Park Eun-mi, seorang gadis Korea-Indonesia dari keluarga kaya harus menjalani banyak kencan buta karena keinginan keluarganya. Meski demikian tak satupun calon yang sesuai dengan keinginannya.
Rayyan, sahabat sekaligus partner kerjanya di sebuah bakery shop menyabotase kencan buta Eun-mi berikutnya agar menjadi yang terakhir tanpa sepengetahuan Eun-mi. Itu dia lakukan agar dia juga bisa segera menikah.
Bagaimana perjalanan kisah mereka? Apakah Rayyan berhasil membantu Eun-mi, atau ternyata ada rahasia di antara keduanya yang akhirnya membuat mereka terlibat konflik?
Yuk! Simak di novel ini, Kencan Buta Terakhir. Selamat membaca.. 🤓
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 29
Hari ini ada yang berbeda di toko roti milik Eun-mi. Beberapa balon dan juga hiasan ulang tahun menempel di sekitar ruang makan. Sekelompok balita yang ditemani ibu mereka nampak bersemangat mengelilingi sebuah meja yang digabung agar bisa menampung banyak barang di atasnya.
Sebuah kue ulang tahun berbentuk tokoh kartun bis biru yang tersenyum menjadi perhatian utama mereka. Setiap dari mereka menatapnya dengan penuh kekaguman karena sangat mirip dengan yang sering mereka lihat di acara kartun itu.
Tapi senyum bis biru itu kalah lebar dibanding dengan senyum anak laki-laki yang berulang tahun. Dae-ho tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya karena bisa berulang tahun di toko ini.
Ia dan In-ho akhirnya sepakat untuk menyelenggarakan acara ulang tahunnya dua kali. Pertama di toko Eun-mi dengan mengundang beberapa teman playgroupnya, dan yang kedua di rumah untuk dirayakan bersama keluarga besarnya.
Tak terkira betapa senangnya Dae-ho. Selain akhirnya berhasil membuat Asna bisa hadir di acara pestanya, tahun ini dia juga berulang tahun sebanyak dua kali. Benar-benar luar biasa!
"Aku akan mengajak bibi ke sini", ucap Dae-ho pada In-ho.
In-ho kemudian melihat ke arah kasir.
"Nanti dulu Dae-ho, bibi sedang sibuk. Lihat, banyak orang yang ingin membeli roti di sini", cegah In-ho.
Dae-ho ikut memandang ke arah Asna. Wajahnya terlihat kecewa, tapi ia berusaha untuk bersabar. Karena ia yakin, Asna tak akan kemana-mana.
Eun-mi baru tiba di situ dari pintu belakang sambil membawa sebuah bungkusan besar. Ia menghampiri Rayyan di salah satu meja yang sedang asyik dengan ponselnya.
"Serius sekali", sapanya.
Rayyan sontak melihat ke arahnya.
"Eh, Eun-mi. Baru datang?", balas Rayyan.
Eun-mi hanya mengangguk samar.
"Ini, aku lagi nyari tiket pesawat ke Jakarta", sambungnya seraya kembali menatap layar ponselnya.
Deg! Jantung Eun-mi terasa copot mendengarnya. Tiket pesawat? Berarti Rayyan sebentar lagi akan pulang ke Indonesia.
"Memangnya.. kamu kapan rencananya mau balik?", tanya Eun-mi dengan rasa gundah yang berusaha ditutupinya.
"Tiga hari lagi. Aku juga sudah ngasih kabar ke ibuku", Rayyan berkata sambil menggeser-geser tampilan di layar.
Tak ada tanggapan dari Eun-mi. Rayyan kemudian menghentikan kegiatannya lalu menatap Eun-mi.
"Kamu jangan khawatir Mi, David sudah siap menggantikan aku. Aku bisa jamin kalau dia jauh lebih baik dariku. Tokomu akan baik-baik saja. Bahkan sepertinya kau harus bersiap-siap karena sebentar lagi tokomu akan viral", Rayyan berusaha mengusir kekhawatiran Eun-mi yang ia kira terhadap tokonya, padahal terhadap perasaannya.
Eun-mi memaksakan untuk tersenyum dan mengangguk.
"Oke, aku percaya saja sama ucapan kamu. Kalau begitu aku ke sana dulu, mau menyapa In-ho dan Dae-ho", ucapnya sambil berjalan ke tempat acara ulang tahun Dae-ho dengan hati yang perih.
Pesta tersebut berjalan cukup meriah. Kado-kado yang tersusun di atas meja membuat Dae-ho bertambah senang. Apalagi saat dia menerima kado berukuran besar dari Eun-mi.
Mata In-ho kemudian menangkap suatu adegan yang membuat hatinya terasa mengkerut. Di meja kasir, tampak Asna sedang berdiri berdampingan bersama David. Terlihat David sedang asyik berbicara bahkan sesekali tertawa kecil. Sementara Asna sepertinya cukup serius menyimaknya dengan tatapan dan anggukan, meski tetap tanpa ekspresi.
In-ho tak senang dibuatnya. Ia mendekat pada Dae-ho, kemudian berbisik padanya.
"Hei jagoan! Apa kau tak ingin memanggil bibi untuk memberinya kue?", pancing In-ho.
Dae-ho melihat ke arah Asna kemudian mengangguk mantap.
Sesaat kemudian, ia berlari kecil menghampiri Asna lalu menarik tangannya. Asna sedikit kaget, begitu juga David. Ia hanya bisa menatap pasrah saat gebetannya diambil paksa oleh seorang pria kecil.
In-ho tersenyum menang, apalagi setelah melihat wajah David yang berubah murung. Ia punya senjata ampuh untuk Asna, Dae-ho!
"Bibi, ayo makan kuenya", Dae-ho mengambil sepotong kue dengan garpu kemudian menyuapi Asna.
Asna menyuap kue itu, Dae-ho pun merasa senang.
Begitu juga dengan In-ho yang akhirnya bisa berdiri di dekat Asna. Ia benar-benar melupakan kalau dia akan menikah dengan Eun-mi, bukan Asna.
Asna kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kado kecil dengan pita biru. Ia lalu mengulurkan kado itu pada Dae-ho. Kado yang baru ia beli tadi pagi saat melihat Rayyan baru menyelesaikan kue ulangtahun Dae-ho.
Mata Dae-ho seketika berbinar, seolah telah menemukan sebuah harta karun. Tak sabar menunggu, kado itu langsung di bukanya. Asna jadi sungkan dibuatnya, karena orang-orang akan melihat kalau kadonya sangat remeh dibandingkan semua kado yang telah Dae-ho dapat.
Saat bungkusannya sudah terbuka, nampak sebuah miniatur bis biru yang serupa dengan kue ulang tahunnya. Dae-ho semakin histeris melihatnya kemudian melompat-lompat kegirangan. Teman-temannya pun serentak mengerubunginya, seolah mengatakan betapa beruntungnya Dae-ho karena mendapatkan hadiah itu.
"Terima kasih bibi", ucap Dae-ho tulus kemudian memeluk Asna dengan erat.
In-ho melengos sambil menggaruk kepalanya. Betapa beruntungnya Dae-ho sebagai anak kecil, bisa melakukan apapun tanpa khawatir dicap tak sopan.
Sementara di sudut lain ruangan itu, Eun-mi yang tengah berbincang santai dengan Wina sambil menikmati kue menangkap sesuatu yang mengganjal di hatinya. Apa dia terlalu berlebihan saat mengira kalau sepertinya In-ho terlalu sering mencuri pandang pada Asna. Raut dan sikapnya juga terlihat kikuk, seperti orang yang sedang salah tingkah.