Keyra Putri Utami adalah nama yang di sematkan oleh kedua orang tuanya, sejak usianya delapan tahun dia mengalami kebutaan karena sebuah kecelakaan yang ikut menewaskan kedua orang tuanya.
Keyra di asuh oleh Paman dan Bibi yang begitu sayang kepadanya, yang menyebabkan kedua puteri Paman dan Bibi nya cemburu kepada Keyra.
Hutang sang Paman yang di lunasi oleh sahabat Pamannya kepada seorang juragan tanah, yang menyebabkan Keyra harus berakhir menikah dengan putera sahabat dari Pamannya sebagai penebus hutang keluarga.
Entah bagaimana nasib Keyra si Gadis Buta yang hanya mengenal satu warna saja dalam hidupnya yaitu Hitam, akankah seseorang mampu mengenalkan warna lain selain Hitam kepada Keyra?
Jika kebahagiaan itu harus di jemput, kenapa harus menunggu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putribulan21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anting Siapa?
Untuk pertama kalinya Dewa bertepuk tangan ketika Keyra memaparkan presentasi, dan untuk pertama kalinya juga senyum tampan milik Dewa tereskpos di ruangan meeting.
Dewa sampai berdiri sambil bertepuk tangan, membuat semua orang mengikutinya, dan hal tersebut membuat Keyra benar benar salah tingkah.
Semua orang ikut tersenyum ke arah Keyra, namun tidak dengan seseorang yang dari tadi memandangnya penuh benci.
Dia benar benar geram dengan Keyra yang berhasil membuat Dewa memujinya, hingga senyum Dewa mengembang di wajah tampannya.
Seseorang dengan rok mini berwarna hitam yang tak lain adalah Mariska yang ikut bersama pak Roni untuk mengikuti meeting kali ini.
Karena Wita sekretaris pak Roni sedang tidak bisa masuk kerja, anaknya masuk rumah sakit. Wita yang seorang single parent harus berjuang membesarkan dan menafkahi anaknya seorang diri.
Sebab suaminya menikah lagi dan menggugat cerai dirinya yang sedang hamil muda, Wita yang tinggal dengan kedua orang tuanya benar benar terpukul tatkala anak semata wayangnya sakit.
Dan hal tersebut membuat Mariska harus ikut bersama pak Roni pada meeting kali ini, namun bukan kesempatan untuk lebih dekat dengan Dewa yang dia dapatkan.
Justru harus menyaksikan orang yang menjadi satu satunya saingan dalam menjerat Dewa mendapat pujian yang begitu manis, membuat dirinya terbakar cemburu.
"Kenapa dia bisa dengan mudah mendapatkan pujian dari tuan Langga? Harusnya gue yang di perlakukan kaya gitu, bukan si Keyra itu!" gerutu Mariska dalam hati.
Lalu semua orang pun keluar dari ruang meeting tersebut, meninggalkan Keyra dan Dewa saja karena Dewa meminta semua berkas sales order dengan harga yang Keyra ajukan untuk di tanda tangani segera.
Padahal itu hanya alasan saja, setelah semua orang keluar Dewa langsung saja memeluk tubuh Keyra dengan erat.
"Mas, jangan kaya gini!"
Keyra berontak, dia berusaha melepaskan diri dari pelukan Dewa. Namun tenaganya kalah banyak, akhirnya dia pasrah saja.
"Kenapa hmm?"
Dewa menghirup dalam dalam aroma parfum dari tubuh Keyra yang membuatnya tenang, lalu Dewa melepaskan pelukannya namun tubuhnya masih menempel sempurna dengan tubuh Keyra.
"Bagaimana kalau ada yang lihat?" tanya Keyra.
"Siapa yang akan berani masuk ke sini?" Dewa balik bertanya.
"Mas!"
"Apa sayang?"
Keyra menatap wajah Dewa, ada guratan hasrat dari matanya. Membuat Keyra segera melakukan penawaran khusus, yang hanya berlaku untuk Dewa saja.
"Jika kau melepaskan aku sekarang dan membiarkan aku bekerja dengan baik, maka aku menunggumu di kamar kita nanti malam, aku baru saja belajar sesuatu yang baru, sepertinya mempraktikkannya denganmu akan sangat menyenangkan."
Goda Keyra dengan senyuman manisnya, membuat bulu kuduk Dewa meremang. Namun rasa penasarannya membuat Dewa tak sabar. Dewa hendak menyosor bibir Keyra, namun telunjuk Keyra berhasil menahannya.
"Kalau Mas melakukannya sekarang, tidak akan ada sesuatu yang baru," ucap Keyra.
Dewa tampak berfikir sesaat, lalu tersenyum ke arah Keyra. Kini semangatnya benar benar berkobar, dia harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum rencana malam panas mereka gagal.
"Aku suka warna hitam, kau terlihat lebih menantang dengan warna hitam," ucap Dewa dengan senyuman nakalnya.
Tentu saja maksudnya adalah lingerie warna hitam, warna kesukaan Dewa. Sebab warna hitam sangat kontras dengan kulit putih Keyra.
Dewa segera melepaskan tubuh Keyra, dia berjalan menuju ruangannya dengan semangat membara. Membuat Keyra tertawa pelan, Keyra pun menghembus nafas kasar lalu kembali ke ruangan divisi keuangan.
"Key lo enggak apa apa?" tanya Inggit.
"Gue baik baik aja kok, emang kenapa?"
"Barusan gue lihat mukanya tuan Langga, beuh cerah banget kaya abis menang lotre," cerocos Irna.
"Hus kalian ini, ada ada aja deh udah yuk buruan kerja sebelum ada badai yang bikin kita kesusahan di delapan tanjakan, tujuh tikungan sama lima belokan," cerocos Keyra.
Semua orang yang mendengar perkataan Keyra mendadak tertawa sedikit kencang, membuat mbak Lusi keluar dari ruangannya dan langsung memasang wajah galaknya.
"Ada apa ini? Apa ada yang lucu?" tanya mbak Lusi.
Mbak Lusi menyapu seluruh sudut ruangan dengan mata tajamnya, dia terlihat sibuk mengawasi semua staff keuangan dengan teliti.
Membuat nyali Inggit dan teman temannya menciut, seperti kerupuk tersiram air. Namun tidak dengan Keyra, dia santai sambil mengerjakan pekerjaannya.
Setelah memastikan keadaan aman, lalu mbak Lusi pun kembali ke ruangannya. Tepat ketika pandangannya menunduk ke arah bawah di bagian pinggir pintu, mbak Lusi melihat anting dengan bentuk hati.
Anting yang terbuat dari manik manik itu menyita perhatian mbak Lusi, lalu dia mengambilnya sambil melirik ke arah semua staff yang sedang sibuk bekerja.
Rasa rasanya di divisi keuangan tidak ada yang suka memakai anting dari manik manik seperti ini, Inggit lebih suka mengenakan anting dari emas murni, begitu pun dengan Dina dan yang lainnya.
Apalagi Keyra, antingnya terlihat mahal karena ada berliannya. Mbak Lusi baru menyadari penampilan Keyra yang terlihat sangat modis, dengan anting berliannya.
"Siapa yang sudah masuk ke ruangan saya, dan siapa yang senang memakai anting seperti ini...?" lirih mbak Lusi.
Mbak Lusi menatap lekat lekat anting dari manik manik yang ada di tangannya, dia mengingat ingat siapa gerangan pemiliknya.
Dengan langkah penasaran mbak Lusi berjalan ke ruangannya, lalu duduk di kursinya tanpa melepaskan pandangannya dari anting tersebut.
"Masa si Anton yang pake anting kaya gini, kan jelas enggak mungkin," selidik mbak Lusi.
Anton adalah office boy yang bertugas membersihkan ruangan divisi keuangan, setiap hari dia selalu datang paling pagi sebelum yang lain datang.
Akhirnya mbak Lusi menyimpan anting dari manik manik tersebut ke dalam laci, dia memilih untuk menyelidikinya sendiri.
Mbak Lusi tak mau menuduh sembarangan, dia takut salah sasaran. Lebih baik memastikannya sendiri meski membutuhkan waktu lebih lama.
**
Berulang kali Ferdi menghubungi Farah, namun entah mengapa nomor ponselnya tiba tiba tidak aktif, membuatnya benar benar khawatir.
Padahal dia juga sibuk dengan jadwal operasi, namun memberi kabar itu adalah yang utama dalam hal berhubungan. Selama berhubungan dengan Farah, hanya ketika Farah membutuhkan bantuan saja Farah akan mencari Ferdi.
Seperti terkait perizinan di galerinya, dia siang malam menghubungi Ferdi meminta bantuannya. Dan Ferdi mengira jika Farah tak akan berubah, karena perasaannya.
"Kemana lagi dia...?" lirih Ferdi.
Ketika Ferdi melamun, dering ponselnya mengagetkannya. Lalu Ferdi pun menggeser tombol hijau di ponselnya, lalu menempelkannya ke telinga.
"Hallo sayang!" teriak Ferdi semangat.
Karena saking rindunya Ferdi dengan Farah, dia tak sempat melihat kontak siapa yang menghubunginya, setelah terdengar suara deheman keras barulah Ferdi melihat ponselnya dan siapa yang menghubunginnya.
"Maaf dokter Ferdi anda di tunggu di ruangan dokter Nizar sekarang," ucap asisten dokter Nizar yakni dokter Azzam.
"Iya iya segera, saya segera ke sana terimakasih dok," ucap Ferdi.
Sumpah demi apa pun Ferdi merasa malu karena dia mengira yang menghubunginya adalah Farah, namun dugaannya salah, yang menghubunginya adalah dokter Azzam.
"Sia*!" umpat Ferdi.
Lalu dia menyugar rambutnya ke belakang, dia benar benar merindukan kekasihnya Farah. Berulang kali Ferdi melamarnya, namun Farah selalu saja beralasan ingin membesarkan galerinya terlebih dahulu membuat Ferdi frustasi.
Dan sekarang entah berada di mana Farah berada? Sepertinya dia harus ke galerinya untuk mencairkan rindu yang sudah membeku.
Ekspresi Keyra saat akan di nikahkan dengan Dewa
Dewa yang belum bekerja di kantoran
Pertama kali mereka jalan berdua pasca menikah
Keakraban mereka setelah menikah
Pertama kali Keyra menyentuh wajah Dewa
Kesedihan Keyra kala Dewa meninggalkannya untuk bertemu dengan Ayahnya yang menyebabkan mereka terpisah.
mmpir balik ke ceritaku yg " Terpaksa dijodohkan dengan seorang dosen