Hans, CEO Muda yang arogan dan terkenal Mesum ini, salah meniduri wanita yang di kira wanita malam yang telah dia pesan, namun ternyata Seorang gadis pekerja di hotel tersebut, yaitu Lianne Lindsey, gadis yang masih berusia 20 tahun...
.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beli Tespack
Beberapa menit setelahnya.
“Sebenarnya aku adalah sa—huekk!”
Lagi-lagi Lianne memuntahkan cairan bening itu hingga mengenai kaos berwarna putih yang Hans gunakan, tetapi kali ini mengenai bagian depan. Hal itu tentu saja membuat Hans terkejut. Namun, ia biarkan saja.
“Huaaa!” Lianne langsung menangis kencang dengan tiba-tiba membuat Hans panik saat sudah selesai mengeluarkan cairan bening itu.
“Hey, ada apa?” tangan kekar Hans bergerak menyentuh puncak kepala Lianne dan mengelus nya pelan berusaha menenangkan istrinya sendiri.
“Ma—maafkan aku, hiks! Hiks!”
“Kenapa kau meminta maaf?”
“Muntah ku hiks! Kembali mengenai hiks! Kemeja mu! Hiks! Hiks!” ujar Lianne sesenggukan.
“Itu tidak apa-apa. Kau tidak bersalah sama sekali.”
“Kau pasti ingin memarahiku hiks!”
“Tentu saja tidak.”
“Ma—maaf ... aku merasa sangat bersalah karena sudah dua kali me—”
“Shhh, tidak apa-apa.”
...▪️◾◼️◾▪️...
“Devan,”
“Iya?” Devan segera menghentikan aktivitas mengelap mobil sedan berwarna hitam milik Hans seraya menoleh menatap pelaku yang memanggilnya. “Eh, Nona Lian. Ada yang bisa saya bantu?”
Lianne tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Devan padanya. “Aku ingin kau mengantar ku ke apotek, apa bisa?” tanya Lianne.
“Untuk apa, Nona?”
“Aku ingin membeli sesuatu”
“Membeli apa, Nona?”
“Kau ingin tahu saja,” balas Lianne bersedekap dada.
“Ma—maaf.” kekeh Devan menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal sama sekali.
“Jadi apa kau bisa mengantar ku kesana?”
“Tentu boleh, tidak mungkin aku menolak perintah Nona. Anda masuklah ke dalam mobil.” jawab pria berumur 25 tahun itu sembari membuka pintu mobil dan membuang kain putih kecil yang di gunakan untuk mengelap mobil hitam itu di lantai.
“Terima kasih.”
▪️▪️▪️
Setelah menempuh perjalanan hingga tiga puluh menit, akhirnya mereka telah tiba di salah satu apotek yang tidak jauh dari mansion.
Lianne langsung keluar dari mobil sedan berwarna hitam itu dan mulai memasuki apotek untuk membeli sesuatu.
“Halo, permisi.” sapa Lianne dengan senyum tipis yang selalu ia tampilkan.
“Ah, iya?” tanya seorang wanita yang menjaga apotek tersebut.
“Saya ingin membeli sesuatu”
“Apa yang ingin anda beli?”
“Aku ingin membeli ... testpack .... ” Lianne berujar pelan seraya memainkan jari jemarinya di bawah sana.
“Ah? Apa? Saya tidak mendengar apa yang anda katakan,” ujar wanita penjaga apotek itu dengan dahi berkerut dan sedikit mencondongkan badan nya.
“Saya ingin membeli testpack.” teriak Lianne sedikit kencang membuat bibir wanita itu membentuk huruf 'o' mendengarnya.
“Tunggu sebentar saya akan mengambil nya.”
“Ah, baiklah.”
Beberapa menit setelah Lianne menunggu.
“Disini ada beberapa macam testpack berbeda-beda, anda bisa memilih nya.” ucap wanita muda itu sembari memberikan beberapa macam testpack yang berbeda-beda.
Lianne tampak memandangi testpack-testpack itu. “Berikan aku ini, ini, dan ini.” jawab Lianne memilih empat testpack berbeda-beda.
“Baiklah, sebentar,”
▪️▪️▪️
“Hah, lelah sekali. Kenapa akhir-akhir ini aku sering merasa kelelahan? Padahal aku hanya berjalan sebentar.” gumam Lianne menghela nafas lega setelah memasuki mobil.
“Devan, jalankan mobilnya, aku ingin cepat-cepat sampai ke mansion.”
“Ya, Nona.” Devan mengangguk dan mulai menjalankan mobil sedan itu pergi meninggalkan parkiran apotek.
Baru beberapa detik perjalanan, suara Devan kembali terdengar. “Nona, tadi Tuan Hans menelpon saya dan menanyakan anda.”
“Lalu?” tanya Lianne memejamkan mata.
“Dia memarahi saya karena membawa anda keluar, apa Nona sempat meminta izin padanya tadi?”
“Benarkah? Tadi aku lupa meminta izin padanya untuk pergi keluar,” jawab Lianne menegakkan tubuhnya seraya membuka mata mendengar perkataan Devan.
“Pantas saja. Pasti setelah ini aku akan di marahi oleh Tuan.” monolog Devan terdengar begitu pelan, tapi Lianne masih bisa mendengar nya.
“Tidak apa-apa, aku akan menjelaskan padanya nanti, kau tenang lah.”
“I—iya, Nona.”