Dua orang Kakak beradik dari keluarga konglomerat dengan sifat yang berbeda, sama-sama jatuh cinta pada seorang wanita.
Satria yang diam-diam telah menjalin cinta dengan Aurora terpaksa menelan kenyataan pahit saat mengetahui wanita yang dinikahi Kakaknya Saga adalah kekasih hatinya, Aurora.
Satria yang salah paham pada Aurora, jadi sakit hati dan frustasi. Cintanya pada Aurora berubah menjadi dendam dan kebencian.
Satria melakukan banyak hal untuk merusak rumah tangga kakak dan mantan kekasihnya itu.
Hingga akhirnya, Saga meninggal karna penyakit kelainan jantung yang ia derita dari kecil.
Satria malah menuduh, Aurora lah peyebab kematian sang Kakak.
Rasa benci yang mendalam, membuat Satria terus menerus menyiksa batin Aurora.
Apakah Aurora sanggup bertahan dengan ujaran kebencian Satria? Sementara Aurora masih sangat mencintai Satria.
Jangan lupa mampir ke karya author yang lain ya, 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HATI YANG MULAI BEKU
Seminggu telah berlalu.
Suasana dingin selalu menyelimuti keluarga Wiratama semenjak kepergian Satria dari rumah itu. Sikap kedua orang tua Saga yang awal mulanya hangat pada Aurora kini selalu beku tanpa ada senyuman yang menghias di bibir mereka berdua.
Nilam selalu merungut dan cemberut setiap kali mereka makan bersama ataupun berpapasan tak sengaja dengan Aurora di dalam rumah.
Sedangkan Saga yang memang pendiam dan jarang bicara, tampak acuh tak acuh melihat sikap Mamanya yang tak menyukai Aurora. Ia tak peduli, jika Aurora dan Mama nya tak terlihat akur dan damai di dalam rumah itu.
Hanya Wira yang sesekali memperingatkan Nilam agar tak membenci Aurora. Karna walau bagaimana pun, Aurora tak bersalah.
"Jangan terlalu menekan Aurora. Dia tak tahu apa-apa. Kasihan dia kalau kau selalu cemberut padanya." tegur Wira pada Nilam yang merajuk di dalam kamar setelah makan malam bersama.
"Aku kan cuma ingin dia bantu si Mbok Tina bersihkan peralatan sehabis makan. Apa salahnya sih pa?" ujar Nilam ketus.
"Iya, aku ngerti. Tanpa kamu bentak pun dia pasti mengerjakannya. Dia anak yang rajin kok, Papa sering lihat dia bantu siram bunga-bungamu dan bantu si Mbok masak di dapur." ucap Wira membela Aurora.
"Alah, cuma kerja segitu ya wajar aja dia bantu. Belum aku suruh nyuci piring, bersih rumah, ngepel dan sebagainya." tukas Nilam jengkel karna suaminya terdengar membela Aurora.
"Dia itu menantu mu, bukan pembantu." sanggah Wira tegas.
"Kalau dia gak bantu-bantu kerjaan rumah, trus dia mau apa? Toh kerjaannya gak ada. Cuma diam dirumah, gak kerja nyari duit." sungut Nilam dengan sinis.
"Kamu itu, dulu kamu yang nangis-nangis minta dia jadi menantumu. Sekarang kamu malah buat dia begini." ujar Wira menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban istrinya.
"Itu dulu, kalau aku tahu Bapak dan ibunya sering menghina Satria, aku tuh gak bakalan terima dia jadi menantu ku." sangkal Nilam penuh kebencian.
Wira terdiam sejenak. Ujung-ujung nya pasti Nilam akan membahas Satria lagi. Entah kemana anaknya itu pergi. Wira yakin, Satria belum pergi jauh dari kota itu.
"Pa, mama khawatir, Satria sekarang jadi anak jalanan. Bisnis nya yang di luar negeri pasti terbengkalai." ucap Nilam membayangkan putra bungsunya yang tak ada kabarnya selama seminggu.
Setiap kali di telpon, ponselnya tak pernah aktif. Nilam berpikir, Satria mungkin sudah mengganti nomor ponselnya.
"Apa si Aurora itu pakai dukun? sampai Satria dan Saga tergila-gila padanya?" gumam Nilam terdengar jelas di telinga Wira yang hendak merebahkan tubuhnya di ranjang disamping istrinya.
"Hush! Jangan mikir yang aneh-aneh. Aurora itu memang sangat cantik. Nggak ada pria yang tidak suka melihat dia." ucap Wira berusaha memejamkan mata nya.
"Berarti papa juga? Suka sama menantu papa hah?" jerit Nilam tiba-tiba mendelikkan matanya pada Wira.
Wira spontan kaget, dia langsung menyadari kesalahannya dalam bicara.
"Apaan sih Ma! Udah ah, papa mau tidur. Dijawab salah, di diamkan pasti makin salah!" gerutu Wira tak tahan dengan sikap istrinya yang malah berbalik mencurigai dirinya.
Wira lebih memilih tidur, daripada meladeni istrinya yang di bujuk bukannya diam, malah balik menyerang dirinya.
Nilam tampak menggerutu panjang dan mendengus kesal saat Wira tidur membelakangi tubuhnya. Ia pun menarik selimut dengan kasar dan menyelimuti tubuhnya ikut tidur membelakangi suaminya.
Disudut kota, disebuah club' malam.
Satria yang frustasi berat tampak menenggak segelas whisky bersama Devan yang asyik berpelukan dengan seorang wanita malam yang cukup cantik dan berbalut pakaian sexy.
Ketampanan Satria yang memang di atas rata-rata membuat banyak wanita cantik yang ingin menggodanya. Setiap kali mereka melewati Satria, mereka selalu mengerling dan mengedipkan mata tatkala mata Satria tak sengaja melihat ke arah mereka.
Salah seorang wanita yang cukup berani, tampak mendekati Satria dan duduk di sampingnya dengan senyuman menggoda.
"Hai, mau aku temani?" tegurnya lembut seraya menggantungkan lengannya di bahu Satria.
Satria melirik wanita itu sekilas dan mereguk whiskynya sedikit.
"Setiap kali kesini, kamu selalu duduk sendirian, Apa kamu tak butuh teman pengusir kesepian?" ucap wanita itu setengah berbisik ke telinga Satria sembari membelai dada Satria yang tertutup oleh baju kemeja yang ia kenakan.
Satria tampak tenang membiarkan jemari wanita itu bermain-main di bagian dadanya seolah ingin memancing hasrat Satria.
Devan yang setengah mabuk, hanya terkekeh melihat Satria di dekati seorang wanita. Ia pun mendekati Satria dan duduk di samping Satria dengan tubuh sempoyongan.
"Sst..., namanya Karin. Dia yang paling cantik disini. Kapan lagi, lu asah pedang lu yang udah berkarat gak pernah di pake itu." bisik Devan ke telinga Satria.
Satria langsung menyingkirkan wajah Devan yang nyaris menempel di telinganya dengan telapak tangan. Aroma whisky bercampur bau mulutnya yang tercium di hidung Satria, membuat Satria muak.
"Sok jaim lu! Dasar perjaka tang ting tong!" umpat Devan kesal.
Ia pun kembali menjauh dari Satria dan meneruskan perjuangannya bermanja-manja dengan wanita yang tadi menemaninya.
Wanita yang disebut bernama Karin, langsung terbelalak mendengar ucapan Devan yang mengatakan pria tampan di hadapannya masih perjaka.
Ia pun makin berhasrat untuk menggoda Satria yang tampak tersinggung setelah mendengar sindiran Devan.
"Mau coba?" tanya Karin seraya menurunkan aktifitas jarinya pelan ke bagian bawah.
Satria langsung menaruh gelas whiskynya ke atas meja dan menangkap tangan Karin dengan cepat.
Gerakan jemari Karin langsung terhenti. Ia menatap Satria kaget. Pemuda tampan itu terlihat gusar dan mata nya mendelik tajam memandang Karin dengan nyalang.
"Kau yakin, sanggup mengimbangi kedahsyatan ku?" ucap Satria dengan nada penuh tekanan.
Karin mereguk air ludahnya. Kalimat Satria terdengar menantang. Ia makin penasaran, apa rasa seorang perjaka. Apa mereka lebih hebat dari yang sudah ahli dan berpengalaman?
"Tentu saja, aku sudah ahli." ucap Karin setengah berbisik sembari mengedipkan matanya.
Karin pikir, Satria sudah mulai terpancing dengan sentuhan yang ia berikan.
Satria tersenyum lebar mengeluarkan seringai sinis.
"Sayang sekali, aku hanya ingin perawan. Bukan barang bekas." ujar Satria tersenyum simpul lalu melepaskan tangan Karin dan mengibaskan tangannya pada Karin.
"Pergilah! Aku mau minum dengan tenang." usir Satria menyuruh Karin untuk pergi.
Karin tampak tersinggung dengan perkataan Satria. Pemuda tampan itu ternyata sulit untuk di taklukan. Ia langsung bangkit berdiri dari duduknya, menghentakkan kakinya menggerutu kesal dan bergegas pergi membawa rasa malu di hatinya.
"Lihat saja di pertemuan kita lain kali. Aku takkan melepaskanmu begitu saja. Aku pasti akan mendapatkan dirimu!" ucap Karin dalam hati seraya berjalan meninggalkan Satria yang sudah mulai tenggelam dalam dunianya yang mulai hitam.
.
.
.
BERSAMBUNG
Saat kegelapan mulai melingkupi ruang hati mu, akan kah ada secercah cahaya yang datang menghampiri? Kegelapan hati sang pecinta yang butuh setitik cahaya untuk menerangi gelap hati nya. Dimanakah cahaya itu? Dunia nya terlanjur gelap, ia terlalu sulit meraba dan mencari.
suami kasar, si emak kasar juga