Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Namira pun sudah selesai di periksa dan di bersihkan oleh perawat yang ada di klinik Bidan Sonia, sekarang tubuhnya sudah terlihat lebih fresh, karena sudah menjalani segala treatment yang ada di klinik ini, sejenak dia teringat dengan Sean yang sedari tadi tidak terlihat dari pandangannya.
"Astaga! Sean, anak itu ada di mana," ucapnya yang masih terdengar oleh perawat tersebut.
"Itu ya Bu, anak yang tadi ibu bawa?" tanya suster tersebut.
"Iya, Sus apa Suster tahu?" tanya balik Namira.
"Dia tertidur di kursi depan ruang bersalin," sahut suster tersebut.
"Apa! Ya Allah sangking sibuknya hamba sampai melupakan anak itu," gumam Namira.
"Iya, gak apa-apa Bu, namanya Ibu sedang menghadapi persalinan, tapi tenang saja, Ibu Sonia tadi sudah menyelimuti tubuh anak Ibu, apa mau saya bangunkan agar dia tidur di dalam sini, toh semuanya sudah selesai," ucap suster tersebut.
"Memangnya boleh Sus?" tanya Namira.
"Boleh dong semuanya kan sudah selesai, kecuali semua masih belum beres baru tidak di perbolehkan anak kecil masuk kedalam sini," sahut Suster tersebut.
Suster tersebut langsung, membangunkan Sean dengan begitu lembut, beruntung anak tersebut langsung bangun, dan mengajaknya ke dalam ruang bersalin, dan betapa tidak terkejutnya bocah itu melihat Tante nya sudah menggendong seorang bayi yang begitu lucu.
"Tante, kapan adik bayinya keluar?" tanya bocah itu dengan nada polosnya.
"Udah dari tadi Nak, sekarang kamu sudah mempunyai adik, nih lihat adikmu begitu cantik," sahut Ayana sambil menunjukkan wajah anaknya dihadapan Sean.
"Tante, apa boleh Sean menciumnya?" tanya bocah itu dengan hati-hati.
"Boleh Sayang," sahut Namira, dan Sean pun langsung mencium wajah bayi mungil itu.
******
Pagi pun sudah menjelang, saat ini Namira sudah di perbolehkan untuk pulang dan membawa bayinya, ada hal yang mengharukan di dalam hati perempuan itu, bagaimana tidak, di saat semua orang menghakimi atas kesalahannya, tetapi tidak dengan bidan Sonia dan juga para perawatnya, Bidan Sonia menggratiskan semua biaya bersalin nya, karena mendengar cerita Namira melalui perawat nya itu, dan dia pun menyiapkan mobil untuk mengantar Namira pulang.
Meskipun awalnya Namira sempat menolak, karena memang dirinya memiliki uang untuk bersalin meskipun tidak banyak tetapi cukup, namun bidan Sonia tetap keukeh untuk membantu dirinya, dan tidak menerima penolakan dari Namira.
"Ya Allah terima kasih untuk semua, ternyata di setiap ujian yang Engkau beri pasti semua ada hikmahnya," ucapnya sambil menaiki mobil yang mengantarnya pulang.
Tidak terasa mobil pun sudah berhenti di depan rumah Namira, semua mata pada tertuju terhadap Namira yang turun dari mobil dengan menggendong seorang bayi, para tetangga pun bertanya-tanya, pasalnya mereka sudah lama tidak bertemu dengan keluarga Namira.
"Eh, lihat tuh sepertinya itu, anak dari Bu Yanti, tapi kenapa ya? Tiba-tiba sudah menggendong bayi seperti itu," ucap para tetangga.
"Mungkin dia sudah menikah, kan kita tidak tahu kehidupan dia di kota, jadi wajar saja sekarang dia sudah mempunyai anak," sahut yang satunya lagi, lalu mereka pun mulai pergi melewati Namira dengan senyuman yang mengembang.
"Misi Dek," ucap para tetangganya itu.
"Iya Ibu," sahut Namira dengan ramah juga.
Namira pun mulai masuk dengan membawa bayinya dan juga Sean, di dalam kamar ini Namira mulai meletakkan bayinya itu diatas kasur, karena memang dirinya belum ada kasur bayi di rumahnya, beruntung dirinya sudah membeli perlengkapan bayinya seperti baju dan juga jarik, semasa ada mendiang Loly dulu.
"Tante, gendongan adik bayi itu sepertinya aku pernah melihatnya di kost?" tanya Sean yang sepertinya mulai ingat dengan barang yang di beli oleh ibunya.
"Iya, Sayang, gendongan ini memang ibumu yang membeli," sahut Namira.
"Tante, Sean rindu sama Ibu, sekarang kita sudah jauh dari makam Ibu," ucap anak itu seakan menahan air mata di pelupuk matanya.
"Sayang, kalau memang Sean, rindu sama ibu, cukup doakan saja, agar ibu bahagia di surga sana," sahut Namira menasehati anak dari sahabatnya itu.
"Apa ibu akan bahagia kalau Sean mendoakannya?" tanya anak itu.
"Iya Sayang ibu akan bahagia jika Sean selalu berdoa, dan hanya doa anak sholeh yang tidak akan terputus dan sampai kepada Allah," terang Namira agar supaya anak itu bisa tenang.
Memang tidak mudah mengasuh anak yang baru saja di tinggal oleh ibunya pergi untuk selamanya, sesering mungkin pasti Sean akan mengeluhkan hal itu kepadanya, dan dia pun harus siap jika sewaktu-waktu anak itu merengek tentang ibunya karena biar bagaimanapun seorang anak pasti akan merindukan ibunya sama halnya dengan dirinya.
"Semoga saja Tante bisa menjadi yang terbaik untuk dirimu Nak," harapan Namira kepada kedua anak yang sekarang sudah menjadi tanggung jawabnya itu.
Namira pun mulai membuatkan Sean sarapan, meskipun luka di jahitannya itu masih terasa sakit, tapi ibu satu anak itu tetap harus bertanggung jawab menjalankan perannya sebagai seorang ibu, dia pun mulai melangkah dengan langkah yang penuh hati-hati.
Beruntung nasi di Rice cooker masih utuh jadi dia tinggal buat lauknya saja, mungkin saat ini dia hanya bisa memasak telur ceplok saja untuk sekadar mengganjal perut anak itu.
"Sean," panggil Namira sedang anak itu masih di dalam kamar menjaga adik kecilnya.
"Aduh anak itu di mana ya?," gumam Namira sambil membawa piring dan mencari keberadaan Sean.
langkah kakinya terus berjalan dan memeriksa semua ruangan, dan ternyata dia menemukan Sean di dalam kamarnya sambil mengajak bayinya yang masih tidur berbicara.
"Adik Nasa, tidur yang nyenyak ya, jangan nakal kasian Mamanya capek karena tidak ada yang bantu," ucap Sean terdengar jelas di telinga Namira.
Lanjut thor
perjuangan seorg ibu dr 2 org anak yg super tangguh & kuat menghadapi kerasnya hidup.
jauhkan jauhkan