[Sedikit Dewasa karena mengandung unsur Liberalisme. Cerita ini juga mengandung Romance dan Action]
Dua gadis dengan wajah identik dan kepribadian berbeda dipertemukan di tengah hujan yang mengguyur Kota Roma. Demi menyelidiki hubungan di antara mereka pun bertukar tempat. Pertukaran identitas ini membawa mereka bertemu dengan Gionardo Alano mafia tampan nan kaya raya serta Dominic Acardi, teman sekolah yang menaruh rasa pada salah satu dari mereka. Cerita mereka bergulir di antara banyaknya musuh yang mencoba menyerang membuat bahagia jauh dari genggaman. Bagaimana kelanjutkan kisah mereka? Simak cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Calistatj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Sakit
Serena tiba di rumah besar dan mewah Gionardo. Sebenarnya dia sama sekali tidak ingin terlibat dengan Gio, tapi dia tidak bisa melakukan apa pun mengingat seberapa besar pengaruh lelaki itu di Italia dan Serena belum memiliki cukup kekuatan untuk melawannya. Pengaruh Gionardo bahkan lebih besar dari pada Gavino. Melawan Gavino saja dia sudah kalah kemarin.
“Aku senang sekali bisa menemukanmu” Kata Gio dengan lembut “Aku benar - benar selalu membayangkan menghabiskan malam - malam indah bersamamu”
“Jadi, apa tujuan kau membawaku kesini? Kau butuh apa dariku?”
“Aku hanya butuh dirimu” Gio merangkul pinggang Serena dan mendekatkan tubuh gadis itu kepadanya hingga dia bisa merasakan hembusan nafas Serena, debar jantungnya, maupun harum tubuh gadis itu.
Serena mendorong tubuh Gio dengan kuat “Jaga sikapmu”
“Memangnya kenapa? Aku sudah membelimu, jadi aku punya hak atas dirimu”
“Kau tidak punya hak apapun atas diriku, jadi enyahlah”
Gio terdiam. Di jalan malam itu yang dia lihat adalah tatapan meneduhkan dan Gio pikir Arianna Arturo memiliki sikap lembut “Aku bebas melakukan apa pun pada barang yang baru aku beli”
“Aku bukan barangmu, jadi -” Serena tidak bisa melanjutkan ucapannya ketika pandanganya mengabur dan seketika lunglai. Gio dengan sigap menangkap tubuh Serena hingga jatuh dalam pelukannya.
“Hei, kau baik - baik saja?” Gio menyentuh pipi putih mulus Serena dan merasakan suhu tubuh gadis itu. “Fransesco, dia demam, panggilkan dokter” Gio menggendong tubuh Serena dan membawanya masuk ke dalam salah satu kamar yang cukup besar dan megah dengan ranjang king size dan furniture berwarna putih serta kamar mandi dengan bathup di dalamnya. Gio dengan lembut membaringkan tubuh Serena di atas kasur dan meletakan punggung tangannya di dahi dan leher Serena. Di dalam diamnya gadis itu terlihat seperti putri tidur yang menghipnotis Gio sehingga mendekatkan wajahnya dan mencium rambut panjang Serena. Harum.
***
Arianna merasa hari ini tubuhnya tidak sesehat biasanya. Dia memaksakan masuk ke sekolah dan berjalan pelan di koridor sekolah.
“Kau baik - baik saja?”
Arianna mengangkat wajahnya dan bertatapan dengan mata berwarna abu di depannya. Dominic “Ya, aku baik - baik saja”
“Kau tidak terlihat sehat”
Memang benar begitulah kenyataanya. Arianna merasakan kepalanya sedikit pening dan demam ternyata air hujan dan jam tidur pendek tidak seramah itu terhadapnya. Lututnya melemas dan membuatnya ingin terjatuh duduk tapi lengan kekar Dominic menyelamatkannya. Dom membantu Arianna berjalan dan mendudukannya di bangku - bangku depan kelas yang tersedia.
“Serena.. aku akan mengantarmu pulang” Kata Dom yang dijawab gelengan oleh Arianna .
“Aku baik - baik saja” Arianna berusaha berdiri lalu terjatuh duduk lagi. Dia tidak baik - baik saja.
“Biarkan aku mengantarmu. Kau tidak terlihat baik dan aku tidak ingin terjadi apa - apa padamu”
Dom memegang lengan Arianna dan mengajaknya berjalan keluar sekolah. Dom memberhentikan taksi dan membantu Arianna masuk ke dalam. Arianna menyebutkan alamat apartemennya.
“Seharusnya jika sakit kau tidak memaksakan diri” Dom tahu jika wanita di depannya sangat kuat, tapi memaksakan diri untuk masuk sekolah bukan sebuah hal bijak. Dia masih manusia yang bisa merasakan sakit.
Arianna tidak kuat menahan kepalanya hingga terjatuh di bahu Dom yang duduk di sebelahnya. Dom menegakan duduknya sebisa mungkin tidak banyak bergerak ingin membuat gadis itu merasa nyaman di dekatnya. “Apa kau mau ke dokter?”
Arianna membuka matanya yang terasa panas dan menggeleng. Dia bahkan tidak punya banyak energi untuk mengangkat kepalanya dari bahu nyaman Dom “Aku bisa minum obat di rumah”
***
Serena membuka matanya dan hal pertama yang dia lihat adalah sepasang mata biru yang menatapnya. Mata biru milik Gionardo Alano yang menyebalkan, “Kau sudah sadar?”
“Bagaimana kelihatannya” Apa lelaki itu bodoh masih bertanya ketika Serena membuka mata dan memandangnya.
“Kau tadi pingsan. Dokter bilang kau demam. Dia meninggalkan obat dan aturannya sudah tertulis”
“Grazie”
“Apa yang kau rasakan sekarang?” Tanya Gio peduli.
“Sedikit pusing” Serena memalingkan wajah dari Gio yang duduk di tepi ranjang yang dia tiduri. Serena mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Ini sebuah kamar yang jauh lebih bagus dari kamar rumah atapun apartemen yang selama ini dia tinggali “Ini kamarmu?”
“Ini kamar tamu. Kamar ini sudah aku siapkan untukmu. Apa kau sudah lapar? Aku bisa membelikan apapun untukmu” Gio menawarkan .
Serena menggeleng. Mulutnya terasa pahit dan nafsu makannya menurun. Dia sama sekal tidak ingin makan sekal ipun cacing dalam perutnya sudah meronta.
“Pelayan di sini akan membawakanmu makanan. Aku akan pergi mandi” Gio berdiri dan keluar dari kamar Serena.
Ini benar - benar gila
Apa yang terjadi belakangan ini di hidupnya benar - benar aneh, tidak bisa diduga. Serena sama sekali tidak pernah membayangkan jika dirinya bertemu wanita dengan wajah sama persis dengan dirinya, lalu Serena memberikan hidupnya untuk wanita itu demi menyelidiki hubungan di antara mereka, dan sekarang seolah belum cukup rumit dan mengejutkan dia terdampar di rumah Gionardo Alano yang membelinya.
Serena yakin jika Gio tidak membelinya secara cuma - cuma. Gio pasti merencanakan atau pun menginginkan hal - hal lain. Seratus persen yakin, dari tadi alarm waspada di kepalanya pun selalu berdenging. Lamunannya buyar seiring masuknya seorang wanita muda dengan pakaian pelayan dan nampan berisi mangkok yang mengepulkan uap. Wanita itu terlihat tidak bersahabat.
“Ini makananmu” Wanita itu meletakan nampan yang dibawanya di meja kecil samping kasur Serena “Kau ini siapa?”
Serena mengkerutkan dahi akan kelakukan wanita ini yang tidak beretika “Kau yang siapa”
Wanita itu balik memandang Serena dengan wajah cemberut “Elena. Apa hubunganmu dengan Tuan Gio?”
“Hubunganku bukan urusanmu. Kau tanya saja sendiri”
Elena keluar dari kamar wanita itu sebelum kesabarannya habis. Gawatnya dia sangat ingin melemparkan mangkok berisi sup panas itu ke wajah wanita menyebalkan. “Padahal dia sedang sakit kenapa dia sangat menyebalkan”
***
Gio sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk putih sambil menyalakan televisi di kamar utama rumah itu yang menjadi kamarnya. Pikirannya terbang kepada momen tadi siang di mana Gio menyerahkan satu juta euro kepada keluarga Arianna Arturo dan ya tentu saja sekarang wanita itu menjadi miliknya- seutuhnya. Uang memang bisa membeli segalanya. Gio juga memikirkan tentang bagaimana tubuh gadis itu tanpa sehelai benang pun. Pikiran ini segera dia tepis mengingat gadis itu sedang terbaring tidak berdaya di kamar tamu rumahnya yang ada di lantai bawah. Gio merasa tidak salah mengusahakan banyak cara untuk mendapatkan gadis itu dia benar - benar cantik dan molek. Kepalanya berdenyut nyeri karena pemikirannya saling bertabrakan. Gio benar - benar menginginkan wanita itu di kasurnya, tapi dia tidak ingin menyakiti, dia ingin mencari wanita lain, tapi Gio tidak menginginkan Arianna melihatnya bersama perempuan lain - sialnya kenapa dia berpikir seperti itu. Kenapa Gio memikirkan perasaan orang asing yang ada di dalam rumahnya saat ini. Gio mendengar ketukan di pintu kamarnya
“Masuk”
Elena menampakan batang hidungnya di depan Gio “Apa yang kau lakukan?” Gio kesal sekali dengan perempuan ini yang selalu mengganggunya.
Mata Elena terpusat kepada sesuatu yang menonjol di selangkangan Gio dan bayangan akan rasa candu kembali menggerogoti Elena “Apa Tuan tidak menginginkan sesuatu?”
“Aku tidak menginginkan apa pun kau bisa pergi”
Usiran Gio tidak berarti apa pun untuk Elena yang tahu bahwa Gio membutuhkan sesuatu. Elena mendekati Gio dan membuka kancing bajunya “Apa Tuan benar - benar tidak menginginkan apapun?”
Gio membuang pandanganya dari Elena yang terang - terang menggodanya dan Gio sama sekai tidak ingin melakukannya dengan Elena.
“Pergilah, Elena. Aku tidak menginginkanmu!”
Elena terdiam mendengar penolakan Gio yang membuatnya merasa sangat terhina. Elena mengalihkan rasa sakitnya dengan menggigit keras bibirnya “Karena kau mengingingkan wanita itu?”
“YA! Jadi kau bisa segera keluar, sebelum aku benar - benar marah dengan kelancanganmu. Aku sudah memperingatkanmu berkali - kali” Kata - kata Gio membuat Elena tidak ingin menampakan kembali dirinya di depan lelaki itu, penolaknya benar - benar membuat Elena kecewa.
Gio sangat frustasi dengan kelakuan Elena yang dia inginkan saat ini adalah Ariannanya bukan Elena.
***
Dom membantu Arianna berbaring di kamar mungil gadis itu yang tertata rapih. Dia ingin menemani karena ibunya tidak ada di situ dan mengkhawatirkan terjadi apa - apa.
“Aku bisa membantu mengambilkan apa pun yang kau butuhkan” Dom menawarkan bantuan.
Arianna mengembangkan senyumnya ke arah Dom ini adalah saat pertama seorang lelaki bisa perhatian padanya tanpa Sierra yang iri. Selain baik lelaki itu memiliki wajah rupawan “Aku bisa mengambilnya sendiri” Arianna berusaha untuk menegakan tubuhnya tapi tangan Dom menahan kedua bahunya
“Katakan padaku dimana aku akan mengambilnya untukmu” Kalimat itu penuh penekanan membuat Arianna tidak ingin membantah lagi, jadi dia hanya mengarahkan tempat ibunya menaruh obat kepada Dom.
Dom kembali membawa obat dan segelas air untuknya disertai senyum yang tidak bisa Arianna artikan.
“Grazie” Kata Arianna lalu memakan obatnya dibantu segelas air.
Ini adalah kali pertama Arianna merasa ada orang yang memperdulikannya. Tak lama dari meminum obat Arianna merasa mengantuk dan matanya mulai terpejam.
“Aku pulang dulu, Serena. Jika perlu apa pun kau bisa menelponku”
Serena… Arianna menebak jika Dominic mungkin sangat menyukai Serena.
Km jg semangattt