Hidup tanpa kebahagiaan itu bagai sayap tanpa bulu,sebuah kemustahilan yang tidak dapat masuk logika,setidak berguna sayap pada ayam yang tidak bisa terbang,setidaknya sayap itu masih memiliki bulu yang indah,begitu pun juga dengan kehidupan,seburuk-buruknya hidup,akan ada setitik cahaya kebahagiaan didalamnya,namun semua itu tidak berlaku pada kehidupan yang di jalani oleh sesorang remaja cantik bernama aleza,sebesar apa memangnya penderitaan hidup yang gadis itu alami?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebakaran
"Widihhhhh,apaaan tuh?."
"Lihat sendiri,yuk?!."
"Yaudah bapk pergi lagi ya,assalamualaikum." Pamit pak hendra,eza mengangkat sebelah alisnya menatap kepergian pak hendra.
"Kenapa bapak pergi lagi bi?."
"Kerjaan bapak belum selesai dia cuman pulang buat anterin kamu sama ambil bekal makan dia,terus balik lagi deh ke tempat kerjanya kayak semula." Eza mengangguk mengerti.
"Bibi,kenapa bibi mau urus sama sayang eza?,kan eza bukan siapa-siapa dalam hidup bibi?." Celetuk eza di tengah-tengah makan acara mereka.
"Kamu emang bukan siapa-siapa dalam hidup bibi,tapi bini udah angap kamu sebagai anak bibi dri lama,jadi kamu nggak usah tanya itu lagi oke?." Balas bi surti sambil tersenyum manis.
"Oke bibi,eza juga senang setidaknya masih ada orang yang mau sayang eza,makasih ya bibi,sama pak hendra juga,kalian sesalu ada dari eza kecil sampai eza besar kayak sekarang."
"Iya sama-sama,bibi juga senang bisa ngasuh sama ngebesarin kamu,kamu timbuh jadi gadis yang cantik dan baik saja udah bikin bibi seneng banget." Eza tersipu malu mendengar penuturan dari mulut bi surti,eza benar-benar beruntunh karena bisa dipertemukan dengan orang-orang kayak bi surti dan pak hendra.
"Itu,tangan kamu kenapa eza?, kok bisa terluka kayak gitu?." Tanya bi surti ketika dirinya tak sengaja melihat luka kecil yang terdapat pada tangan kecil eza,
Eza menatap tangannya sendiri,dan benar saja,terdapt luka kecil di sana,kenapa selama ini eza tidak menyadari lukanya?.
"E-enggak kok,ini tangan eza nggak sengaja terluka saja,jadinya kayak gini." Bi surti memincingkan matanya,sifat dan eksprei diwajah eza seperti taj biasa.
"Benarkah?,apakah ada suatu yang terjadi disekolah,eza?."
"E-nggak kok,sekolah eza kayak biasa,enak-enak saja." Eza sedikit tergagap dan bi surti terlihat semakin curiga.
"Eummm yaudah kalau begitu,kamu kalau ada apa-apa bicaya ya sama bibi,bibi ngak mau kamu kenapa-kenapa." Eza menganggukan kepalanya mengerti.
Tak lama dari acara makan-makan,telepon gengaman eza tiba-tiba saja berbunyi,tertera dengan jelas'nomor tidak dikenal.'
"Bi eza mau ke kamar dulu ya,mau ngerjain tugas." Kata eza sambil melenggang pergi dari dapur.
"Iya...." Terdengar teriakan dari arah dapur,eza dengan segera melangkah kakinya menuju kamar,panggilan itu ia jawab.
"Siapa ya?." Mula-mula senyap,hingga beberapa detik kemudian mendengar seseorang yang tengah tertawa begitu kencang,tubuh eza menegang,bulu kuduknya seketika berdiri.
"Mari kita berpesta untuk malam ini,semoga aku bisa melihat ekspresi bahagia diwajahnu,X." Alis eza seketika mengerut mendengar penuturan yang orang itu balik handepone nya ucapkan.
Kembali terdengar suara seseorang yang tengah tertawa puas dan....
Tit....
Telpon terputus,eza menatap handpone di tangannya dengan ekspresi bertanya,siapa orang itu?, Kenapa menelponnya dan apa maksud dari ucappannya?, pesta dan ekspresu bahagia?.
"Apa mungkin cuma salah sambung ya?." Monolog eza,eza mengendikkan bahunya acuh,yah mungkin cuman orang yang salah sambung atau operator jahil.
Eza mulai mengeluarkan buku-buku dan perlengkapan tulisannya,ia belajar dengan begitu giat,menatap sebuah buku penuh dengan tulisan dan angka di atas mejanya,eza terlihat begitu fokus dan bersungguh-sungguh,sampai tak terasa kini dua jam sudah berlalu,langit sudah mulai gelap dan adzan mangerib pun berkumandang.
