Pernikahan tanpa cinta akankah bertahan? Cerita ini beberapa bab mengandung tema dewasa harap bijak dalam menyikapinya ya. Selamat membaca🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Avisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"A apa?"
Clarissa melotot, sepertinya sudah menjadi kebiasaan Clarissa kalau terkejut bola matanya membulat. Clarissa tak bodoh yang tak paham maksud perkataan Alfarisqi. Justru dia sangat paham akan keinginan Alfarisqi karena selama ini mereka belum melakukan malam pertama.
"Bukankah cukup lama aku bersabar menunggu." Keluh Alfarisqi
"Tatapi aku belum bersiap-siap." Clarissa gugup.
"Tak masalah." Kata Alfarisqi tegas.
"Baiklah." Jawab Clarissa pasrah.
"Mendekatlah!" Pinta Alfarisqi serak.
Clarissa pun menurut, Dia berjalan menghampiri Alfarisqi yang duduk di tepi ranjang.
Alfarisqi memegang tangan Clarissa dan menuntun Clarissa untuk duduk di pangkuannya. Clarissa hanya menurut meskipun detak jantungnya sudah sangat berisik.
"Bukankah kamu cukup wangi untuk di bilang belum bersiap-siap. "Goda Alfarisqi sambil memainkan rambut Clarissa.
"Mungkin firasat." Gerutu Clarissa sambil cemberut.
Alfarisqi tertawa mendengar ucapan Clarissa. Alfarisqi yang sangat gemas melihat bibir Clarissa yang manyum langsung melum*t bibir Clarissa. Clarissa terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba dari Alfarisqi.
Hah hah hah
"Bernafas lah, Apa ini ciuman pertamamu?" Tanya Alfarisqi
"Tentu saja, kamu pikir aku perempuan apaan? Sem... " Belum sempat Clarissa menjelaskan Alfarisqi sudah melahab bibir Clarissa kembali.
Setelah puas menikmati bibir Clarissa, Bibir Alfarisqi turun ke leher mumbuat Clarissa merasa geli. Perlahan namun pasti semakin turun ke pucuk kembar Clarissa.
Alfarisqi meremas kedua gunung kembar itu dengan gemas. Bahkan Alfarisqi telah menghisap salah satu gunung tersebut membuat Clarissa kalang kabut.
Alfarisqi dengan perlahan merebahkan Clarissa di Kasur dan mulai melepas satu persatu pakaian Clarissa. Clarissa sudah tak menggunakan Sehelai pakaian pun. Sementara Alfarisqi masih menggunakan Boxernya.
Clarissa merasa malu saat Alfarisqi menatapnya dengan penuh semangat. Clarissa berusaha menutupi aset berharganya dan dua gunung kembarnya.
Alfarisqi hanya tersenyum gemas melihat tingkah istrinya itu. Alfarisqi kembali melancarkan aksinya.
"Su suamiku apa yang kamu lakukan?" Tanya Clarissa panik.
"Aku harus melemaskannya terlebih dahulu agar tak terlalu sakit?"
"A apa? apa kamu pernah melakukannya sebelumnya?" Tanya Clarissa penasaran mengapa Alfarisqi begitu paham tentang hal-hal seperti ini.
"Apa?" Alfarisqi mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Clarissa.
Tak terima dengan ucapan Clarissa Alfarisqi membuat Clarissa melakukan pelepasan pertamanya.
Argghhh...
Clarissa melotot, "A apa yang terjadi. " Clarissa merasa linglung.
"Sepertinya sudah siap." Bisik Alfarisqi tepat di telinga Clarissa.
"Apanya?"Clarissa bingung namun saat sesuatu mulai mengoyak tubuhnya dan berusaha masuk membuat Clarissa melotot dan paham apa maksud Alfarisqi tadi.
erghhh
"Sa sakit. " Keluh Clarissa
"Tahan sebentar!"Kata Alfarisqi dengan mata mulai berkabut menahan hasrat.
Jlep
Aaarrggghhh
Hiks hiks hiks
Isak tangis Clarissa terdengar bebarengan. Clarissa merasa tubuhnya terbelah. Sakit itu yang dia rasakan.
"Maaf." Ucap Alfarisqi sambil mengecup kening Clarissa.
Alfarisqi sendiri juga sedang menahan diri untuk tidak terburu-buru. Alfarisqi mulai perlahan-lahan lagi. Suara isak tangis Clarissa mulai berhenti dan terganti dengan suara-suara desah*an.
Suasana malam yang sepi, Kamar ber-AC namun penghuninya tak merasakan hawa dingin. Suara gesekan kulit yang terdengar nyaring, nafas terengah-engah keringat bercucuran dua insan yang sedang memadu kasih seolah dunia hanya milih berdua, tak terasa bahwa waktu telah menunjukkan sepertiga malam terakhir.
Clarissa terbangun dan menatap sang suami yang sedang memeluknya dengan mata terpejam. Wajah Clarissa memerah saat ingatan semalam berputar di kepalanya. Bahkan ingatan ketika Alfarisqi memyuruhnya memanggil namanya untuk mencapai pelepasannya.
"Apakah kau sedang menggodaku?" Tanya Alfarisqi dengan mata terpejam.
"Kamu gak tidur?" Tanya Clarissa balik.
"Tidur. Bisakah panggil aku seperti semalam?" Ucap Alfarisqi dengan manis.
"Apa? Ma mas." Ucap Clarissa malu. Entah mengapa dia malu padahal panggilan biasa untuk sebutan laki-laki yang lebih tua dari dirinya.
Alfarisqi tersenyum mendengarnya, "Tidurlah lagi! sekarang masih jam 3."
"Tidak, aku mau mandi. Badanku lengket. Tapi badanku seperti tak bisa bergerak." Ucap Clarissa malu.
Alfarisqi menahan senyumannya mendengar keluhan sang istri."Tunggu sebentar!"
Alfarisqi beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah kamar mandi. Setelah itu Alfarisqi kebali lagi menghampiri Clarissa dan menggendong nya ala bridal style.
"Mas! Mau kemana?" Clarissa terkejut.
"Kita mandi bersama." Sambil tersenyum licik.
"Apa?"
Alfarisqi melancarkan modusnya saat mandi bersama hingga adzan subuh berkumandang baru Alfarisqi menyelesaikan aksinya. Hal tersebut membuat Clarissa cemberut. Setelah sholat subuh pun Alfarisqi tak membiarkan Clarissa pergi. Bahkan Alfarisqi mengirim pesan singkat ke Benny.
Pov Benny
tringting (Suara notifikasi ponsel Benny)
"Bos? Tumben biasanya langsung telpon." Gumam ku yang belum selesai mengenakan pakaiannya.
" Jangan bangunkan Aku dan Clarissa. Jangan biarkan siapa pun ke lantai 3"
Aku tersenyum mendapat pesan singkat dari tuan yang ku layani.
"Semoga hubungan tuan dan nyonya ke depan semakin baik." Gumamku sambil mengirim balasan ke Alfarisqi.
"Siap Bos."
Aku bergegas berbenah dan Menuju ruang tengah. Ruangan untuk memanggil pekerja.
Aku memanggil pelayan kediaman utama Mila, Dina, Anggi, Dita, Dila, Lena.
"Oke, saya langsung saja ke intinya. Khusus untuk hari ini jangan ada yang pergi ke lantai 3 meskipun alasannya untuk bersih-bersih. Kecuali dia sudah mendapatkan ijin dari saya, tuan, dan nyonya. Kalian Paham?" Jelasku dengan tegas.
"Siap pak!" Jawab mereka serentak.
"Baiklah semua silahkan kembali bekerja! Untuk Lena tinggalah sebentar." Perintahku.
Semua pelayan pun meninggalkan ruangan tersebut menyisakan Lina dan Benny.
"Katakan apa yang ingin kamu katakan!" Kata ku tanpa basa-basi.
"Tapi bagaimana dengan sarapan nyonya Clarissa. Tubuh nyonya lemah. Beliau gak boleh telat makan." Ucap Lina dengan nada penuh kekhawatiran.
"Ternyata dia pelayan yang dekat dengan nyonya. " Batinku
"Nanti akan saya pikirkan. kembalilah bekerja!" Pintaku kepada Lina akan tetapi Lina tetap berdiri tak bergeming sedikitpun.
"Kenapa? Masih ada lagi." Tanyaku penasaran.
"Saya ingin bertanya, tapi apa kah boleh?" Tanya Lina ragu-ragu.
"Katakan!"Kataku singkat.
"Sa saya tau selama ini hubungan nyonya dan tuan kurang baik. Tapi sepertinya akhir-akhir ini sudah lumayan membaik. Tapi kenapa tiba-tiba tuan mengurung nyonya? hiks Apakah nyonya membuat tuan marah? hiks." Tanyaa Lina dengan terisak menangis membayangkan nyonya nya di kurung.
"Apa?" Aku terkejut dengan pola pikir Lina usia Lina memanglah masih sangat muda di bandingkan pelayan yang lainnya.
"Astaga, bisa-bisanya dia berpikir seperti itu dengan kepalanya yang kecil itu. " Batinku.
Hahh
Aku menghela nafas dan menyentil dahi Lina.
Aaww
Lina mengeluh dan mengusap usap dahinya yang di sentil Benny dengan cemberut.
"Hilangkan pikiran seperti itu dan lanjutkan saja pekerjaan mu."Perintahku sambil memijat pelipis ku yang berkedut.
Dengan wajah yang di Tekuk dan cemberut Lina berpamitan kepada Benny.
"Astaga bocah." Benny mengelengkan kepala sambil sedikit tertawa.
Pov Benny selesai
"Mas, Gak kerja?" Tanya Clarissa kepada Alfarisqi yang sibuk memeluk Clarissa dari belakang.
"Sekali lagi ya." Pinta Alfarisqi dengan suara yang mulai serak.
"Astaga, mas!" Clarissa terkejut karena Alfarisqi melancarkan aksinya.
...****************...