Seorang gadis bernama Arumi terjebak satu malam di kamar hotel bersama pria asing. Tak di sangka pria itu adalah seorang CEO. Orang terkaya di kotanya. Apa yang akan Arya lakukan pada Arumi? apakah Arya akan bertanggung jawab dengan kejadian malam itu, lalu bagaimana dengan calon istri Arya setelah tahu hubungan satu malam Arya dengan Arumi. Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dengan Arya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kantor polisi
"Kamu nggak apa-apa Mas?" tanya Arumi sembari mengusap-usap bahu suaminya.Arumi tampak khawatir dengan kondisi Arya.
Arya menggelengkan kepalanya." Aku nggak apa-apa Arumi."
Di sela-sela keluarga itu makan malam, ponsel Bu Monika berdering mengejutkan mereka. Bu Monika mengambil ponselnya yang ada di atas meja makan.
"Halo Ma. Tolong aku Ma. Aku sekarang ada di kantor polisi. Tolong selamatkan aku Ma."
"Apa! di kantor polisi? apa yang sudah kamu lakukan Fan? Kenapa kamu bisa ada di kantor polisi."
"Ceritanya panjang Ma. Cepat Mama datang ke sini. Bebasin aku Ma."
"Kamu ini selalu saja membuat masalah. Tunggu saja kamu di sana. Mama akan nyuruh Kakak kamu ke sana. Tapi nanti setelah makan malam selesai."
"Iya Ma. Cepat lah Ma. Nggak usah nunggu makan malam."
Bu Monika mematikan saluran telponnya begitu saja. Setelah itu dia meletakan ponselnya di atas meja.
Pak Rangga, Arya dan Arumi menatap ke arah Bu Monika.
"Ada apa Ma?" tanya Pak Rangga.
"Anak kita sepertinya sudah buat ulah lagi Pa. Dia sekarang ada di kantor polisi. Entah apa yang sudah dia lakukan."
Arya, Pak Rangga dan Arumi terkejut saat mendengar ucapan Bu Monika.
Bu Monika sebenarnya lelah harus menghadapi Fani. Dia sering sekali membuat masalah dan membuatnya malu. Belum lama ini, Fani juga pernah menabrak orang sampai orang itu cedera dan harus dilarikan ke rumah sakit. Karena dia bawa mobil dengan ugal-ugalan.
Pak Rangga mengepalkan tangannya geram.
"Ma, biarin aja Fani di penjara. Biar dia tahu rasanya dipenjara. Biar dia kapok. Sekali-kali kita ngasih efek jera ke Fani. Agar dia tidak selalu mengulangi hal yang sama," ucap Pak Rangga yang sudah geram dengan kelakuan anak perempuannya.
"Pa, apa nggak terlalu berlebihan kita melakukan itu. Kasihan Fani Pa kalau kita biarkan dia."
"Ma, Mama jangan manjain dia terus dong Sekali-kali Mama harus tegas sama anak itu. Mama itu selama ini sudah salah mendidik Fani."
"Pa, kok Papa malah nyalahin Mama sih. Fani juga kan anak Papa. Bukan hanya anak Mama. Papa juga seharusnya tidak lepas tangan begitu saja."
Arya menatap ke dua orang tuanya bergantian.
"Ma, Pa. Nggak usah berantem. Biar aku saja nanti yang jemput Fani di kantor polisi."
"Iya iya. Nggak usah terlalu terburu-buru. Biarin istri kamu makan dulu dengan tenang," ucap Bu Monika.
Setelah beberapa saat Arya dan ke dua orang tuanya meributkan soal Fani, mereka kemudian melanjutkan makannya.
Setelah menghabiskan makanannya, Bu Monika menatap Arumi.
"Arumi, malam ini kamu mau nginap di sini kan? kamu bisa tidur di kamar Arya," ucap Bu Monika.
"Iya. Kalian itu pengantin baru. Apa kata orang nanti kalau melihat kalian tinggal pisah-pisahan, kalau kamu berat sama ibu kamu, ajak lah ibu kamu tinggal di sini juga Arumi. Rumah ini kan masih banyak kamar kosong," ucap Pak Rangga menimpali.
"Malam ini, aku mau pulang dulu Pa, Ma. Nanti besok aku akan pindah ke sini," ucap Arumi.
Arya terkejut saat mendengar ucapan Arumi.
"Kamu yakin mau pindah ke sini?" tanya Arya.
Arumi tersenyum dan mengangguk. Ke dua orang tua Arya tersenyum bahagia saat Arumi menyetujui untuk tinggal bersama mereka.
"Ma, Pa, udah malam. Aku mau pulang ya," ucap Arumi berpamitan.
"Kamu mau pulang dulu. Biarkan Arya mengantarmu ya," ucap Bu Monika.
"Tapi aku bawa motor Ma."
"Motor kamu tinggal saja di sini," ucap Bu Monika lagi.
"Tapi besok, aku kan mau ke kampus, aku mau naik apa kalau nggak ada motor."
"Kamu sekarang menantu saya Arumi. Mana mungkin saya akan membiarkan kamu naik motor sendiri. Mulai sekarang, Arya akan antar jemput kamu ke kampus. Atau Papa akan cari satu sopir lagi khusus untuk kamu. Dan mulai besok, kamu tidak perlu lagi naik motor," ucap Pak Rangga.
"Arumi, dengarkan apa kata Papa, mulai sekarang kamu nggak perlu khawatir tentang kuliah kamu," ucap Bu Monika.
"Iya Ma. Makasih banyak ya Ma, Pa."
"Aku mau siap-siap dulu. Aku mau antar Arumi pulang, sekalian mau ke kantor polisi jemput Fani," ucap Arya.
Arya bangkit dari duduknya. Setelah itu dia meninggalkan ruang makan untuk bersiap-siap mengantar Arumi pulang.
Setelah siap, dia menghampiri Arumi di ruang tengah.
"Arumi, ayo aku antar kamu pulang. Tapi sebelum itu, aku mau ke kantor polisi dulu jemput Fani."
"Iya Mas."
Arumi dan Arya berpamitan pada Bu Monika dan Pak Rangga. Setelah itu mereka pergi keluar meninggalkan rumah.
"Arumi, aku mau ke kantor polisi dulu ya. Aku mau menyelesaikan masalah adikku dulu."
Arumi mengangguk. Dia menurut saja dengan apa yang Arya katakan.
Sesampainya di depan kantor polisi, Arya menghentikan mobilnya.
"Kamu mau ikut masuk Arumi?" tanya Arya.
"Aku tunggu di sini aja deh Mas."
"Ya udah, aku masuk dulu ya."
"Iya."
Arya turun dari mobilnya. Setelah itu dia masuk ke dalam kantor polisi untuk menemui Fani.
"Fani, apa yang terjadi? " tanya Arya setelah bertemu dengan Fani.
"Anda siapa? keluarga saudari Fani?" tanya polisi itu.
"Saya kakaknya Pak Polisi. Ada apa sebenarnya Pak polisi. Apa yang sudah adik saya lakukan?" tanya Arya pada polisi.
"Adik anda sudah membuat keributan di mall. Dia berantem dengan wanita ini untuk memperebutkan sebuah barang."
Wanita itu menatap Arya tajam.
"Oh, jadi ini kakaknya. Ajari tuh adik kamu sopan santun. Dia sudah menganiaya aku tahu. Aku nggak terima. Dia harus mendapatkan hukuman karena sudah memukulku, menjambak ku dan mencakar ku."
Arya terkejut saat mendengar ucapan wanita itu. Arya benar-benar geram dengan Fani. ini bukan kali pertamanya dia membuat keributan dengan orang. Namun sudah berkali-kali Fani selalu membuat masalah di luar.
"Mbak, saya mau minta maaf atas tindakan yang sudah adik saya lakukan. Apakah kita tidak bisa berdamai. Saya bisa membayar ganti rugi pada anda. Asal kita bisa berdamai."
Wanita itu bangkit dari duduknya.
"Apa! Maaf? Damai? ganti rugi? Apa semua masalah bisa di selesaikan dengan uang? Saya mau wanita ini di hukum. Saya akan menuntut wanita ini agar dia di penjara."
"Kakak, tolong aku Kak. Aku nggak sengaja memukul dia. Dia duluan yang mulai," tutur Fani.
"Diam kamu Fani. Siapa yang menyuruh kamu berantem. Apa keluarga kita mengajari kamu menjadi seorang preman?" ucap Arya yang sama sekali tidak mau membela adiknya lagi.
"Kakak, apa kamu akan membiarkan aku di penjara. Aku mau keluar sekarang Kak."
"Benar apa kata Papa. Seharusnya aku itu sekali-kali memberi efek jera ke kamu, agar kamu bisa segera introspeksi diri. Agar kamu tidak mengulangi hal yang sama di masa mendatang."
"Kak, kakak akan membebaskan aku kan?"
Arya menghela nafas dalam. Soal serumit ini, tidak mudah untuk Arya menyelesaikannya sendiri. Arya butuh pengacara untuk mengeluarkan adiknya dari penjara. Karena wanita yang sudah dianiaya oleh Fani, akan menuntut Fani dan memenjarakannya.
"Kakak tidak akan mengeluarkan kamu sekarang. Tapi tunggu besok."
"Tapi Kak, aku nggak mau bermalam dipenjara. Aku mau pulang ikut kakak "
"Kalau kamu takut masuk penjara. Makanya jangan buat ulah. Malu-maluin saja kamu. Kakak buru-buru mau antar Arumi pulang. Kalau kamu mau bebas, tunggu beberapa hari lagi."
"Arumi?" ucap Fani terkejut saat mendengar nama Arumi disebut.
Arya buru-buru pergi meninggalkan kantor polisi. Dia tidak mau membuat Arumi menunggu lama.