Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.
Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.
Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.
Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
**
Kenzo dan Nada kini sedang berada di taman, keduanya hanya menatap lurus ke depan dengan suasana sunyi tanpa obrolan apa pun. Nada masih terkejut dengan kehadiran Kenzo dan merasa malu karena saat Abimanyu mendorong Nada, di sana sudah ada Kenzo.
Beberapa saat, Kenzo memberikan kotak P3K pada Nada. Nada mengerutkan keningnya dan menerima kotak obat tersebut.
"Buat apa?"
"Obatin leher Lo."
Nada memegangi lehernya, dia lupa belum membersihkan luka yang ada di lehernya.
"Nanti gue obatin di sekolah."
Kenzo mengangguk, dia berdiri sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Melangkah menuju motor, Kenzo berbalik dan menatap Nada.
"Buruan naik!"
Nada menatap Kenzo. "Hah?"
"Gue tahu Lo enggak budeg."
Nada berdecak sambil menggaruk tengkuknya. "Emm, Lo duluan aja. Gue bisa berangkat sendiri."
"Lo mau gue hukum lagi karena telat?"
Nada memanyunkan bibirnya. "Ck, lagian juga masih pagi."
Kenzo menaikkan sebelah alisnya. "Coba liat jam berapa?"
Nada menghela napas sambil menatap jam tangannya, dan ternyata lima menit lagi gerbang akan segera ditutup.
"Buset dah, udah berapa lama kita ada di sini?"
Kenzo memutar bola matanya, dan menstater motor untuk bersiap pergi dari taman. Nada berlari kecil menghampir Kenzo dan mereka pun segera pergi dari taman menuju sekolah.
Di perjalanan, Kenzo membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Nada sudah tiga kali dibawa ngebut oleh Kenzo langsung menggenggam ujung jaket Kenzo cukup kencang.
"Ke-kenzo, pelan dong bawa motornya."
Kenzo menulikan pendengarannya, dia membawa motor sampai sekolah hanya dalam waktu tiga menit saja dan itu membuat Nada merasa kapok jika berboncengan dengan Kenzo.
Semua siswa yang masih berada di parkiran, menatap Kenzo dan Nada. Mereka tidak percaya, karena ini kali pertamanya Kenzo memboncengi seorang wanita.
"Woy, itu Kenzo bonceng siapa?" teriak salah satu siswi dengan rambut dikepang.
"Rasanya itu Nada anak IPA deh, yang suka bareng sama Jeno," jawab temannya.
"Ish, terus dia ngapain sama Kenzo? Berani bener dia bisa diboncengin kaya gitu. Secara kita tahu kan, kalau Kenzo enggak suka dekat sama cewek mana pun."
"Hmm, Lo bener. Apa Nada yang keganjenan sama Kenzo?"
"Bisa jadi, wah bisa jadi trending topik hari ini."
"Lo bener, ya udah ayok kita ke kelas."
Mereka pun berlari untuk memberikan informasi yang sangat besar, memang pasalnya Kenzo dikabarkan tidak pernah dekat dengan cewek manapun, namun kali ini Kenzo malah berboncengan dengan Nada.
"Thanks ya," ucap Nada.
Kenzo tidak menjawab, dia berjalan sambil memasukan sebelah tangannya ke dalam saku celana.
"Eh Kenzo," panggil Nada. Kenzo langsung berhenti tanpa membalikan badannya.
"Emm soal tadi pagi, Lo bisa kan rahasiain dari orang-orang?"
Kenzo tidak merespon ucapan Nada, dia malah terus berjalan meninggalkan Nada di parkiran seorang diri.
"Ya elah tinggal jawab apa susahnya sih, diam aja terus kaya orang bisu." Nada menendang batu kecil sambil kesal tak ada respon apa pun dari Kenzo.
Dia pun berjalan menuju kelasnya, sambil menggenggam kotak obat yang diberikan Kenzo tadi. Sesampainya di kelas, semua siswa menatap ke arah Nada. Nada mengerutkan kening dan duduk bersama Jeno yang juga ikut menatap Nada.
"Jen, mereka kenapa?" tanya Nada sambil berbisik.
"Lo digosipin dekat sama Kenzo," jawab Jeno.
"Hah, apa? Kok, bisa?"
Jeno mengedipkan bahunya. "Mana gue tahu. Harusnya gue yang tanya. Kok bisa Lo barenga sama dia?"
"Hah? Bareng? Maksudnya barusan?" Nada bertanya sambil terkejut sekali dengan ucapan Jeno.
Jeno mengangguk. "Iyalah, seorang gadis biasa bisa-bisanya berangkat bareng sama ketua OSIS dan ketu geng motor."
Nada menghela napas. "Gue juga enggak tahu, yang jelas ya begitu adanya haha."
"Ck, enggak jelas Lo. Oh ya gimana udah sehat? Obatnya udah diminum?"
Nada terkekeh. "Santai elah, banyak banget pertanyaannya. Berasa jadi artis."
Jeno memutar bola mata sambil memegangi kening Nada. "Udah enggak demam, syukurlah."
"Iya, thanks ya Jen. Lo udah jagain gue kemarin."
Jeno mengangguk. "Sama-sama. Tapi orang tua Lo enggak jahatin Lo lagi kan?"
Nada terdiam sejenak dan dia langsung mengangguk dengan cepat tanpa menjawabnya.
"Syukurlah. Kalau mereka jahatin Lo, Lo bilang sama gue. Nanti gue aduin ke komnas HAM."
Nada tertawa dengan renyah. "Buset mainannya udah komnas HAM aja."
Jeno tertawa bersama dengan Nada. Mereka berdua berbincang sambil menunggu bel masuk.
Sedangkan di kelas lain, mereka sedang memberikan cukup berita di mana Kenzo dan Nada berboncengan pagi ini.
"Eh, eh, ada gosip!" ucap salah satu siswi di depan kelas. Yang terlihat kelaa Naomi.
"Apaan?"
"Kenzo boncengan sama cewek njir!"
"Hah, serius?" tanya serempak siswi yang ada di kelas.
Naomi yang awalnya tidak tertarik dengan gosip tersebit, langsung mendongak dan menatap temannya yang ada di depan kelas.
"Gue serius, tadi gue liat di parkiran Kenzo bonceng cewek, katanya sih Nada anak IPA."
Lagi-lagi Naomi dibuat terkejut saat nama Nada terdengar sangat jelas di telinganya. Namoi menggenggam kepalan tangan hingga uratnya terlihat sangat jelas.
'Sialan! Lo berani main-main sama gue, Nad? Oke kalau itu mau Lo. Kita lanjutkan permainan kita di rumah. Lo akan dapet siksaan di dalam rumah dan Lo bakal dibenci sama ornag tua kandung Lo sendiri,' batin Naomi sambil mengangkat sudut bibirnya ke atas.
**
Bel istirahat telah berbunyi, semua orang berbondong menuju kantin. Tapi tidak dengan Nada, beberapa hari ini dia tidak diberikan uang saku oleh Abimanyu maka dari itu Nada hanya akan berdiam diri di dalam kelas sampai nanti pulang sekolah.
"Ayo kantin," ajak Jeno.
Nada menggelengkan kepala. "Lo aja deh, gue lagi enggak napsu makan."
"Ck, laga Lo enggak napsu makan. Buruan gue traktir karena Lo udah sembuh."
"Enggak Jen, mending Lo aja deh. Gue mau istirahat aja di kelas."
Jeno menghela napas. "Ya udah Lo tunggu sini, gue mau ke kantin."
Nada mengangguk. "Oke Jeno."
Jeno berlari keluar dari kelas menuju kantin, dia rencana akan memesan makanan dan dia bawa ke dalam kelas. Seperti biasa Jeno lebih tahu tentang Nada yang tidak membawa uang.
Beberapa menit kemudian, Naomi datang dengan langkah kaki yang sangat cepat menghampiri Nada. Terlihat mata kesal Naomi sudah menumpuk pada Nada.
Naomi menggebrak meja hingga Nada terkejut. Naomi menarik napas berat berulang kali.
"Lo kenapa sih, Naomi?" tanya Nada.
"Lo budeg atau pura-pura budeg sih! Gue udah peringatin Lo buat jangan dekat sama Kenzo, tapi kenapa Lo malah bareng sama dia!"
"Gue juga enggak tahu, tiba-tiba aja dia dateng jemput gue."
Naomi tertawa. "Jemput Lo? Sepenting apa Lo buat dijemput hah!"
Naomi menarik rambut Nada hingga kepala itu menenggak ke atas. Nada meringis dan meminta dilepaskan namun Naomi malah mengencangkan tarikannya.
"Peringatan gue kemarin masih belum cukup? Menurut Lo gue bakal main-main hah?! Gue bakal bikin orang tua Lo benci sama Lo, Nada! Atau gue tambahin aja biar Lo dijauhin satu sekolah ini?"
"Lepasin Naomi! Gue sama Kenzo enggak ada apa-apa, gue serius enggak bohong!"
"Bacot Lo! Gue enggak percaya. Lo murahan banget rebut Kenzo dari gue!"
Naomi menarik kepala Nada hingga membentur ke depan mengenai meja, dan terdengar suara benturan cukup kencang.
Nada meringis kesakitan dan merasa kepalanya sangat pusing.
"Ini akibatnya Lo abaikan ancaman gue!"
Setelah itu, Naomi pergi dari kelas Nada dengan hati yang sangat lega karena sudah mengeluarkan amarahnya pada Nada.
Nada menahan tangis sambil mengusap kepalanya yang terasa sakit, tanpa banyak diam Nada langsung membereskan kekacauan rambutnya sebelum Jeno tiba dan khawatir dengan keadaa Nada.