.
" Sa! kamu harus kuat. " bisik Meyra karena merasa sedih dengan kehidupan keluarga sahabatnya itu.
Tiba-tiba mata Saffiya mulai terbuka perlahan lahan, sejak awal ia sudah sadarkan diri. namun karena mendengar suara orang tuanya datang, Saffiya memilih untuk pura-pura belum sadar karena tidak ingin bicara dengan mereka.
" Sa! kamu udah sadar? " tanya Meyra yang terlihat senang.
Saffiya hanya mengedipkan matanya pertanda jika ia sudah sadar.
" Sebentar ya aku panggilkan dokternya dulu. " ucap Meyra keluar memanggilkan dokter.
Perlahan air mata Saffiya mulai jatuh diujung matanya, ia tidak menyangka disaat dirinya terbaring lemah. kedua orang tuanya masih saja membahas keinginan mereka itu.
Dokter pun masuk dan mulai memeriksa keadaan tubuhnya.
" Pasien sudah mulai membaik, kami akan melakukan pemantauan untuk perkembangan lebih lanjut. " ucap dokter itu.
" Syukurlah.." ucap Meyra lega.
Setelah kepergian dokter, Meyra menyiapkan makanan untuk Saffiya.
Namun gadis itu terus saja menatap keluar jendela sambil duduk bersandar diranjang rawatnya.
" Sa! makan dulu yuk, kata dokter kamu harus banyak makan karena sempat kehilangan banyak darah. " bujuk Meyra yang mulai menyuapinya.
" Makasih Mey, aku bisa makan sendiri. " jawab Saffiya yang mengambil sendok itu dari tangan Meyra.
Ia pun mulai memakan makananya dengan bersusah payah untuk menelanya.
" Mey. " panggil Saffiya disela sela makanya.
" Iya, kamu butuh sesuatu? " tanya Meyra yang selalu sigap.
" Aku nggak mau apa-apa, bisa tanyain dokter nggak. aku pengen pulang dan dirawat dirumah aja. " jawab Saffiya.
" Hah? pulang? " ucap Meyra kaget.
" Iya, aku pengen dirawat dirumah saja. kamu tau sendiri kan aku nggak suka dengan yang namanya rumah sakit. " jawab Saffiya.
" Tapi Sa! apa kamu yakin? " tanya Meyra yang masih cemas dengan keadaan tubuh gadis itu sekarang.
" Aku udah nggak apa-apa. " jawab Saffiya yang tetap ingin pulang.
" Ya udah, nanti aku tanyain sama dokternya. sekarang habiskan dulu makananmu sama obatnya. " jawab Meyra.
Setelah selesai menghabiskan makanya, Meyra membantu Saffiya untuk membersihkan tubuhnya dengan handuk basah.
Tiba-tiba dokter datang dengan beberapa suster, karena Meyra sudah melaporkan jika sahabatnya itu ingin keluar hari ini.
Mereka mulai memeriksa keadaa n Saffiya, apakah bisa untuk melakukan rawat jalan.
" Nona sudah bisa pulang, tapi ingat harus banyak istirahat dan juga lukanya jangan sampai kena air. " ucap dokter itu berpesan, sementara suster mulai melepaskan infus yang terpasang ditangan Saffiya.
Ia pun langsung tersenyum senang, begitu mendengar jawaban dokter.
Setelah selesai keduanya langsung keluar menuju mobil, sebelum itu Meyra mampir sebentar keapotek untuk menebus beberapa obat yang diresepkan dokter, kemudian langsung pulang menuju apartemen mereka.
Sesampainya dirumah, Saffiya langsung istirahat karena kepalanya terasa pusing. sementara Meyra menyiapkan makan siang kesuakaan gadis itu.
" Aduh garam habis. " gumam Meyra ketika ingin menambahkan rasa pada masakanya.
Ia pun pergi kekamar Saffiya untuk memberitaunya jika ingin keluar kebawah kemini market sebentar.
" Sa! aku keluar bentar ya mau beli garam dimini market bawah. " ucap Meyra.
" Iya. " jawab Saffiya yang berbaring diranjangnya.
" Kamu mau nitip sesuatu? biar sekalian aku belikan. " tanya Meyra.
" Nggak, makasih Mey. " jawab Saffiya yang tidak punya nafsu untuk makan sesuatu.
" Ya udah deh, kalau begitu aku keluar sebentar. " ucap Meyra.
Setelah mengambil dompet dan kantong belanjaan. ia pun keluar menuju mini market. ketika keluar dari lift lantai satu, Meyra berpapasan dengan Rayan yang baru saja kembali bekerja.
" Pak. " sapa Meyra.
" Loh! mbak kok disini? bukanya dirumah sakit? " tanya Rayan bingung.
" Saffiya udah minta pulang pak, katanya mau dirawat dirumah saja. " jawab Meyra.
" Apa keadaanya sudah membaik? " tanya Rayan cemas.
" Kata dokter sudah lebih baik, tapi masih harus kontrol beberapa kali kerumah sakit. " jawab Meyra.
" Oh, baiklah kalau begitu. " ucap Rayan tidak bertanya lagi.
" Ya udah pak, saya pamit mau kemini market sebentar. " pamit Meyra.
Rayan pun masuk menuju apartemennya.
Sesampanya dirumah, ia melihat beberapa paperbag yang diberikan Saffiya untuk Rain.
" Halo dek. " ucap Rayan yang menelpon adiknya itu.
" Iya mas, ada apa? " tanya Rain yang sedang mengerjakan tugasnya.
" Mas mau kirim semua barang yang diberikan Saffiya untuk kamu. " ucap Rayan karena merasa tidak enak, hadiah pemberianya belum sampai kepada orangnya.
" Tapi mas, itu banyak banget. " ucap Rain yang tidak enak menerimanya.
" Mas juga nggak bisa menolaknya, jadi kamu terima aja. " jawab Rayan.
" Ya udah deh, nanti mas bantu sampain ucapan terima kasih Rain pada Kak Saffiya ya. " jawab Rain.
" Iya, nanti mas sampainkan. " jawab Rayan.
Ia pun lansung membungkus semua barang itu menjadi satu kardus besar, kemudian keluar menuju tempat jasa pengiriman barang.
###NEXT###
Salam Hangat Dari Penuliss....