Disha sudah lama mencoba untuk menarik perhatian seorang Ryan Alister, tapi usahanya selalu gagal dan tanpa Disha ketahui ternyata Ryan sudah lama mengawasinya. Hingga akhirnya sebuah jebakan Disha persiapkan agar ia bisa mendekati Ryan, tapi ternyata jebakan itulah yang membawa Disha terjebak pada seorang Ryan Alister.
Bagaimana kisah keduanya? apakah masalah keduanya akan terselesaikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malu Banget
Malam harinya, Disha sudah ada di mansion mewah tersebut. Ia tengah menunggu kedatangan Ryan karena Citra mengatakan jika Ryan biasanya di sambut saat pulang sehingga mau tidak mau Disha pun menyambut Ryan.
Citra sendiri usianya lebih mudah dari Disha dan karena itu, Disha memanggil namanya tanpa embel-embel lainnya. Selain itu, di mansion yang paling muda hanya Citra sehingga Disha merasa lebih nyaman jika berbicara dengan Citra daripada asisten rumah tangga lainnya yang umurnya lebih diatas Disha.
Tak lama setelah menunggu Ryan, Ryan pun datang dan Disha segera menghampiri Ryan. Entahlah setiap kali berada dekat dengan Ryan, nyali Disha tiba-tiba ciut. Ia tiba-tiba saja takut dnegan Ryan, apalagi saat ini Ryan tengah menatap lekat dirinya.
"Ke-kenapa?" tanya Disha.
"Tidak ada apa-apa, kamu sudah makan?" tanya Ryan.
"Belum," jawab Disha.
"Kenapa belum makan? apa pelayan belum memasak makan malam?" tanya Ryan.
"Bu-bukan, bukan itu. Tapi, aku gak enak kalau harus makan sendiri," ucap Disha.
Ryan pun menunduk dan mensejajarkan wajahnya tepat di hadapan Disha, "Lain kali jangan menungguku kalau makan, minta pelayan untuk menemanimu makan. Ini sudah malam dan aku gak mau kamu telat makan hanya karena menungguku, untung saja aku pulang lebih awal hari ini. Mengerti," ucap Ryan.
"Iya, mengerti," ucap Disha.
"Ayo makan," ajak Ryan.
"Kamu gak mandi dulu?" tanya Disha, ia tau jika Ryan lebih suka mandi dulu setelah itu makan karena Citra yang mengatakannya.
"Nanti saja, aku makan dulu. Ayo," ucap Ryan dan menggenggam tangan Disha.
Sesampainya di meja makan, mereka pun mulai makan malam tanpa ada obrolan apapun hingga makanan mereka habis.
Setelah makan malam, Ryan dan Disha masuk ke dalam kamar dimana Ryan yang tengah mandi dan Disha yang merasa deg-degan. "Kok gue deg-degan sih, apa Ryan mau minta haknya, kayaknya gak mungkin deh. Ayo Sha mikir yang jernih dong jangan mikir yang gak-gak, oke lebih baik gue tidur aja daripada mikir aneh-aneh," gumam Disha dan mencoba memejamkan matanya.
Hingga suara pintu kamar mandi terbuka, Disha begitu gugup apalagi ketika mencium bau sabun yang lama kelamaan semakin kuat. Hingga akhirnya Disha benar-benar gugup setengah mati ketika bisikan dari Ryan tepat di telinganya yang menbuat Disha merinding.
Disha tidak peduli dnegan bisikan itu dan ia lebih memilih untuk tetap menutup matanya hingga tangan Ryan yang membelit pinggang disha barulah Disha membuka matanya dan melihat Ryan yang duduk di sebelahnya dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan handuk untuk bagian bawah.
Disha menatap lekat Ryan dengan perasaan campur aduk, 'Apa dia mau minta haknya ya, aduh jangan dulu dong soalnya gue belum siap. Tapi, sumpah, Ryan cakep banget anjir wahanya seger habis mandi mana dadanya bidang gitu lagi banyak baloknya,' ucap Disha dalam hati.
"Kenapa lihatnya kayak gitu? mau pegang atau mau rasain?" tanya Ryan tepat di telinga Disha bahkan bibir Ryan sampai menyentuh telinga Disha dan membuat Disha semakin gugup.
"Ga-gak," ucap Disha dan menutup wajahnya dengan selimut.
Namun, sebelum itu Ryan sudah mencegahnya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Disha, dengan reflek Disha pun menutup matanya saat Ryan mendekatkan wajahnya.
"Mana bajuku? kamu gak nyiapin baju gantiku," ucap Ryan tepat di depan wajah Disha dimana hidung mereka sudah bersentuhan.
Setelah mendengar perkataan Ryan, Disha pun membuka matanya dan merasa malu apalagi saat ini Ryan masih di depannya. Disha menjauhan dirinya dari Ryan lalu berdiri, "Ah iya, aku lupa baju gantinya sebentar ya," ucap Disha dan pergi ke walk in closet.
"Malu banget," gumam Disha.
Sesampainya di walk in closet, Disha memilih baju untuk sang suami hingga tanpa ia sadari Ryan sudah ada di belakangnya dan memeluknya dari belakang.
Disha tidak bisa bergerak dan merasakan lilitan di pinggangnya yang begitu erat, "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Ryan.
"Aku gak mikir apa-apa kok, ini baju gantinya," ucap Disha dan memberikan baju tersebut pada Ryan yang ada di belakangnya.
Bukannya mengambil baju tersebut, Ryan justru membalikkan tubuh Disha dan tiba-tiba saja ia mengecup bibir Disha, lama kelamaan kecupan tersebut semakin menuntut hingga Disha sudah mulai kehabisan napas barulah Ryan melepaskan pagutan tersebut.
Ryan melihat jelas wajah merah Disha yang tengah terengah-engah, lantas Ryan pun tersenyum dan membersihkan sisa dari pagutan tersebut.
"Hari ini aku capek banget, kapan-kapan lagi ya kita lanjutkan ke tahap yang lebih intim, sekarang kita tidur aja," ucap Ryan dan kembali mengecup Disha hanya kecupan singkat saja.
Disha pun kembali merebahkan tubuhnya di ranjang, sedangkan Ryan tengah sibuk dengan dokumennya dan berdiri menuju ruang kerja.
"Katanya capek? kenapa ke ruang kerja?" tanya Disha.
"Kerja salah satu healing yang baik apalagi sampai menghasilkan uang," ucap Ryan dan masuk ke dalam ruang kerjanya.
Disha pun berlari hendak mengikuti Ryan, namun langkahnya terhenti lantaran Ryan mencegahnya masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Gak boleh," ucap Ryan.
"Kenapa? aku kan cuma mau masuk aja. Aku gak bakal ganggu janji deh, aku diem kok di dalam,' ucap Disha.
"Tempat ini salah satu tempat rahasia dan ini hanya aku yang boleh masuk, tempat ini juga gak akan cocok buat kamu, kamu istirahat aja ya," ucap Ryan dan mengecup kening Disha lalu masuk ke dalam ruang kerjanya, tak lupa ia mengunci rapat-rapat pintu tersebut.
Disha pun mencoba masuk dan memgang handle pintu, tapi pintu tidak bisa terbuka karena Ryan yang mengunci pintu tersebut dari dalam.
"Ish, apa yang sebenarnya ada di dalam. Tapi, tadi gue lihat ada Jack di dalam, kok bisa. Apa ruang kerjanya punya 2 pintu?" gumam Disha dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke ranjang.
Disisi lain, Ryan yang ada di ruang kerja pun melihat Jack yang sudah ada di ruang kerjanya, "Apa sudah menemukan siapa yang menyebarkannya?" tanya Ryan.
"Iya Tuan, ternyata salah satu anak buah kita yang datang saat pemberkatan yang mengatakannya pada Mark dan Mark mengatakannya pada Thomas," ucap Jack.
"Ternyata masih banyak pengkhianat yang belum kuhabisi, kalau begitu habisi saja dia. Aku sedang malas membunuh orang," ucap Ryan.
"Baik, Tuan," jawab Jack dan keluar melalui pintu lain yang ada di ruang kerja Ryan.
Ya, ruang kerja Ryan memiliki beberapa akses. Dimana akses tersebut menuju ruang bawah tanah, kamar dan juga lantai 1. Namun, meskipun begitu orang-orang tetap sulit untuk masuk karena Ryan yang sudah mengatur semua akses agar hanya ia yang bisa mengatur siapa yang bisa masuk ke dalam.
.
.
.
Tbc...
Terimakasih atas dukungannya semuanya😍
Jangan lupa dukung author dengan like, komentar, mau kasih hadiah juga gapapa, vote juga gapapa kok🤭 sama juga jangan lupa buat kasih author ⭐ di kolom komentar ya supaya author tambah semangat nulisnya.